Ulasan Cerpen “A Thousand Sakura Petals” karya Waobi
“Maka… maka berusahalah untuk selalu
hidup!”
Kalimat ini yang menarik perhatianku
saat membaca cerpen “A Thousand Sakura Petals” karya Waobi ini. Kalimat yang
menyentuh hatiku. Terlebih dengan kata-kata penguat dari sensei Naoko pada
Ageha yang menderita kanker hati akut ini. Kata-kata yang mengingatkanku bahwa
hidup ini pun rentan.
Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi esok. Tugas kita
sebagai manusia hanya berusaha untuk hidup dengan baik. Demi orang-orang yang
menyayangi kita, demi diri kita sendiri.
“Berusahalah hidup untuk ibumu. Berusahalah hidup untukku. Berusahalah hidup untuk orang yang menyayangimu. Berusahalah hidup untuk dirimu sendiri. Berusahalah hidup untuk masa depanmu…”
Cerpen
ini mengisahkan tentang Ageha, remaja SMP Swasta Madoka High yang divonis
menderita sakit parah dan harus menjalani operasi. Prosedur yang belum pasti
keberhasilannya ini membuat Agaha mengalami konflik di sekolahnya. Ia jarang
masuk sekolah, dan kalau pun masuk sekolah, ia tak ada di kelas. Agaha merenung
di atap. Sendiri. Meratapi nasibnya yang malang. Ia terus menanyakan tentang
Tuhan dan membenci-Nya.
Dia marah kepada tuhan, Kenapa engkau
memberikanku cobaan yang sangat berat?
Ageha juga berusaha bunuh diri, meski
usahanya selalu gagal. Ia takut ibunya akan bersedih setelah ia meninggal. Ia
ingin hidup.
Penulis dengan sederhana menceritakan
tentang kehidupan remaja SMP dengan segala kegelisahan remaja, tentang
perkenalan Agehi dan Ryuga di sebuah taman. Ryuga yang ternyata teman baru
Agehi di sekolah. Ryuga yang tampan, yang menghibur Agehi di taman. Ryuga yang
berubah dingin sikapnya pada Agehi. Sikap remaja laki-laki labil di usianya.
Sifat anak laki-laki yang dipahami oleh Agehi. Sifat yang tak jauh berbeda
dengan teman- teman Agehi yang lain.
Konflik Agehi yang dalam karena penyakit
yang ia derita sangat dimengerti oleh gurunya. Pak Nakao. Sebagai guru ia
mendukung Agehi agar kuat dan bertahan demi masa depannya.
Pak Nakao mendekati Ageha dan bediri di
sampingnya serta memegang tangan Ageha.
“Berusahalah hidup untuk satu hal yang dapat membuatmu kuat. Kuatlah, karena putus asa bukanlah jalan keluar untuk sembuh dari penyakitmu. Buanglah rasa takut yang ada di dalam dirimu. Bapak akan selalu mendukungmu untuk hidup, dan begitu pula ibumu. Dia tentu tidak ingin melihat anaknya menjadi seperti ini. Maka untuk itu, berusahalah hidup untuk semua orang yang peduli dan sayang padamu.”
“Berusahalah hidup untuk satu hal yang dapat membuatmu kuat. Kuatlah, karena putus asa bukanlah jalan keluar untuk sembuh dari penyakitmu. Buanglah rasa takut yang ada di dalam dirimu. Bapak akan selalu mendukungmu untuk hidup, dan begitu pula ibumu. Dia tentu tidak ingin melihat anaknya menjadi seperti ini. Maka untuk itu, berusahalah hidup untuk semua orang yang peduli dan sayang padamu.”
Penulis menggambarkan pak Nakao sebagai
guru yang selalu dekat dengan siswa-siswanya. Mendukung dan membantu mereka
menyelesaikan masalahnya. Termasuk Agehi. Hingga, Agehi menyadari bahwa hidup
adalah berkah.
Dan
saat itu juga ia berfikir, bahwa penyakit yang diberikan tuhan untuknya adalah
sebuah berkah. Berkah untuk hidup dan melawan segala rintangan dengan tegar dan
tanpa putus asa.
Terlepas
dari beberapa typo dari cerpen ini, aku dapat merasakan perasaan yang dialami
oleh Agehi, dan mengerti bahwa kesedihan karena ketidakberdayaan akan masa
depan. Konflik emosi yang diramu oleh penulis dengan baik. Akrab dengan
kehidupan remaja.
Penulis
dapat memahami dan menuangkan kegelisahan dan keputusasaan remaja yang terampas
kebahagiaannya karena sakitnya. Sayangnya, tak semua orang bertemu orang atau guru
yang dapat mendengar keluh kesah dan memberi support tanpa syarat. Menyadarkan
pada kita bahwa kita tidak sendiri.
Bandarlampung,
10 Desember 2019
Sumber
cerpen
https://www.yoharisna.xyz/2021/08/petualangan-luar-biasa-seorang-anak.html
Komentar
Posting Komentar