Artificial Intelligence: Menerobos Ketidakmampuan Bekerja Sendiri

Kaum milenia pasti terbiasa dengan term artificial intelligence atau kecerdasann buatan yang mulai booming penggunaannya di tahun 2000an. Meski tak begitu paham dengan pengertiannya, saya yakin kita telah sering menggunakannya. Konsepnya sih, artificial intelligence ini adalah teknologi yang mempengaruhi penggunanya dalam berinteraksi dengan sekitarnya, teknologi yang dipengaruhi oleh internet. Teknologi kecerdasan buatan yang mungkin erat dengan pengguna digital seperti, spam filter, smart email categorisation, voice to features,  smart personal assistants (such as Siri, Cortana, dan Google Now), automated responders dan online customer support, security surveillance, dan masih banyak lagi. Beberapa orang bahkan menggantungkan hidupnya dari teknologi ini. Tak bisa hidup tanpanya karena inilah ladang kehidupannya.

Oleh sebab itu, pengaruh dari kecerdasan buatan ini akan terus tumbuh seiring dengan meningkatnya pengguna teknologi. Pengguna AI yang beragam dari pekerja kasar yang menawarkan tenaganya untuk makan, seperti; tukang somai, tukang parkir, asisten rumah tangga, bahkan baby sitter. Hingga pekerja professional yang mengandalkan AI untuk membantu bisnisnya.

Meski demikian, teknologi ini pun punya efek negatif yang dapat mengurangi kualitas hidup kita. Menjadikan kita sulit membedakan mana benar dan salah. Kita pun tak bisa menelusuri keaslian suatu karya karena semua orang dengan mudah dapat mengkreasikan sesuatu dengan bantuan internet.

Beberapa orang memang mempunyai pandangan bahwa teknologi kecerdasan ini memberi banyak keuntungan bagi kehidupan manusia, seperti: lebih akurat dibanding pekerjan manusia, dapat mengerjakan pekerjaan berbahaya (di reaktor nuklir, luar angkasa, dan lain-lain), dan tahan bekerja lebih lama dibanding manusia. Artificial Intelligence (AI) ini banyak digunakan di perusahaan besar dan kecil untuk membantu agar pekerjaan lebih efisien, seperti kasir di supermarket atau di bank, operator pemotong kayu di pabrik, dan lain - lain. Kita juga tahu bahwa risiko pekerjaan di tempat tertentu bisa berujung kematian. Hal yang dapat dihindari dengan penggunaan AI, hingga perusahaan lebih cenderung menggunakannya dibanding tenaga manusia. Selain lebih aman, penggunaan AI tidak menimbulkan masalah kemanusiaan. Kebayang kan, jika perusahaan menugaskan pegawainya untuk bertugas di reaktor nuklir yang level risikonya tinggi? Pasti akan menimbulkan reaksi sosial yang tinggi. Keuntungan yang lain adalah AI juga lebih tahan bekerja berjam-jam tanpa istirahat, Tak makan dan tak minum. Perusahaan tidak perlu membayar upah lembur dan biaya makan.  Penggunaan AI ini dianggap lebih akurat, efisien bekerja di tempat berbahaya, dan tahan bekerja dengan durasi lebih lama di banding manusia.

Sayangnya, AI ini mengakibatkan pengangguran dan merebaknya karya yang tidak original. Gimana nggak? Perusahaan yang kini banyak mengupdate AI tidak lagi perlu tenaga manusia. Tenaga manual yang lebih lama kerjanya, dan kurang efisien. Efeknya adalah pengangguran yang makin tinggi. Perusahaan tak perlu lagi menyewa pekerja untuk mengangkat barang berat, menghitung produk, mencoba makanan atau masak. Belum lagi pekerjaan lain yang dapat dilakukan oleh komputer. Saya punya tetangga yang dirumahkan karena perusahaannya telah membeli mesin baru. Ia tak punya pekerjaan dan lontang-lantung. Seorang teman yang tukang panggul di pelabuhan pun harus menganggur karena sudah ada alat canggih untuk mengangkut barang di pelabuhan. Akibat lain adalah makin banyak karya yang tidak asli. Banyak produk tiruan yang tercipta karea AI. Internet memermudah orang untuk berkarya, membuat karya yang ia duplikasi dari karya orang lain. Akibat yang tak kalah menyeramkan adalah AI dapat menciptakan produk yang dapat merusak. Masih ingat cerita Spiderman? Bagaimana seorang dokter ahli teknologi yang jadi villain atau penjahat "Sandman" dan menciptakan alat yang membunuh banyak orang. Serem, kan?

