Ceritaku Tentang Nyamuk Malaria
Ceritaku Tentang Nyamuk Malaria
"Aku lapar, " kata si Nyami. Nyama, memandang istrinya dengan sayang.
"Sabar, Mi, " bujuknya dengan lembut. "Kita harus cari tempat yang kotor, gelap dan lembab dulu. Di sana pasti nyaman untuk makan." Nyami merengut. Sayapnya sudah lelah terbang ke sana ke mari.
"Kamu enak, Nyam," gerutunya, " Gak perlu cari mangsa. Di kebun samping rumah kamu sudah bisa makan. Banyak bunga di sana."
"Tenang, Mi.." Nyama menunjuk sebuah rumah di depan mereka. Gelap dan kotor nampaknya. Pasti, Nyami bisa makan di sana. Nyama tersenyum. Melihat senyum Nyama, aku terbangun. Mimpi buruk. Peluhku bercucuran. Mengingat obrolan pasangan suami istri nyamuk yang dalam mimpiku bertubuh besar. Padahal, dengan tubuh kecil lengkap dengan sayapnya itu saja aku sudah takut. Gimana dengan ukuran yang lebih besar. Aku bergidik. Aku teringat dengan ucapan guruku bahwa siklus nyamuk hanya 12 hari. Wuih, bulu kudukku begidik. Segera kuambil sapu, alat pel dan senjata kebersihan lain. Yups, aku harus menjaga kebersihan demi mencegah hadirnya istri kejam itu. Yah, karena sang Suami hanya menghisap nektar bunga di kebun. So, sang Istri lah sang pendekar jahat yang harus kuberantas!
Baiklah, akan kuceritakan padamu kenapa aku begitu takut dengan nyamuk.Hingga aku mimpi buruk. Aku tak bilang kalo aku paranoid, tapi kupikir ini dipertimbangkan supaya kita lebih menjaga diri. Bukankah sehat itu mahal? Semua berawal dari kisahku bertahun silam saat aku menjalani PSG di Hanura, daerah yang dikenal sebagai daerah endemik malaria. Mengingat banyaknya tambak dan rawa di daerah itu.
Aku ingat, saat itu temanku bercerita tentang keluarganya yang sakit malaria. Kalau tak salah ingat, uwaknya. Sakitnya lumayan parah. Hingga beliau musti dirawat di tempat tidur selama lebih dari dua minggu. Menurut temanku, hampir semua penduduk di Hanura pernah terjangkit malaria. Jadi, kami selalu diingatkan untuk mengkonsumsi pil kina, penawar malaria. Kebetulan aku dan teman - teman yang PSG di Hanura kadang harus menghabiskan malam di luar rumah. Aktifitas yang sensitif. Mengingat nyamuk anoples, pembawa malaria biasa berkeliaran di malam hari. Alhamdulillah, semua berjalan dengan baik. Kami selamat terhindar dari malaria. Meski nyamuk tetap meninggalkan momok bagiku.
Ah, aku pun bergidik mengingat betapa malaria pun dapat mengakibatkan kematian. Hingga aku menyadari betapa penting arti menjaga kesehatan diri dan lingkungan.
#CatatanHariMalariaSedunia25April
#BebasMalariaPrestasiBangsa
Bandar Lampung, 21 April 2019
Komentar
Posting Komentar