Lulusan SMK Jangan Lulus Hanya Selembar Ijazah


lulusan-smk-jangan-lulus-hanya-selembar-ijazah

Siang itu Pak Riyanto, kepala sekolah kami bicara mengenai Lulusan SMK Jangan Lulus Hanya Selembar Ijazah. Kami membahas cara guru mengupgrade kompetensinya untuk mengatasi masalah tersebut. Membimbing siswa agar lulus dengan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha.

Sayangnya, ia merasa resah dengan kenyataan di lapangan. Masih banyak lulusan SMK yang sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Ini diakibatkan dunia usaha dan dunia industri yang belum mampu menyerap para pencari kerja. 

Ketatnya persaingan para pencari kerja baru ditambah tuntutan dunia kerja yang berat menjadikan lulusan SMK sulit mendapatkan pekerjaan di perusahaan. 

Menurut data ada sekitar 25.000 orang pencari kerja baru. Belum lagi angka  penganggur baru di Lampung akibat PHK yang sudah tembus di angka 3.500 orang.

Sedangkan daya serap dunia kerja di Lampung nggak sebanyak itu. Peningkatan serapan penduduk kerja secara absolut  mengalami peningkatan sekitar 0, 24% di bulan February 2020 sekitar 10.300 orang. Padahal angkatan kerja sebesar 0, 58% yaitu 25.000 orang. 

Ia menyatakan bahwa penyebab utamanya adalah belum terintegrasinya kurikulum sekolah dengan kebutuhan industri. Proses pembelajaran SMK masih terkesan kaku dan sulit beradaptasi dengan dunia usaha yang berkembang pesat.

Apalagi menurutnya, pembelajaran SMK dianggap belum memenuhi visi misi SMK. Di lapangan, sebagian besar pembelajaran teori masih mendominasi. Masih sekitar 70% teori dan 30% praktek. Kebalikan dari target pembelajaran SMK, 30% teori dan 70% praktek. So, bisa kubilang pembelajaran ini belum sejalan dengan visi lulusan "Siap bersaing di pasar Kerja". 

Akibatnya, angka pengangguran lulusan SMK lebih besar dibanding SMA. Sekitar 6,88 juta orang. Mendominasi angka TPT  (Tingkat Penganggur Terbuka). Padahal lulusan SMK seharusnya siap kerja.

Alternatif Sulusi Lulusan Kerja Jangan Hanya Selembar Ijazah


Seorang temanku kerja sambilan sebagai agen penyedia tenaga kerja. Kadang-kadang ia membantu lulusan sekolahku untuk bekerja di luar negeri. Gajinya lumayan daripada menganggur.

Ini memang solusi alternatif  lulusan agar nggak hanya punya selembar ijazah. Bermanfaat.

Meskipun masih banyak opsi lain untuk bekerja, bukan hanya sebagai TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di luar negeri, jika lulusan SMK punya kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja. 

Bekerja pada orang lain/ perusahaan



Nah, temanku itu menyalurkan calon pekerja untuk bekerja di dalam dan luar negri. Sayangnya, pekerjaan yang ditawarkan adalah pekerjaan informal, seperti: baby-sitter, asisten rumah tangga, pegawai toko, satpam atau pelayan toko. Pekerjaan yang nggak memerlukan skill khusus seperti lulusan SMK. Hingga gajinya pun belum terbilang memuaskan.

Namun, mungkin masih lebih baik dibanding menjadi pengangguran. Begitulah pikir sebagian lulusan yang akhirnya menerima tawaran temenku itu.

Solusi mengatasi anggapan bahwa lulusan  SMK hanya bermodal selembar kertas ijazah atau tanpa skill adalah bekerja keras mengupgrade diri. Hingga, lulusan punya pilihan kerja nggak hanya di sektor informal (domestic). Meski itu itu lebih baik dari pada menganggur dan nggak berkarya.

