Mengenal Kematian: Gerbang Mengenal Diri dan Masyarakat Sekitar
Ustad Edi Azhari (tengah) menjelaskan tentang pengurusan jenazah
Kematian adalah hal yang pasti, tak bisa terelakkan dan pasti menimpa siapa pun juga. Tak pandang muda, tua, laki - laki atau perempuan. Tak kenal waktu, bisa terjadi pada pagi hari, siang, sore atau malam hari. Sebagaimana malaikat izrail dikabarkan mengunjungi tiap diri kita 21 kali dalam sehari. Bukankah itu mengisyaratkan kita hanya bisa menunggu kematian, dan mempersiapkan diri kita dalam menyambutnya.
Hari ini saya mendapat kesempatan untuk hadir dan mendengarkan tausiah tentang kematian yang dibawakan oleh ustad Edison dan seni mengurus jenazah oleh ustad Edi Azhari dalam acara yang mengusung tema "Seni Mempersiapkan Kematian" di masjid AD DUA di Way Halim, Bandar Lampung.
Mengenal Kematian
Dalam terminologi medis, kematian di tiga fase, dari mati klinis, mati otak hingga fase final kematian secara biologis di mana jasad kaku dan proses pembusukan dimulai. Sedang dalam akidah seorang muslim, kematian merupakan ketetapan Allah. Sunatullah, tak ada pengecualian atasnya, sebagaimana firman Allah:
"Sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam) akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)". (Az Zumar:30)
Mengenal kematian akan membuat seseorang ingat akan dirinya, mempersiapkan dirinya dalam menghadapi kematian. Menyadarkan kita bahwa hidup ini adalah perjalanan singkat untuk kembali kepada pemilik nyawa kita, Allah, melalui kematian. Kesadaran yang membuat kita menjaga diri kita dari perbuatan dosa, mengingatkan orang - orang terdekat, dan berbuat baik pada masyarakat di sekitar kita.
Kesadaran bahwa kematian adalah kepastian, hendaknya membuat kita selalu berusaha menjaga kehidupan kita. Bukankah kematian kita dipengaruhi cara hidup kita? Dalam tausiahnya, ustad Edison berkisah tentang seorang ulama di zaman nabi Musa yang memiliki lebih dari 30 ribu murid, Syaikh Barseso yang mati dalam kejahilan. Nauzubillah. Dikisahkan Barseso yang telah hidup dalam kebaikan selama 200 tahun tertipu oleh bujuk rayu setan hingga ia melakukan dosa besar. berzina, membunuh dan menyekutukan Allah di akhir hidupnya. Kehidupan Barseso adalah contoh dari su'ul khotimah, akhir yang buruk. Dalam kematian ada 4 cara kematian yang bisa kita ambil pelajaran darinya, pertama: awal, tengah, dan akhir baik, sebagaimana kehidupan para Nabi maksum. Kedua, awal baik, tengah baik, dan akhir buruk, sebagaimana kisah Barseso dan Bal'am bin Ba'ura (hidup di zaman nabi Musa). Ketiga, awal buruk, tengah buruk, tapi akhir baik, contoh Gito Rollis yang hijrah di usia tua hingga menjelang ajal. Keempat, awal, tengah dan akhir buruk, contohnya adalah Firaun, Abu Jahal dan lain lain.
Usaha Menggapai Khusnul Khotimah
Akhir yang baik adalah keinginan tiap orang. Pencapaian materi yang melimpah, tubuh yang kuat, dan perhiasan kemilau tak akan dapat membeli kematian yang baik. Usaha kita saja yang dapat menggapainya. Ustad Edison menyampaikan bahwa ada beberapa cara menggapai khusnul khotimah, yaitu: memperbaiki akidah, jangan punya masalah dengan orang tua kita, dan taubat.
Kita mengetahui bahwa pemahaman yang beredar di masyarakat yang berbau musrik adalah aktivitas yang dapat merusak akidah. Sebagaimana halnya bercanda dengan simbol agama, dan menghalalkan apa yang Allah haramkan. Aktivitas yang dapat menghilangkan iman. Sedangkan menjaga keridoan hati orang tua pun dapat membuka gerbang khusnul khotimah. Dikisahkan seorang adik dari Umar bin Khatab Aqil bin Khatab yang sulit meraih kematian, hingga ibunya ridho dan memaafkan Aqil, Bahkan orang yang shalih pun akan sulit mencapai khusnul khatimah tanpa ridho ibu. Terakhir, taubat. Meninggalkan hal-hal yang subhat apalagi haram. Tak menunda perbuatan baik, meluangkan waktu dan tidak menunggu waktu luag untuk berbuat baik. Hingga tak ada kata menyesal, sebagaimana firman Allah:
"Hai orang - orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang melakukan demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan, belanjakanlah sebagian dari apa yang telah kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang diantara kamu; lalu ia berkata."Ya Rabbku. Mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematianku) sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shalil." Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan "(Al Munafikun 9-11)
Sebagaimana kematian yang tidak menunggu kesiapan kita, baiknya kita pun selalu berusaha bersiap menjemput kematian. Tidak menunda- nunda perbuatan baik. Semoga Allah menolong kita semua.
Allahu rabb :(
BalasHapusMelalui tulisan ini saya diingatkan kembali, Terima kasih kakš
BalasHapusTrimakasih sudah diingatkan kk...
BalasHapusHikshiks dosa q masih banyak, tapi kalau hidup nambah dosa lagi. Astagfirllah
BalasHapusYa Allah tulisan ini seakan menamparku untuk menjadi lebih baik. makasih ya mba.
BalasHapusTerima kasih sangat bermanfaat sekalai
BalasHapusDiri ini masih harus banyak belajarš„
BalasHapusTerima kasih infonya
BalasHapusTerimah kasih infonya
BalasHapusSemangat
BalasHapusTerima kasih info nya
BalasHapusTerima kasih
BalasHapusTerima kasih
BalasHapus