Ramadhan dan Masa Kecil yang Membahagiakan
Ramadhan dan Masa Kecil yang Membahagiakan
Bismillah
Ramadhan adalah hari - hari yang menyenangkan bagiku dan saudara - saudaraku. Apalagi saat aku masih kecil. Aku masih ingat saat aku masih kanak - kanak, saat Ramadhan dimulai mamak selalu mengajak kami keliling pasar. Belanja keperluan menjelang Ramadhan. Kami beli ayam, bumbu dapur dan lain - lain. Aku bahkan ikut memilih ayam yang akan kami potong untuk menyambut Ramadhan. Mamak juga membeli ayam untuk diberikan pada nenek dan mbah Kidul. Ritual menjelang Ramadhan. Aku pun turut mengantar ayam - ayam tersebut ke rumah nenek dan mbah Kidul. Dan, nenek memberiku camilan untuk bekal sahur pertama kami.
Ritual Keliling Saat Sahur yang Menghilang
Dulu, saat sahur pertama, kami yang masih anak - anak selalu keluar rumah saat jam 3 pagi. Kami berombongan membangunkan warga kampung untuk sahur. Menggunakan suara - suara kami yang lantang. Ya, kami meneriakkan kata, " Sahur..Sahur.!" Berulang - ulang tanpa lelah.
Beda sekali dengan era jaman digital sekarang. Yang hanya perlu gerakin jari sedikit, sudah bisa membangunkan orang banyak yang jaraknya mungkin berkilo meter jauhnya. Hanya perlu gawai dan kuota. Bisa santai sambil tiduran dan membangunkan orang sekampung. Praktis.
Segi kepraktisan yang bikin kita malas untuk bersilahturahmi secara tradisional. Kalo bisa pake vc kenapa harus ngabisin banyak waktu dan uang untuk ketemuan. Gak praktis. Tak efisien dari segi dana.
Aspek praktis dan efisien ini juga yang rasanya jadi mengikis rasa emosional yang melekat pada kita. Rasa yang membentuk kenangan yang membahagiakan saat dewasa. Rasa yang membentuk kita jadi lebih manusiawi.
Seperti moment keliling membangunkan warga kampung yang kami lakukan saat kecil, dan kebahagiaan yang membuncah saat Ramadhan datang. Ramadhan yang kami nanti karena kami dapat berkumpul dengan bahagia.
Beda sekali dengan era jaman digital sekarang. Yang hanya perlu gerakin jari sedikit, sudah bisa membangunkan orang banyak yang jaraknya mungkin berkilo meter jauhnya. Hanya perlu gawai dan kuota. Bisa santai sambil tiduran dan membangunkan orang sekampung. Praktis.
Segi kepraktisan yang bikin kita malas untuk bersilahturahmi secara tradisional. Kalo bisa pake vc kenapa harus ngabisin banyak waktu dan uang untuk ketemuan. Gak praktis. Tak efisien dari segi dana.
Aspek praktis dan efisien ini juga yang rasanya jadi mengikis rasa emosional yang melekat pada kita. Rasa yang membentuk kenangan yang membahagiakan saat dewasa. Rasa yang membentuk kita jadi lebih manusiawi.
Seperti moment keliling membangunkan warga kampung yang kami lakukan saat kecil, dan kebahagiaan yang membuncah saat Ramadhan datang. Ramadhan yang kami nanti karena kami dapat berkumpul dengan bahagia.
Sensasi Baju Baru Lebaran
Mungkin semua anak - anak merasakan hal yang sama. Menanti lebaran dengan sangat. Berharap dibelikan baju lebaran. Baju baru yang kami kenakan saat lebaran. Baju yang kami gunakan saat bersilahturahmi dengan para kerabat dan tetangga. Melebur dosa di hari yang fitri itu.
Aku juga ingat betapa Ramadhan begitu ditunggu. Betapa bahagia karena di akhir Ramadhan kami dapat memperoleh baju lebaran. Baju baru yang mungkin kami dapatkan setahun sekali. Selain seragam sekolah. Sensasi mendapatkan baju baru membuatku dan saudara - saudaraku begitu bersemangat menjalankan ibadah puasa. Berharap hadiah emak. Baju lebaran.
Mengunjungi Keluarga
Saat Ramadhan pun kami mengunjungi keluarga lain atau sebaliknya. Membantu membuat panganan atau kue lebaran. Saat itu aku belajar cara paling simple untuk buat kue mawar. Kue nastar tempo dulu. Terlagi, saat mendekati akhir Ramadhan dan aku libur. Aku banyak menghabiskan waktu membantu keluarga, saudaraku dan ibuku. Moment berkumpul yang tak akan terlupa.
Masa Kecil di bulan Ramadhan
Tak ada yang dapat melupakan momen tertentu dalam hidupnya. Meski sebagian mungkin terkikis waktu. Kenangan indah saat Ramadhan akan membekas selalu dalam hatiku. Momen saat membuat ketupat bersama, buka dan sahur bersama, berziarah dan aktifitas ibadah ritual lain di bulan Ramadhan. Aku juga masih ingat kenangan Ramadhanku saat ikut pengajian bersama bapak. Melihat dan mendengarkan ceramah ustadz dengan khidmat. Melihat dan memperhatikan kebaikan yang bertebaran di sekitarku. Membuatku bahagia selalu.
#day17
#30HariKebaikanBPN
#bloggerperempuan
Komentar
Posting Komentar