Ulasan Cerpen "Pengakuan" karya Anton Chekhov

Ulasan-cerpen-pengakuan-karya-anton-chevkov


Kerusakan moral yang ditandai dengan kemerosotan moral, seperti korupsi, masyarakat di abad 20 yang digambarkan Anton Chekhov dari kumpulan cerpen "Pengakuan" masih sangat relevan di zaman digital ini. 

Seperti yang orang katakan tak ada yang baru di bawah sinar matahari. Semua bentuk perbuatan manusia baik itu kebaikan atau kejahatan pasti lah pernah terjadi. Pembedanya hanyalah  media, dan perspsktif kita dalam menilai ke dua hal itu.

Anton Chekhov yang merupakan Raja Cerpen Rusia di zamannya, menggambarkan kebobrokan mental manusia dengan bahasa satir yang memesona. Hingga sulit bagi kita untuk tidak berpikir tentang isu yang ia tulis. Kita jadi lebih kritis dengan keadaan sekitar, dan berusaha memperbaiki diri.

Dalam cerpen "Munafik" digambarkan tentang atasan yang memiliki pegawai yang selalu terlihat tak percaya diri di kantornya. Mengutuk dan memprotes kerusakan pemerintahan yang bobrok. Atasan itu kaget melihat pegawainya yang begitu vokal dan berani di sebuah trem, hingga ia melihat atasannya. 

Sikap pegawai bawahannya itu kembali menciut, ketakutan. Cerpen ini menggambarkan tentang bagaimana seseorang dapat berubah pendirian dan sikapnya demi menyelamatkan dirinya dari kesukaran hidup. Sikap yang banyak diadopsi masyarakat kita demi mendapatkan kebahagiaan materi dan kemewahan kedudukan dunia.

Sikap masyarakat terhadap koruptor digambarkan dengan lugas dalam "Pengakuan" yang bisa bikin kita mengkritisi sikap kita sendiri. Saya sendiri jadi mempertanyakan ketulusan sikap saya terhadap atasan saya. 

Sebagaimana juga orang lain yang berusaha bersikap manis pada pimpinan kita, padahal kita tahu mereka mungkin bukan orang jujur. Kita pun masih mau makan minum dan menerima pemberian darinya, sambil terus memakinya di belakang punggungnya.

Seperti dalam cerpen "Satu-satunya Cara" menggambarkan tentang sulitnya mencari petugas kas yang jujur hingga atasannya harus menyogok petugasnya agar ia tidak korupsi. Upaya menyogok petugas dianggap lebih murah dibandingkan petugas yang korupsi. 

Bentuk kerusakan yang sudah mengakar hingga makin sulit mencari orang jujur. Jadi, satu kerusakan mental menyogok dianggap dapat mengatasi kebobrokan mental dengan nama korupsi. Ibaratnya, borok ditutup dengan borok yang lain.

Sedang dalam "Cermin Perot" menurut saya mengisahkan tentang orang-orang yang lebih suka hidup dalam kebohongan. Menambatkan hidup dari kebohongan itu. 

Sebagaimana banyak wanita-wanita dan para pemuda zaman milenia sekarang yang banyak tertipu dengan pantulan diri mereka di cermin. Memuja tampilan fisik dengan meninggalkan essensi dirinya, melupakan hal yang mungkin lebih penting. 

Dampaknya, makin banyak orang yang lebih suka melihat orang yang cantik dan tampan dengan tampilan fisik sempurna. Bergetar dan bahagia dengan apa yang terpantul di depan cermin. Padahal itu mungkin adalah tipuan.

Kebodohan mental masyarakat yang senang dengan hal-hal yang 'semu' seperti menjadi perhatian orang banyak dan menjadi 'terkenal'. Padahal perhatian itu terjadi atas sebab yang biasa. Tapi kebodohan kita sering menjadikan kita bahagia dan bangga berlebihan. 

