Mengabadikan Kisah: Tak Ada Yang Kekal Tanpa Kata
Orang boleh pandai setingi langit,
tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari
sejarah. (Pramoedya Ananta Toer)
Hari ini aku menyempatkan diriku untuk menulis demi memenuhi tantangan # SquadOdop untukk menulis mengenai blog teman seperjuangan di Odop, Mbak Anisa. Seorang wanita cantik yang juga ibu dari anak-anak yang pintar. Ehm..
Aku mengenal mbak Anisa sebagai blogger yang cukup proficient dan aktif menulis di blognya terkait tema-tema krusial yang terjadi di sekitarnya. Keterbukaan untuk membagi ilmu lewat tulisan membuatku kagum.
Sebagai pribadi yang mencintai ilmu, mbak Nisa selalu menuntut dirinya untuk terus belajar menulis. Meski tak lupa dengan peran utamanya sebagai seorang ibu. Hal yang tentunya menjadi pematik semangatnya untuk berkarya.sambil terus belajar.
Aku mengenal mbak Anisa sebagai blogger yang cukup proficient dan aktif menulis di blognya terkait tema-tema krusial yang terjadi di sekitarnya. Keterbukaan untuk membagi ilmu lewat tulisan membuatku kagum.
Sebagai pribadi yang mencintai ilmu, mbak Nisa selalu menuntut dirinya untuk terus belajar menulis. Meski tak lupa dengan peran utamanya sebagai seorang ibu. Hal yang tentunya menjadi pematik semangatnya untuk berkarya.sambil terus belajar.
Sebagaimana itu adalah
kewajiban sebagai seorang hamba Allah. Mungkin, itu yang jadi magnet khusus
bagiku bagi sosok penulis blog yang satu ini.
Tulisannya pun mencerminkan pribadinya sebagai ibu yang serius dan cinta pada anak-anaknya. Berbeda denganku yang lebih cenderung easy going. Eh, tapi bukan berarti aku tidak suka anak-anak, lho. Aku suka anak-anak tapi dengan cara yang berbeda. Mungkin itu yang jadi daya tarik special bagiku.
Tulisannya pun mencerminkan pribadinya sebagai ibu yang serius dan cinta pada anak-anaknya. Berbeda denganku yang lebih cenderung easy going. Eh, tapi bukan berarti aku tidak suka anak-anak, lho. Aku suka anak-anak tapi dengan cara yang berbeda. Mungkin itu yang jadi daya tarik special bagiku.
Mbak Anisa, dengan
tulisannya yang sederhana dapat memberikan pandangan baru tentang hal yang
masih asing bagiku. Ada kutipan yang cukup menggelitik dari tulisan beliau,
“..ketika kita memaksakan kehendak agar
segala sesuatu terjadi sesuai keinginan, maka kita akan merasa sangat
kecewa dan tidak sabar jika yang terjadi justru sebaliknya.
Tulisan yang menggambarkan keistimewaan cara berpikir dan
kesabaran dari seorang penulis demi tujuan mulia. Menebar kebaikan.
Sayangnya, tipe penulis jenis ini cenderung terkesan senang
ada di zona aman. Ada juga yang bilang tipe ini masih terlalu shy to express
his/her feeling. Prinsip kehati-hatian mendasari semua tindakan maupun
tulisannya.
Bagus, sih. Tapi, penulis jenis ini harus sering gaul dengan
grup penulis yang anti mainstream atau paling tidak ya, harus rajin nulis. Tanpa
terlalu takut bikin kesalahan. Nulis aja dulu. Eh, kayak ngomongin diri sendiri. wkwkwk
Bisa kubilang, Mbak Anisa, yang kukenal lewat grup Odop ini, meski belum
pernah ketemu langsung, adalah orang yang punya ketertarikan pada banyak hal. Tulisannya
yang berisi banyak tema dari religious, anak-anak, cerpen, opini dan lain-lain.
Mengingatkan aku pada kehidupan yang penuh warna-warni.
Seorang teman pernah bilang padaku, “Tak ada
penulis yang buruk, yang ada adalah penulis yang malas menulis. Nah, kalau
penulis malas nulis. Dia ngapain? Rebahan?”
Aku hanya nyengir aja. Maklum, aku juga nggak ngerasa
sebagai penulis yang produktif. Apalagi nulis dengan riset yang njlimet. Duh,
Beberapa kali aku membaca tulisan mbak Anisa dan tersenyum
pada diriku sendiri. Mengingat betapa beruntungnya sebagian dari kita karena
diberi kesempatan untuk bertemu dan saling mengenal. Meski hanya lewat media
digital. Berhasil meluangkan waktu kita untuk menggoreskan kata yang kelak akan
jadi warisan bagi anak cucu kita. Warisan yang mungkin melebihi dari sekedar
materi.
Ah, aku nggak tahu mau nulis apa lagi. Sebagaimana kata-kata
mungkin tak bisa mewakili apa yang kupikirkan, aku hanya bisa menulis kesanku
mengenal mbak Anisa sebagai pribadi yang terus mau belajar terlepas banyaknya
kendala.
Terutama dalam menulis. Selamat menulis mbak. Moga tulisan kita jadi
saksi kebaikan kita di hari kebangkitan kelak. Meringankan dosa-dosa kita.
Aamiin.
Anyway, silakan mampir di blog mbak Anisa, ya. Terima kasih.
https://anisasustianing.blogspot.com/2020/05/membaca-dan-menyimpulkan.html?m=1
Anyway, silakan mampir di blog mbak Anisa, ya. Terima kasih.
https://anisasustianing.blogspot.com/2020/05/membaca-dan-menyimpulkan.html?m=1
Bandarlampung, 2 May 2020
Kata2nya Pak Pram menohok banget mba Yoha. Huhu.
BalasHapusKeren sekali mba Yoha dan mba Anisa ini. Aku pun bersyukur bisa satu forum dengan mba Yoha dan mba Anisa
Masya Allah mbak Jihan.. kia semua emang keren ya. Alhamdulillah. Moga kia yang fakir ilmu ini selalu dirahmati kesempatan untuk belajar dan tetap tawadhu ^^
BalasHapusMaasyaa Allah terima kasih Mbak Yoha. Hiks, jadi malu juga maskh banyak kekuranganku di sana-sini
BalasHapuskalau kata orang, kekurangan itu juga bisa jadi senjata kok kalau bisa diakalin hehe.. kita rajin nulis aja **
Hapus“Tak ada penulis yang buruk, yang ada adalah penulis yang malas menulis. Nah, kalau penulis malas nulis. Dia ngapain? Rebahan?” ini kok aq bnget yaaa..duh kesindir, semoga bisa semngt menulis lagi..makasih mba Yoha sdh mengingatkan melalui tulisannya ini
BalasHapusReviewnya sangat menampar kemalasanku... duh.. duh...
BalasHapus"Moga tulisan kita jadi saksi kebaikan kita di hari kebangkitan kelak. Meringankan dosa-dosa kita." aamiin ya allah..
semoga memberkahi kita.
seneng banget ikut SBO, penulisanya Masyaallah semua.
Penulis yang malas menulis? Waduh, nampol ini maknanya Mbak Yoha
BalasHapusselama gabung di ODOP, punya temen dan keluarga baru
BalasHapuswah semoga selalu konsisten menulis untuk menebar kebaikan ya, keren kalian semua :)
BalasHapus