3 Cara Mengatasi Masalah dengan Masalah
Seorang lelaki membuat keributan di
atas sebuah kapal. Ia menjerit-jerit karena rasa takut berlebihan dengan
keselamatannya. Semua orang menjadi panic melihatnya.
Selanjutnya, seorang ulama
memerintahkan beberapa orang untuk melemparkan lelaki itu ke tengah gelombang
laut yang ganas. Tentu saja, lelaki itu menjerit-jerit minta tolong saat
tubuhnya terombang-ambing di tengah laut. Atas perintah sang ulama, tubuhnya
diangkat kembali ke geladak kapal. Kali ini, lelaki itu tenang meski petir dan
badai mengombang-ambingkan kapal.
Begitulah kupikir, mungkin cara
sederhana mengatasi masalah dengan masalah. Bukankah kita terkadang menganggap masalah
yang kecil adalah besar? Bahkan mengecilkan
masalah yang sebenarnya besar. Bukan melihat masalah dan mengatasinya sesuai dengan proporsinya.
Ada juga yang mengatasi masalah
dengan membiarkannya saja. Menganggap masalah itu akan menguap bersama waktu.
Padahal, kita sama menyadari bahwa masalah yang dibiarkan begitu saja itu bagai
bom waktu. Bisa meledak begitu saja.
Beberapa orang menghindari masalah
dengan menutup-nutupinya sebisa mungkin. Berharap dengan menghindari, masalah itu akan menghilang. Terlupakan.
Apakah masalah itu berbahaya?
Well, aku mengakui kalau aku pun
termasuk orang yang suka menghindari masalah. Nggak berani menghadapi masalah head on. Hingga, aku berpikir sendiri. Apakah masalah itu berbahaya hingga kita
harus selalu menghindarinya seperti penyakit menular?
Padahal, aku tahu masalah itu nggak
bisa terus-menerus dihindari. Suatu ketika aku harus menghadapi masalah itu dan
menyelesaikannya. Bukankah dengan masalah, kita bisa membuktikan diri? Sedangkan
cara terbaik menyelesaikannya adalah dengan menghadapinya. Meskipun terpaksa
seperti kisah lelaki yang ketakutan di atas kapal.
Dalam istilah psikologi, masalah adalah sesuatu atau keadaan yang membutuhkan penyelesaian dan resolusinya masih belum jelas. Selanjutnya, seseorang akan merasa kesulitan untuk menentukan langkah menggapai tujuannya. Setelah orang tersebut menemukan sumber masalah, ia akan dapat mencari solusi terbaik.
“The most interesting people are the one who don’t avoid reality …”(Lizzy Spano)
Pendapat Lizzy Spano dalam A dangerous
Approach to problem solving ini menarik buatku. Menurutnya, orang yang
paling menarik adalah orang yang nggak menghindari kenyataan. Mungkin itu
sebabnya banyak orang sukses muncul karena mereka nggak takut menghadapi
masalah. Bahkan mereka mencari masalah dan memecahkannya.
So, mungkin bukan masalahnya yang
berbahaya, tapi cara kita menyelesaikannya yang bisa berbahaya atau berisiko.
Kalau kita ibaratkan masalah itu sebuah penyakit, ia akan berbahaya jika
diselesaikan dengan cara yang nggak sesuai. Namun ia akan menjadi masalah
biasa, jika kita sudah tahu obat yang tepat dan efisien.
3 Cara Mengatasi Masalah dengan Masalah
Ada banyak cara mengatasi masalah.
Problem solving yang disesuaikan dengan kondisi, orang, tempat dan persyaratan
yang terkait dengan orang yang tertimpa masalah. Meski memiliki masalah pun
belum berarti negative.
Beberapa masalah mungkin bisa
menghasilkan perubahan yang baik bagi kita. Tentu saja dengan penanganan dan
perlakuan masalah yang bijak. So, aku punya trik simple untuk melihat masalah
dari sudut yang berbeda.
