Keseruan Sosialisasi Pilkada Bandarlampung di Warung Nongkrong
Sore itu langit cerah. Angin bertiup tenang dan matahari pun cukup bersahabat. Suasana asyik ini mengiringi kami dalam acara diskusi santai terkait Pilkada Bandarlampung di Warung Nongkrong.
Acara Sosialisasi Pilkada Bandarlampung ini digawangi oleh KPU Kota Bandarlampung bersama Asosiasi Jurnalis Indonesia (AJI) dan diikuti 20 peserta Tapis Blogger. Keseruan acara ini seolah mengobati rindu setelah setahun tak jumpa karena pandemi. Meski begitu, kami tetap menjaga protokol kesehatan covid 19 dengan memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.
Asyiknya lagi, acara ini dilengkapi dengan hidangan lezat ala Warung Nongkrong. Nasi goreng spesial dan es kopi. Enak dan nikmat deh.
Keseruan Ngobrol Pilkada Bandar Lampung di Warung Nongkrong
Ngobrol seru tentang Pilkada Bandarlampung ini dipandu oleh Bang Adrian, maskotnya Jejamo.com. Orangnya asyik. Aku jadi menikmati banget hidangan dan obrolan hari ini.
Bang Adrian yang akrab dengan anak millennial ini menggambarkan bahwa masalah demokrasi ini dekat dengan kita. Nggak perlu takut untuk ikut berpartisipasi dalam Pilkada. Dibawa asyik aja. Memilih ke TPS kan hak kita sebagai warga negara.
Selanjutnya, Bang Dedy yang jadi pembicara pertama menjelaskan tentang prosedur standard covid 19 selama Pilkada di TPS.
1. Menggunakan masker
2. Ketersediaan cuci tangan
3. Menjaga jarak
4. Petugas TPS menggunakan pakaian hazmat
5. Bagi pemilih yang suhu tubuhnya lebih dari 37° diberikan ruang khusus, dan sarung tangan untuk pemilih tersebut.
Aku sih merasa yakin bahwa warga Bandarlampung mau berpartisipasi dalam Pilkada tahun 2020 tanggal 9 Desember nanti. Warga Bandarlampung kan ingin ada perubahan lebih baik bagi tanah sang bumi ruwa jurai ini. Terlebih dengan visi misi paslon terpilih yang memberikan harapan baru.
Nah, untuk ketercapaian maksimal partisipasi masyarakat Bandarlampung, akan ada 20 relawan yang mewakili dari 10 basis relawan yang ada. Dari 1.700 TPS dengan 9 relawan, maka akan ada sekitar 15.300 orang relawan.
Menurut Bang Dedy Triadi, relawan-relawan tersebut berasal dari beberapa basis kerja, yaitu:
1. Basis keagamaan
2. Pemilih pemula
3. Komunitas
4. Warga net (netizen)
5. Keluarga
6. Pemilih berkebutuhan khusus
7. Pemilih muda
8. Pemilih Perempuan
Relawan-relawan yang dilantik pada hari Jumat, 2 Oktober 2020 itu juga ada di acara ini. Mereka terlihat muda, penuh semangat, dan penuh dedikasi. Aku jadi optimis dengan kesuksesan Pilkada ini.
Oya, Warung Nongkrong yang jadi tempat kami kumpul ini terdiri dari dua lantai. Kami menggunakan lantai dua dengan suasana terbuka dan angin sepoi-sepoi. Langit cerah juga bikin kami betah berpoto. Spotnya keren.
Ngobrol asyik tentang Jurnalisme
Selain ngomongin tentang Pilkada Bandarlampung, kami juga bincang seru tentang jurnalisme bareng Bang Hendry Silaloho. Diskusi ini seputar etika jurnalisme dan peran kita menangkal hoax. Berita bohong, apalagi tentang Pilkada bisa bikin masyarakat resah.
Menurut Bang Hendry, jurnalisme itu prinsipnya adalah kebenaran. Nggak boleh mewartakan berita bohong. Apalagi jika berita itu merugikan seseorang atau kelompok tertentu. Yah, paling nggak kita bisa memutus rantai hoax dengan tidak menyebarkannya.
Kebayang kan, kalau kita yang jadi korban berita hoax itu? Rasanya pasti sakit. Belum lagi berita itu bisa merusak nama baik kita. Pasti kesal. Ya, kan?
Fakta lain tentang Jurnalisme
"Masyarakat bisa menjadi produsen sekaligus konsumen informasi" (Alvin Toffler, futurology, 1980)
Masifnya kemajuan informasi menjadikan ruang informasi lebih luas. Bahkan konsumen pun bisa menjadi produsen. Orang yang membuat dan menyebarkan berita. Mereka bisa berprofesi sebagai blogger, influencer, atau netizen.
Aku yang suka nulis pun harus menyadari bahwa tulisan yang kupublish itu akurat atau sudah terverifikasi. Artinya, aku harus membuat riset terkait berita yang kutulis. Tujuannya agar tulisanku itu memikat pembaca. Kalau tulisan nggak berbasis data, ngawur, dan nggak komprehensif pasti bosan bacanya.
