Sepenggal Kisah Guru SMK: Rumput yang Tumbuh
Sungguh, mungkin telah kukatakan padamu atau pada diriku sendiri tentang betapa pandainya aku diam dan bicara dalam benakku? Membacamu dengan gerakan mataku. Menerjemahkannya dalam hatiku saja. Sungguh, sulit bagiku untuk bicara meski hanya dalam goresan kata di kertas. Tulisanku membingungkanku. Suaraku sendiri membuatku gugup. Aku terbiasa mengagumi tulisanmu. Membaca karyamu. Mendengarkan suaramu. Mengingatmu. Mengeja tulisanmu tiap malam. Hingga suatu ketika kau memanggilku. Tersenyum padaku dan memintaku menuangkan yang kubaca. Tanganku gemetar. Kakiku terasa kaku. Rasanya aku ingin pipis di celana. Tapi, aku berhasil menulis di papan tulis. Kau tersenyum padaku. Memujiku. Memberiku sebuah keinginan. Kelak aku akan menjadi sepertimu. Seorang guru.
Alhamdulillah, hari ini aku bersyukur. Keinginanku telah tercapai. Menjadi seorang guru. Meski bukan guru SD yang sering menghadapi anak - anak yang sering gugup sepertiku. Aku yang mudah gugup dan pemalu ini mengajar di SMK. It's not a gig though. It's my passion. Aku senang. Meski anak - anaknya banyak yang suka bolos, pernah membuatku marah, kesal, dan gugup, mereka sebenarnya anak - anak yang baik. Mereka hanya kurang dan butuh perhatian lebih.
Mungkin aku pernah ceritakan padamu tentang kelas yang sering kosong karena anak - anak lebih suka di bengkel atau di lab. Memang, sih SMK itu lebih fokus ke pelajaran produktif (otomotif, listrik, TKJ, MM dan lain - lain). Tapi, aku kan sedih juga kalau kelasku kosong. Oya, aku di sekolah mengajar Bahasa Inggris. Yah, meski Bahasa Inggrisku pun masih kacau balau. So, aku sering latihan nulis sendiri saat senggang karena jam ngajarku yang padat. 36 jam per minggu. Alhamdulillah, sekarang tinggal 27 jam karena aku sudah lulus PPG tahun lalu.
Anyway, anak - anak yang kuajar hampir 99% cowok, dan baru sekitar empat tahun ini ada sekitar 20% cewek karena ada jurusan MM dan TKJ. Awalnya hanya otomotif dan listrik. So, you know, aku pernah masuk kelas listrik dan anak - anak yang kuajar masih ada di tiang listrik. Tanggung, kata mereka. Hasilnya, aku mengajar mereka setelah menunggu lebih dari satu jam untuk mereka turun tiang, cool off sebentar, dan ganti baju. Well, jangan tanya semerbak bau kelasnya. Khas bau keringat anak - anak laki - laki dan wajah - wajah letih dan mengantuk mereka. Alhamdulillah, aku didaulat untuk sharing saja. Menceritakan tentang orang sukses yang bisa memotivasi mereka dalam belajar, kata mereka. Aku menurut, dan berceritalah aku hingga bel pulang. Ya, aku dapat jam terakhir. Jam ngantuk dan tidur siang.
Setelah lebih dari sepuluh tahun mengajar di SMK, aku memahami kultur yang dipahami masyarakat tentang anak SMK yang tak seluruhnya benar. Sekarang, aku menyadari bahwa anak - anak ini pun berjuang membuktikan jati dirinya di masyarakat. Banyak dari mereka yang bekerja sepulang sekolah. Mulai jam lima sore sepulang sekolah sampai jam dua belas malam. Bahkan hingga jam tiga pagi. Untuk membantu orang tuanya. Ada juga yang jadi kuli panggul di pelabuhan untuk membayar biaya hidup dan sekolahnya. Kalau kukalkulasi kasar hampir 30% anak - anak di sekolahku kerja sampingan setelah sekolah. Dan, anak - anak tersebut biasanya ada di jurusan otomotif atau listrik. Jadi, aku kadang sedikit mengerti saat kulihat sebagian anak tertidur saat pelajaranku. Apalagi saat jam terakhir.
Sebagai seorang guru yang sering mengobrol dan memperhatikan mereka, aku pun tahu keinginan mereka untuk memperbaiki kualitas hidup mereka dengan sekolah. Meski mereka tertidur sepanjang pelajaranku. Bukankah dalam tidur pun mereka masih dapat mendengarku? Itu kata mereka. Bukan aku. "Ms..aku tidur, tapi telingaku mendengarkan. Ms jangan khawatir." Aku hanya tersenyum dalam hati. Mereka sudah ada di kelas pun, aku sudah bersyukur. Kalau tidak sekolah, gimana nasib mereka?