AI menurutku sih bisa membantu banyak orang untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Merubah kehidupan jadi lebih baik. Bukankah perubahan itu tak bisa dielakkan? Apalagi perubahsn ini mempermudah hidup kita. Seseorang dapat memperoleh kesempatan lebih baik karena AI. Sebut saja seorang blogger, design grafis dan pekerja kreatif lain yang banyak menggunakan AI dalam mengembangkan bisnisnya. Belum lagi, peluang kerja yang lebih terbuka dan transparan dengan adanya teknologi ini. Kemajuan yang bikin semua orang lebih mudah. Tak perlu mendatangi tempat lowongan pekerjaan, cukup kirim dengan smart phone. AI juga membuat jaringan usaha lebih besar dengan cost yang lebih rendah.

Sumber data





Komentar

  1. menurut SAya penggunaan Al memang bisa MembaNtu banyak orang UntuK MenIngkaTKAN Kualitas hidup dan meningkatkan perusahan sekitar ,,tetapi HARus mengeRtI dAmpak negtif nya SepeRti Al MeMBuAT Banyak nya pengangguran dan Merebaknya karyaa yang TIdak original

    BalasHapus
  2. Menurut saya, penggunaan Artificial intelligence mempunyai nilai yang positif yaitu dapat membantu banyak orang untuk meningkatkan kualitas kehidupan baik seseorang maupun sebuah perusahaan besar dan kecil, tetapi kita jugaa harus mengerti dampak negatif (resiko) nya kita kebanyakan orang menggunakan AI akan mengakibatkan pengangguran dan merebaknya karya yang tidak original serta dapat mengurangi kualitas hidup kita.

    BalasHapus
  3. Menurut saya,penggunaan artificial intelligence dapat memberikan banyak keuntungan bagi kehidupan manusia ,dan lebih akurat dibandingkan pekerja manusia , dapat mengerjakan hal berbahaya dan banyak digunakan di perusahan besar dan kecil agar membantu perusahan menjadi efisien.

    BalasHapus
  4. Menurut saya artificial intelligence bisa membantu banyak orang untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan merubah kehidupan menjadi lebih baik dan akan merubah kehidupan kita

    BalasHapus
  5. menurut saya artifical intelligence bisa membantu banyak orang dan mempermudah pekerjaan,tetapi kita juga harus memahami resiko negatif dari artifical intelligence agar dapat mendapatkan hasil yg lebih baik dari nilai positif dari artifical intelligence

    BalasHapus
  6. Menurut saya artificial intelligence bisa membantu banyak orang untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan merubah kehidupan menjadi lebih baik dan akan merubah kehidupan kita

    Reply

    BalasHapus
  7. Menurut saya, penggunaan Artificial intelligence mempunyai nilai yang positif.
    Dan juga bisa membantu banyak orang untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan merubah kehidupan menjandi lebih efisien.
    Dan kita juga harus tau dampak negatifnya dari artifical intelligence agar mudah untuk mendapatkan nilai positifnya.
    By Muhamad YOsep
    Kelas 11 tkj 2

    BalasHapus
  8. menurut saya artifical intelligence bisa membantu banyak orang dan mempermudah pekerjaan,tetapi kita juga harus memahami resiko negatif dari artifical intelligence agar dapat mendapatkan hasil yg lebih baik dari nilai positif dari artifical intelligence

    Reply

    BalasHapus
  9. Bagi saya Artificial intelligence sangat dibutuhkan di lingkungan sekitar

    BalasHapus
  10. Menurut saya artificial intelligence dapat membantu banyak orang untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan merubah kehidupan menjandi lebih efisien.

    BalasHapus
  11. Artificial intelligence atau AI diciptakan untuk membantu manusia sesuai dengan 3 hukum robot:
    1.Robot tidak boleh melukai manusia, atau dengan berdiam diri, membiarkan manusia menjadi celaka.
    2.Robot harus mematuhi perintah yang diberikan oleh manusia kecuali bila perintah tersebut bertentangan dengan Hukum Pertama.
    3.Robot harus melindungi keberadaan dirinya sendiri selama perlindungan tersebut tidak bertentangan dengan Hukum Pertama atau Hukum Kedua.
    Sehingga bukan AI itu sendiri yang perlu di takuti melaikan orang yang menyalagukan teknologi sebagai sarana kejahatan lah yang harus di hentikan

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Keseruan Kunjungan Industri Jakarta Jogja SMK BLK Bandar Lampung 2022

PERSEPOLIS COMIC REVIEW: The Story of Childhood