Asperger Syndrome: Apa dan Bagaimana Perawatannya

Tahukah kamu bahwa banyak orang terkenal dianggap mengidap Asperger syndrom? Sebut saja Albert Einsten, Wolfgang Amadeus Mozart, Thomas Jefferson (the father of America), Hans Cristian Andersen (penulis anak), Isaac Newton, dan masih banyak lagi.


Asperger syndrom yang populer dengan nama autis ini merupakan satu dari lima neurobiological pervasive developmental disorder (PDD) yang dianggap sebagai masalah kesulitan bersosialisasi dan berkomunikasi.

Asperger yang memiliki gejala seperti sulit berkomunikasi dengan orang lain, ledakan emosi yang cenderung ekstrem, ketidakmampuan memahami emosi dan suka menyendiri. Penderita asperger juga memiliki kecenderungan tenggelam dalam hal yang ia kerjakan seorang diri hingga lupa makan. 

Beberapa orang diketahui mengidap asperger di usia dewasa, beberapa yang lain telah diketahui di usia dini. Asperger juga diketahui sebagai masalah genetik dengan atau tanpa cacat intelektual. Beberapa penderita asperger bahkan memiliki kecerdasan luar biasa, seperti Albert Einstein dan Thomas Jefferson.

Perawatan Asperger

Perawatan asperger dapat dilakukan dengan terapi behavioral kognitif, terapi bicara, terapi vokasi, dan terapi obat. Terapi behavioral dilakukan dengan melatih asperger melakukan aktifitas bersama tim dengan mensuport penderita mengatasi kegugupannya dalam menghadapi orang lain. Lalu, terapi bicara dapat membantu penderita asperger lebih percaya diri dalam berkomunikasi. Terapi ini didukung oleh terapi vokasi yang memberikan rasa tenang dan nyaman pada sekitarnya. Aktivitas yang dilakukan akan menumbuhkan konsentrasi terhadap suatu pekerjaan yang didukung oleh pengobatan yang disesuaikan oleh penderita asperger.

Beberapa penderita bahkan dapat hidup sebagaimana orang normal lain tanpa pengobatan terus-menerus berkat terapi dan perhatian dari keluarga. Rasa percaya diri dan kasih sayang dari keluarga terbukti dapat memutus rantai penyakit yang dapat menimbulkan masalah mental kronis ini. 

Seperti Greta Thunberg yang bahkan menginspirasi banyak orang dengan caranya melawan stigma asperger. Thunburg menyatakan bahwa asperger membuatnya dapat melihat 'dunia' dengan cara yang berbeda. Thunburg yang di bulan Desember tahun 2018 ikut berkiprah dalam kampanye isu perubahan iklim dan pemanasan global ini membuktikan bahwa asperger tidak menghalangi seseorang untuk berkarya.

Sumber data
https://www.republika.co.id/berita/senggang/blitz/19/09/26/pyfoe8414-greta-thunberg-melawan-stigma-terhadap-pengidap-asperger

https://www.sciencedaily.com/releases/2018/04/180411220733.htm

Komentar

  1. Luar Biasa... orang-orang hebat di jamannya merupakan pengidap autis. jadi kita harus merangkul orang yang mengidap autis

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya mbak. kita harus menyayangi sesama tanpa syarat. Kita nggak tahu potensi kebaikan seseorang bisa membantu sesama hanya dengan satu kebaikan saja. Kebaikan meenular ya, mbak

      Hapus
  2. Terima kasih sudah membagi pengetahuan yang satu ini kak, aku jadi tahu🙏

    BalasHapus
  3. Baru tau, terimakasih banyak mba sangat informatif 😊

    BalasHapus
  4. info bermanfaat, semangat menulis ...

    BalasHapus
  5. Semoga pdd bisa menemukan obat buat
    Asperger syndrom

    BalasHapus
  6. Terimakasih atas infonya (Rendy perdana putra) XI tsm1

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Keseruan Kunjungan Industri Jakarta Jogja SMK BLK Bandar Lampung 2022

PERSEPOLIS COMIC REVIEW: The Story of Childhood