Pernah seorang siswa berkata padaku begini, "Ms, kami ini memang seperti rumput. Terlihat tak berharga. Tapi kami jika hijau dan segar. Kami akan disukai. Jadi, kami akan tumbuh. Ms doakan kami ya.." Aku hanya tersenyum dan berkata ,"Insya Allah. Ms doakan, agar ilmu kalian berguna bagi masyarakat dan kalian mau berbagi pada sesama." Aamiin
Bandar Lampung, 23 September 2019
#OdopBatch7
Alhamdulillah, hari ini aku bersyukur. Keinginanku telah tercapai. Menjadi seorang guru. Meski bukan guru SD yang sering menghadapi anak - anak yang sering gugup sepertiku. Aku yang mudah gugup dan pemalu ini mengajar di SMK. It's not a gig though. It's my passion. Aku senang. Meski anak - anaknya banyak yang suka bolos, pernah membuatku marah, kesal, dan gugup, mereka sebenarnya anak - anak yang baik. Mereka hanya kurang dan butuh perhatian lebih.
Mungkin aku pernah ceritakan padamu tentang kelas yang sering kosong karena anak - anak lebih suka di bengkel atau di lab. Memang, sih SMK itu lebih fokus ke pelajaran produktif (otomotif, listrik, TKJ, MM dan lain - lain). Tapi, aku kan sedih juga kalau kelasku kosong. Oya, aku di sekolah mengajar Bahasa Inggris. Yah, meski Bahasa Inggrisku pun masih kacau balau. So, aku sering latihan nulis sendiri saat senggang karena jam ngajarku yang padat. 36 jam per minggu. Alhamdulillah, sekarang tinggal 27 jam karena aku sudah lulus PPG tahun lalu.
Anyway, anak - anak yang kuajar hampir 99% cowok, dan baru sekitar empat tahun ini ada sekitar 20% cewek karena ada jurusan MM dan TKJ. Awalnya hanya otomotif dan listrik. So, you know, aku pernah masuk kelas listrik dan anak - anak yang kuajar masih ada di tiang listrik. Tanggung, kata mereka. Hasilnya, aku mengajar mereka setelah menunggu lebih dari satu jam untuk mereka turun tiang, cool off sebentar, dan ganti baju. Well, jangan tanya semerbak bau kelasnya. Khas bau keringat anak - anak laki - laki dan wajah - wajah letih dan mengantuk mereka. Alhamdulillah, aku didaulat untuk sharing saja. Menceritakan tentang orang sukses yang bisa memotivasi mereka dalam belajar, kata mereka. Aku menurut, dan berceritalah aku hingga bel pulang. Ya, aku dapat jam terakhir. Jam ngantuk dan tidur siang.
Setelah lebih dari sepuluh tahun mengajar di SMK, aku memahami kultur yang dipahami masyarakat tentang anak SMK yang tak seluruhnya benar. Sekarang, aku menyadari bahwa anak - anak ini pun berjuang membuktikan jati dirinya di masyarakat. Banyak dari mereka yang bekerja sepulang sekolah. Mulai jam lima sore sepulang sekolah sampai jam dua belas malam. Bahkan hingga jam tiga pagi. Untuk membantu orang tuanya. Ada juga yang jadi kuli panggul di pelabuhan untuk membayar biaya hidup dan sekolahnya. Kalau kukalkulasi kasar hampir 30% anak - anak di sekolahku kerja sampingan setelah sekolah. Dan, anak - anak tersebut biasanya ada di jurusan otomotif atau listrik. Jadi, aku kadang sedikit mengerti saat kulihat sebagian anak tertidur saat pelajaranku. Apalagi saat jam terakhir.
Sebagai seorang guru yang sering mengobrol dan memperhatikan mereka, aku pun tahu keinginan mereka untuk memperbaiki kualitas hidup mereka dengan sekolah. Meski mereka tertidur sepanjang pelajaranku. Bukankah dalam tidur pun mereka masih dapat mendengarku? Itu kata mereka. Bukan aku. "Ms..aku tidur, tapi telingaku mendengarkan. Ms jangan khawatir." Aku hanya tersenyum dalam hati. Mereka sudah ada di kelas pun, aku sudah bersyukur. Kalau tidak sekolah, gimana nasib mereka?
Pernah seorang siswa berkata padaku begini, "Ms, kami ini memang seperti rumput. Terlihat tak berharga. Tapi kami jika hijau dan segar. Kami akan disukai. Jadi, kami akan tumbuh. Ms doakan kami ya.." Aku hanya tersenyum dan berkata ,"Insya Allah. Ms doakan, agar ilmu kalian berguna bagi masyarakat dan kalian mau berbagi pada sesama." Aamiin
Bandar Lampung, 23 September 2019
#OdopBatch7
Semangat... para pendidik generasi bangsa
BalasHapusUntuk menjadi rumput hijau dan segar perlu proses
BalasHapusSmoga ilmunya barokah ,untuk keluarga ,bangsa dan negara
Aamiin.. makasih mb
HapusSemangat cikgu.... sama sama cikgu kita
BalasHapusWah, salut dengan para siswanya ya mbak. Mereka punya kemauan untuk sekolah.
BalasHapus