Perspektif Kasih Sayang Fatimah binti Muhammad pada Anak-anaknya Di Era Revolusi 4.0
Bicara tentang kasih sayang
ibu pada anak, mengingatkan kita akan kasih sayang seorang penghulu wanita di
zamannya, Fatimah binti Muhammad. Seorang wanita, ibu, dan pemikir ulung di
zamannya. Wanita tangguh yang mendukung perjuangan sang suami di tengah
kesederhanaan hidupnya.
Sejarah mencatat banyak
keutamaan Fatimah binti Muhammad sebagai seorang wanita dan ibu yang hebat
dalam mengatur pola pengasuhan dan pendidikan bagi anak-anaknya. Pola
pengasuhan yang juga meupakan cerminan ajaran Rasulullah.
Fatimah Azzahra yang
dikenal dengan kezuhudannya ini memiliki pola pengasuhan yang sangat kental
dengan unsur spiritualisme. Hal yang mulai banyak ditinggalkan di era digital
yang lebih mengedepankan materi sebagai tolak ukur keberhasilan dalam
kehidupan.
Beberapa ajaran Fatimah binti Muhammad yang dapat kita catat dan teladani adalah
- 1.
Pengaruh spiritualitas ibu
Sifat-sifat,
suasana spiritualitas dan psikologis ibu sangatlah berpengaruh dalam pendidikan
anak. Lingkungan spiritual yang baik dapat memberi pengaruh besar dalam
perkembangan anak. Keunggulan anak dalam menggali potensi spiritualnya akan
tampak dengan dukungan ibu.
- 2.
Pengaruh nama yang baik
Rasulullah
saw bersabda: “Tiadalah suatu rumah yang di dalamnya terdapat seseorang yang
bernama “Muhammad” kecuali Allah akan meluaskan rezeki mereka. Jika kalian
menamakan anak kalian dengan nama “Muhammad” maka janganlah kalian memukulnya
dan memakinya.”
Pemberian
nama anak sangat penting karena salah satu hal yang diingat pertama kali dan
dipelajari oleh seorang anak adalah namanya. Oleh sebab itu, nama harus
memiliki makna yang baik dan optimis.
Nama yang baik akan memengaruhi
psikologis anak dan menginspirasinya. Karena itulah, Fatimah binti Muhammad
melalui konsultasi dengan ayah dan suaminya, memilihkan nama-nama terbaik buat
anak-anaknya.
- 3.
Keteladanan Praktis
Seorang
ibu yang baik bukan hanya seorang ahli bicara tapi juga ahli dalam beramal.
Masalah zaman sekarang ini adalah banyak orang tua yang pandai bicara tapi tak
pandai beramal.
Bagaimana bisa, misalnya, seorang ibu yang menyuruh anaknya
memasak sementara ia tidak bisa masak? Bagaimana mungkin seorang ibu
menghendaki anaknya mengenakan busana muslimah sementara ia masih memakai pakaian super seksi?
Imam Shadiq meriwayatkan dari kakek-kakeknya bahwa Hasan bin Ali bin Abi Thalib berkata, “Di setiap malam Jumat, ibuku beribadah hingga fajar menyingsing. Ketika ia mengangkat tangannya untuk berdoa, ia selalu berdoa untuk kepentingan orang lain dan ia tidak pernah berdoa untuk dirinya sendiri. Suatu hari aku bertanya kepadanya, “Ibu, mengapa kau tak pernah berdoa untuk diri Anda sendiri sebagaimana kau mendoakan orang lain?”“Tetangga harus didahulukan, wahai putraku, “ jawabnya singkat.
Cara mendidik putri Rasulullah, Fatimah Azzahra ini membuktikan keutamaannya sebagai wanita pilihan. Wanita penghulu surga. Maka, akan beruntunglah bagi keluarga di seluruh dunia jika para wanitanya meneladani kesalihan beliau.
Perspektif Kasih Sayang Ibu di Era Revolusi 4.0
Setelah membaca
beberapa ajaran Fatimah binti Muhammad tentang pola pengasuhan sederhana yang
dapat melahirkan anak-anak unggul dengan ahlak mulia, kita akan membahas
sedikit tentang perspektif kasih sayang di era millennium ini.
Perspektif yang
berbeda dari perspektif kaum milenia yang hidup di era Revolusi 4.0 ini.
Sementara pola
pengasuhan Fatimah Azzahra terkesan konvensional dan tradisional, ibu-ibu
milenia lebih cenderung mengasuh anak-anaknya dengan cara yang lebih praktis
dan efisien.
Pola yang menganggap Era milenia yang serba visual ini sangat
memengaruhi pola pengasuhan ibu pada anak.
Pola yang didasari perspektif kaum
milenia terhadap arti kasih sayang yang tak terbebas dari pengaruh perkembangan
teknologi yang sangat pesat belakangan ini. Era yang seolah menitikberatkan
pada bentuk material, termasuk dalam mengungkapkan rasa kasih sayang.
Sebut saja seorang Ibu yang merasa tidak bahagia jika belum dapat memenuhi kebutuhan
materi (gawai, baju baru, tas, makanan dan lain-lain) anak.
Tapi, merasa biasa
saja saat sang anak tidak shalat atau puasa. Ada juga anggapan bahwa rasa cinta
ibu pada anak itu adalah dengan menjamin kebutuhan masa depan anak secara
material.