Siapa tahu, dengan bekerja di sektor informal ini, lulusan bisa berpikir kreatif. Membuka peluang usaha baru, seperti membuat applikasi atau perangkat untuk mempermudah pekerjaan fisik/ otot.

Bukan berarti pekerjaan informal/ domestik ini buruk atau nggak bermanfaat. Tapi, lulusan SMK yang punya kompetensi dengan sertifikat keahlian khusus pasti akan menjanjikan fasilitas dan jaminan kesejahteraan yang lebih baik. Gaji yang tinggi.

Aku sering ngobrol dengan beberapa lulusan jurusan distribusi listrik bersertifikat keahlian yang bisa punya penghasilan lebih dari 5juta per bulan. Itu pun belum ditambah bonus dan insentif lain. Padahal baru lulus. Peluang yang menjanjikan.

Bekerja Sendiri/ Enterpreuner: Nggak Takut Gagal

Ada juga lulusan yang membuka usaha sendiri. Bengkel motor atau mobil. Bahkan ada yang bisa mempekerjakan lulusan sarjana. Keren kan?

Mereka bilang, ilmu yang mereka dapat lebih banyak di bengkel dibandingkan di sekolah. Katanya, bahkan montir bengkel lulusan SD lebih pintar dibanding mereka yang baru lulu's SMK. 

Well, ini PR buat guru, dan semua pihak yang terlibat di dunia SMK. Termasuk dunia usaha. Setahuku sih, mulai ada kurikulum pembelajaraan SMK yang terintegrasi dengan dunia usaha, seperti: kurikulum dari Honda. Kalau yang lain, aku belum tahu.

Menurut para pelaku bisnis, kita nggak bisa menyalahkan kurikulum SMK yang belum dapat memenuhi keinginan industri. Ada banyak faktor yang jadi alasan.

Sebut saja perubahan ekonomi yang nggak pasti dan perkembangan teknologi yang cepat. Hingga per 5 tahun teknologi baru akan muncul, dan yang sebelumnya ditinggalkan.

Sedangkan, being enterpreuner artinya lulusan SMK akan langsung terjun di lapangan. Nggak terpaku dengan teori dan rasa takut gagal. Learning by doing. Bukan hanya belajar di bangku sekolah.

Nggak ada paket tertentu untuk sukses berwira-usaha. Kita hanya perlu mencoba dan mencoba lagi. Nggak perlu takut dengan kegagalan.

Bergabung dengan BKK Sekolah

Alternatif lain adalah ikut program BKK  (Bursa Kerja Khusus) SMK yang biasanya mengupdate job recruitment dari perusahaan yang bekerja sama dengan sekolah. Misalnya: Yamaha untuk sekolahku, SMK BLK Bandarlampung dan Honda untuk SMKN 5 Bandarlampung.

Sekolah juga mengadakan pelatihan buat siswa-siswa kelas XII untuk menghadapi uji kompetensi kejuruan. Ujian yang jadi prasyarat kelulusan sekolah. Jika lulus dengan baik, siswa akan mendapatkan sertifikat keahlian yang dapat digunakan untuk mencari pekerjaan. 

Diskusi


Lulusan SMK diharapkan jangan hanya mendapatkan selembar ijazah sebagai tujuan sekolah.  Kolaborasi semua pihak diharapkan dapat membantu lulusan SMK meraih cita-cita awalnya masuk SMK. Cepat kerja.

Sumber
#dataBPSLampung2020

Komentar

  1. Dewi salut dengan anak-anak SMK yang bisa menciptakan berbagai macam ide. Kreatif banget, kalau sdh lulus tepat sekali sesuai ulasan mbak Yoharisna di atas. Salah satu yang menarik, mereka enggak takut gagal;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. Mungkin karena anak2 itu cenderung "nakal ya😂 jadi selalu suka nyoba hal baru. Bahkan nggak takut risiko terluka/ gal..

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Keseruan Kunjungan Industri Jakarta Jogja SMK BLK Bandar Lampung 2022

PERSEPOLIS COMIC REVIEW: The Story of Childhood