Cerpen "Kegembiraan" ini mengingatkan kita bahwa terkadang yang banyak dibicarakan dan diperhatikan banyak orang, belum tentu sesuatu yang 'penting'. Kita harus lebih kritis dalam menyikapi 'berita' yang ada dan tidak mudah terbawa emosi.

Sedangkan dalam cerpennya yang lain seperti "Pergi", saya jadi ingat dengan kisah-kisah istri koruptor yang tetap bergelimang kemewahan, meski suami mereka telah dipenjara atau dihukum. 

Mereka mengutuk, menghujat dan ikut menghakimi, tapi tak mau melepaskan kenikmatan hasil dari apa yang ia caci. Dan, kita pun masih berteman dengan mereka karena nyamannya rumah dan lezatnya makanan yang mereka sajikan.

Membaca karya Anton Chekhov  di sekumpulan karya cerpennya dalam buku "Pengakuan" ini, membuat saya berpikir, tersenyum dan merenung. Mengingatkan saya bahwa dunia ini pun semakin tua. 

Perenungan terbaik adalah dengan berusaha memperbaiki diri kita. Bukankah hal terbaik dari hasil membaca adalah adanya perubahan cara berpikir dan bertindak?

So, menurutku buku ini dapat mengingatkan kita bahwa gerakan perubahan dari tiap diri itu adalah sebuah keharusan. Seperti tulisan Anton Chekhov dalam karyanya  yang tidak jemu mengingatkan masyarakat, "Please, mengertilah bahwa kehidupan kalian busuk dan muram! "  Pernyataan yang sangat relevan di zaman yang sudah krisis karakter ini.

Bandarlampung, 16 Januari 2020





Komentar

  1. kumpulan cerpen yg sarat pesan berarti ya mbak ini ... good good

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya..mas lutfi, enak dibaca pas musim hujan sambil minum kopi panas. Sambil merenung yang dalam..

      Hapus
  2. setiap cerita bisa diambil hikmahnya

    BalasHapus
  3. Wahh... Kumcernya bisa dibaca dimana nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku pinjem dari perpustakaan daerah, Mbak Sakif. Seminggu sekali pinjem 2 buku. Gratis hehe

      Hapus
  4. Ada bagian yang aku terheran-heran. Menyogok karyawan agar tidak korupsi. Berarti atasannya sendiri sudah mengajarkan yg tidak benar. Aku tunggu review cerpen berikutnya mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya..mbak Maria. Kadang jalan pintas memutus tali kebobrokan ya dengan kebobrolan lain. Jadi tidak terlihat. Seperti luka koreng kecil bisa tertutup oleh luka "koreng" yang lebih besar. Menurutku sih

      Hapus
  5. Dalam cerpen "Munafik" digambarkan tentang atasan yang memiliki pegawai yang selalu terlihat tak percaya diri di kantornya. Mengutuk dan memprotes kerusakan pemerintahan yang bobrok. Atasan itu kaget melihat pegawainya yang begitu vokal dan berani di sebuah trem, hingga ia melihat atasannya. Sikap pegawai bawahannya itu kembali menciut, ketakutan. Cerpen ini menggambarkan tentang bagaimana seseorang dapat berubah pendirian dan sikapnya demi menyelamatkan dirinya dari kesukaran hidup.

    dan ini sering nampak di Indonesia. setahuku

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin nggak hanya di Indonesia, ya. Cara paling mudah menyelamatkan diri dari kesulitan hidup, ya, mungkin dg cara "munafik" ini. Hanya orang-orang yang berusaha menyucikan diri yang terhindar dari sikap ini, ya?

      Hapus
    2. hehe iya ya. lawan dari idealis ya Kak

      Hapus
  6. Setuju sekali dengan paragraf terakhir, karena dunia ini memang memasuki akhir zaman.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya..mbak..jadi nggak ada (lagi) yang baru di bawah sinar matahari ini..

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Keseruan Kunjungan Industri Jakarta Jogja SMK BLK Bandar Lampung 2022

PERSEPOLIS COMIC REVIEW: The Story of Childhood