Ibu milenia saat ini sangat
bergantung pada teknologi dalam pola pengasuhannya. Mereka bahkan menjadikan teknologi
sebagai “guru” terbaik. Hingga menjadikan ibu-ibu milenia lebih sibuk menatap
layar gawainya dengan alasan belajar mengasuh anak dan menyerahkan tugas
tersebut kepada babysitter.
Sebagai akibatnya, anak-anak pun lebih dekat dengan
gawai dibanding pada ibunya. Padahal kasih sayang ibu tak dapat digantikan oleh
teknologi apapun.
Kasih Sayang ala Konvensional versus ala Milenia
Meningkatnya kebutuhan
manusia dan tingginya persaingan dalam usaha mensejahterakan keluarga telah
menjadikan para wanita, ibu, dan anak-anak perempuan keluar dari rumahnya yang
aman demi membantu ayah, suami, ataupun kakak laki-laki mereka.
Sementara para
wanita, ibu dan anak-anak perempuan itu terpaksa harus meninggalkan tugas utama
mereka di keluarga, yaitu: mengasuh dan menjaga anak-anak dalam keluarga.
Isu sentral yang
menjadi permasalahan ini adalah makin tingginya pendidikan para wanita yang
sekaligus ibu dan anak perempuan, hingga mereka tak dapat berdiam diri untuk terus hidup
dalam kesulitan ekonomi.
Meski diakui, di zaman
digital sekarang ini para wanita dapat memilih pekerjaan yang dapat dikerjakan
di rumah dengan frame work yang lebih fleksibel sesuai keinginan, hingga memudahkan
seorang wanita untuk menunaikan tugas utamanya sebagai ibu.
Sayangnya, tidak
semua pekerjaan dapat dilakukan di rumah. Beberapa pekerjaan seperti: sopir,
ojek, dan penjaga toko di pasar konvensial tetap memaksa wanita keluar dari
rumah.
Berbeda dengan prinsip
pengasuhan Fatimah Azzahra yang kental dengan spiritualisme yang sifatnya universal, hingga dapat diimplementaskan di belahan dunia manapun.
Prinsip spiritualisme yang mengedepankan kesederhanaan dan rasa cinta pada Allah semata. Sedangkan
cara konvensional, menurutku lebih cenderung ke arah tradisi di mana keluarga
tersebut berada.
Saya bisa ambil contoh dari rasa kasih sayang keluarga pada
anak di masyarakat Sumatra Barat dan di Lampung akan berbeda. Mengingat
keluarga di Sumatera Barat menganut tradisi matrilineal, sedang Lampung
menganut adat patrilineal.
Nah, perbedaan ini
tentunya mempengaruhi cara ibu mencurahkan kasih sayang pada anak-anaknya.
Begitupun pemberlakuan beberapa ketentuan terkait hukum perkawinan yang terkait
dengan dowry (uang lamaran) dan waris, sebagai bentuk rasa kasih sayang orang
tua pada anak-anaknya. Hal yang dilaksanakan dengan ketat demi keberlangsungan
tradisi leluhur.
Sementara pencurahan
kasih sayang ibu yang dilakukan secara konvensional terikat oleh tradisi
leluhur, rasa cinta ibu generasi Z banyak ditentukan oleh banyaknya uang yang
dimiliki.
Bagaimana tidak? Hampir semua pelampiasan kasih sayang yang diberikan
pada anak-anak generasi Z ini tak lepas dari uang. Dan, hampir semua yang
diperlukan dan diinginkan tak lebih dari materi yang mungkin tak dibutuhkan
oleh keluarga konvensional.
Aku masih ingat pernah
mengunjungi seorang teman di daerah yang bernama Tandus yang terletak dekat Rumbia,
Lampung Tengah. Rumah temanku itu begitu sederhana. Berlantai tanah, tanpa TV
dan gawai. Satu-satunya hiburan hanya radio kecil. Dan, mereka bahagia! Temanku
itu pun bisa sekolah dan kuliah.
Selanjutnya aku pun
jadi berpikir, terlepas bagaimana pun cara seorang ibu mencurahkan kasih sayang
pada anak-anaknya, harusnya sesuai dengan prinsip dan cara terbaik. Dan, kenapa
harus repot dan susah-susah mencari karena keluarga Fatimah Azzahra telah
memberi contoh terbaik sepanjang masa.
Sementara pemenuhan keinginan yang tak
akan ada habisnya akan makin menjauhkan dari Allah. Kesederhanaan yang
mendekatkan pada Allah yang tercermin dari ajaran Fatimah Azzahra adalah cara terbaik mencurahkan kasih sayang.
Semoga
para wanita di keluarga kita dapat meneladani putri Rasulullah yang suci ini. Hingga, kita semua dikumpulkan bersama yang paling kita cintai. Aamiin.
Bandarlampung, 1 May
2020
berat nih pembahasannya mbak Yoha, hehehe. Lama ga blog walking ke blognya mbak yoha
BalasHapusYa.. mbak. Ini bahasan wanita penghulu surga. Istri dari Ali bin Abi Thalib sekaligus putri kesayangan Radulullah yang syafaatnya dinanti-nanti di yaumil.akhir. moga kita jadi para pecintanya ya mbak Maria ^^
Hapus