Cinta Pertama
Jantungku berdetak kencang. Rasanya mau copot. Aku
seakan tak percaya. Tapi, mataku tak mungkin bisa berbohoong. Itu dia. Dimas.
Cinta pertamaku. Meskki waktu telah lebih dari dua decade berlalu, masih
kulihat kilau jenaka masa remaja yang kuingat tergambar di wajahnya yang makin
tampan dan matang. Di mataku.
Perlahan kuatur napasku dan mengerjapkan mataku.
Menghilangkan rasa grogi yang menguasai seluruh tubuhku hanya karena
melihatnya. Ternyata waktu tidak membunuh sebuah rasa. Hanya membenamnya makin
dalam dan menumbuhkan rasa yang sama yang bahkan lebih kuat.
“Tut, kenapa ?” Susi, teman akrabku memandangku
khawatir
Sebenarnya aku tak pernah ingin bertemu dengan masa
laluku seperti ini. Bertemu dengan orang yang bahkan telah merubah diriku.
Merubah cara berpikirku tentang hidup, cinta dan benci. Aku hanya ingin
meninggalkan masa lalu di belakang dan memandang serta berbuat untuk hari ini
dan masa depan saja. Tapi, aku tahu bahwa
Komentar
Posting Komentar