Singkong
SINGKONG
Hari iti seperti biasa aku membantu mamak berjualan di pasar. Biasa, untuk menambah uang saku. Sayangnya hari itu warung mamak tak begitu ramai aka sepi, jadi aku bisa santai sambil memperhatikan sekitarku. Saat itu aku melihat seorang ibu setengah baya yang asyik memilih singkong di warung di depanku. Aku tersenyum, mendengar percakapan mereka.
"Pak, singkongnya berapa sekilo?" tanya ibu tersebut.
"Dua ribu lima ratus, Bu," jawab lek No, penjual singkong.
"Dua ribu aja ya, Pak." tawar ibu tersebut sambil sibuk memilih.
"Mau berapa kilo?" tanya lek No sambil memberikan plastik pembungkus singkong.
"Saya pilih dulu." jawab ibu tersebut. Tangannya sibuk memilih. Anehnya, ia memilih singkong yang kecil - kecil atau potongan - potongan sisa pembeli lain. Alis mataku berkerut, memperhatikan tampilan si pembeli dengan seksama. Cukup rapi, seperti layaknya ibu - ibu lain. Kulihat juga belanjaannya yang belum banyak. Mungkin baru datang, pikirku. Kulihat sendalnya yang bersih dan tangannya yang terawat. Bukan tangan petani atau pekerja kasar. Ehm, ia masih sibuk memilih singkong dan lek No pun ikut membantu.
"Mau yang kecil ya, Bu?" tanya lek No. Si ibu hanya mengangguk. Tidak menjawab. Tangannya masih sibuk memilih. Sampai kurang lebih 15 menit. Yup, aku menghitung waktunya,, karena tidak ada kerjaan hehe. Lalu, kulihat ibu itu berdiri sambil memegang plastik singkongnya yang hampir penuh. Mungkin kalo ditimbang kurang lebih satu sampai dua kilo. Lumayan banyak dan kecil - kecil lagi. Aku nyengir.
"Yang kecil - kecil kan, nggak laku. Untuk saya ya, Pak. Makasih ya, Pak." kata ibu itu sambil ngeloyor pergi. Lek No melongo. Aku juga.
Bandar Lampung, Desember 2018
Komentar
Posting Komentar