Pernah juga aku membaca tulisan yang bikin kening berkerut. Isinya menggiurkan banget. Misalnya tentang prakerja yang sedang booming. Eh, ternyata ada yang hoax. Sayangnya, banyak yang tertipu.
Fakta Jurnalisme
Nah, lebih jelasnya Bang Hendry menjelaskan tentang fakta jurnalisme, yaitu:
1. Truth/ kebenaran. Tulisan yang kita tulis harus berdasarkan kebenaran. Dapat dipertanggungjawabkan. Lengkap dengan data dan bukti, baik berupa gambar atau info grafis yang menunjang data.
2. Loyalitas utama pada kepentingan publik. Berita dalam tulisan yang kita buat harus mengutamakan kepentingan publik. Tidak menyebarkan berita yang meresahkan, atau mengganggu orang lain, misal: gambar tentang kekerasan atau kecelakaan yang berdarah-darah. Gambar-gambar tersebut dikhawatirkan dapat mengakibatkan trauma.
3. Verifikasi sebagai esensi jurnalisme. Berita atau tulisan harus diverifikasi kebenarannya dengan pihak-pihak terkait. Kita dapat melakukan cross-check data atau penelurusan dari sumber berita.
4. Independent. Tulisan kita harus bebas dari kepentingan pihak-pihak tertentu yang dapat merugikan masyarakat. Kita hanya harus condong pada kebenaran saja.
5. Memantau kekuasaan. Tulisan jurnalis juga harus dapat memantau kekuasaan. Media yang juga menyuarakan aspirasi rakyat.
6. Forum publik. Jurnalisme membuka ruang seluas-luasnya bagi publik untuk menyuarakan pendapatnya. Menjembatani pihak-pihak yang berkepentingan lewat tulisan.
7. Memikat dan relevant. Penulisan Jurnalisme wajib sesuai dengan keadaan. Relevant dengan kehadiran yang sedang terjadi di masyarakat, hingga tulisannya menarik pembaca.
8. Proportional dan komprehensif. Artinya berita yang dibuat harus sesuai, nggak berlebihan, dan mudah dipahami.
9. Mendengarkan kata hati. Jurnalisme juga harus sesuai dengan kata hati nurani. Tak melupakan sisi kemanusiaan kita dalam menulis.
Hak dan Kewajiban Seorang Jurnalis
Seorang jurnalis, tambah Bang Hendry, mempunyai hak dan Kewajiban dalam penyampaian berita pada masyarakat, yaitu:
1. Verifikasi adalah prasyarat mutlak bagi akurasi berita. Jurnalis nggak bisa melepaskan diri dari kewajiban memverifikasi data. Nggak peduli gimana pun cara dan bentuknya. Bisa lewat interview, ngobrol, atau library research.
2. Berimbang. Berita harus disampaikan dengan berimbang. Cover both sides. Nggak memihak.
Pasal 3 KEJ menyatakan, "Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah,"
Wah, pernyataan ini bikin aku inget dengan hobi emak-emak gibah. Gossip yang lebih diminati oleh sebagian besar masyarakat. Mungkin, kupikir gibah adalah contoh Berita yang memihak. So, penggosip bukan masuk golongan jurnalis, ya..wkwk
Anyway, dalam penjelasannya Bang Hendry yang pernah jadi penulis Lampung post ini menyatakan bahwa dalam KEJ itu seorang jurnalis menguji informasi. Selanjutnya, ia akan melakukan check dan recheck untuk menguji kebenaran informasi itu. Memberikan ruang dan waktu pemberitaan pada masing-masing pihak secara proportional.
Sambil nulis, aku membayangkan emak-emak yang hobi gibah melakukan check dan recheck informasi. Tak berpihak dalam gibah. Well, pasti gibahnya jadi nggak bikin ribut. Emak-emak adem, dan keluarga ayem. Semua bahagia. Ya, kan?
Diskusi
Sosialisasi Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Bandarlampung di Warung Nongkrong
Dalam obrolan sore itu aku makin sadar tentang pentingnya menyuarakan aspirasi kita. Gimana suaraku bisa bikin perubahan buat negara ini. Khususnya ya buat Kota Bandarlampung.
Acara ini juga seru karena ada pembagian hadiah buat kami yang beruntung. Sayang, aku belum termasuk. Tapi, aku merasa lebih beruntung karena bisa hadir sebagai warga Bandarlampung. Alhamdulillah.
Sebagai warga Bandarlampung, aku juga harus jadi penyebar kebaikan. Berita benar yang dapat menenangkan orang-orang di sekitarku. Tidak melebih-lebihkan informasi. Apalagi menulis informasi yang menjelek-jelekkan atau menyudutkan seseorang atau suatu kelompok.
So, aku bisa memulai dari diriku sendiri dengan cara asyik dan mudah. Menyampaikan lewat tulisan dan kata-kata bahwa informasi itu harus benar, berimbang, dan tak berpihak. Sebagaimana kata Bang Adrian, Demokrasi itu asyik.
Bandarlampung, 18 Oktober 2020
nice dear....
BalasHapus