Pikirkan masalah yang lebih besar
Aku pernah mendapati diriku sering
mengeluh sakit gigi, hingga ibuku sering pusing. Aku nggak tahu kalau sakitku
itu bukan masalah besar dibanding sakit adikku yang lain. Schizophrenia. Sejak
itu aku berhenti mengeluh.
Well, aku nggak bilang kalau kita
harus sakit dulu untuk mengerti. Memahami bahwa besar atau kecilnya masalah itu
tergantung persepsi kita dalam menghadapinya. Keyakinan bahwa masalah itu pasti
ada akhirnya. Solusi.
Memang, bicara itu mudah. Tapi, aku
merasakan sendiri bahwa cara terbaik melihat masalah tiap orang itu
berbeda-beda. Nggak ada yang salah atau benar karena pengalaman yang dibentuk
oleh kekayaan financial dan spiritual setiap orang berbeda. Hal yang pasti sih,
orang yang paling kuat sekali pun akan (sempat) jatuh jika orang yang ia kasihi
tertimpa masalah.
Dengan kata lain, setiap orang perlu
support yang kuat dan steady untuk jadi tempat bersandar. Meski hanya sesaat
saja. Bagaimana pun kita manusia biasa. Ada di suatu titik, di mana kita akan
berada di dasar terlemah. Hingga kita pasti butuh teman untuk mendengarkan.
Pikirkan bukan hanya masalahmu sendiri: Orang lain pun punya banyak
masalah melebihi dirimu
Okey, mungkin cara ini sedikit
selfish, ya? But, it works! Kita jadi menyadari bahwa di dunia ini kita nggak
menderita sendirian. Kita punya teman senasib.
Dulu, aku punya teman yang sering
mentertawakan nasib buruk dirinya. Saat itu ia patah kaki dan tulang rusuknya
harus dioperasi. Ia bilang, nasibnya lebih baik dari temannya yang nggak bisa
menemuinya karena sedang dioperasi. Padahal, mereka mengalami kecelakaan
bersama.
Pemikiran ini mungkin sedikit
berbahaya, jika maksudnya untuk berharap orang sama menderitanya dengan kita.
Atau kita merasa bahagia saat orang menderita bersama kita.
Maksudku, perasaan merasa nggak sendiri
ini akan membuat kita berusaha untuk mengerti bahwa kita nggak sendiri. Kita bisa
saling dukung, baik moral maupun financial semampu kita. Lalu, kita bisa
bangkit berjuang bersama-sama.
Pikirkan masalah kecil yang bisa kau selesaikan sekarang
Pernah seorang teman meminta pendapatku tentang masalahnya.
Tentang hubungannya dengan teman lain yang renggang, karena ada kesalahpahaman.
Lalu, aku pun mempertemukan mereka hingga mereka bicara. Masalah pun selesai.
Saat itu aku senang. Bahagia rasanya
bisa membantu menyelesaikan masalah yang menurutku kecil ini. Aku nggak
menyadari bahwa masalah ini nggak sekecil yang kukira dan aku berhasil membantu
menyelesaikannya.
Bener kata orang bilang bahwa, “Jika
kita tidak dalam posisi yang terlibat secara emosional, semua masalah itu
adalah kecil..” Ini mengingatkanku bahwa masalah itu memang sudut pandang
sekali.
Seperti seorang dokter yang menghadapi
pasien. Ia dapat bersikap biasa dan tenang. Tubuhnya tidak berkeringat dan
ketakutan. Berbeda jika keluarga si dokter yang menjadi pasien, ia mungkin
nggak akan setenang itu.
Diskusi
Menurut guruku, manusia terlahir itu
membawa masalah. Hidup dengan masalah dan ditakdirkan untuk menyelesaikan
masalah itu. Sepanjang hidupnya.
So, selama masih ada napas di raga
ini, seorang manusia nggak akan dapat melepaskan diri dari masalah. Rasa
khawatir, cemas, takut, dan nggak tenang.
Seperti seorang ayah yang khawatir
dengan masalah anaknya yang akan masuk TK. Masalah berlanjut dengan masa
pubertas anak, pernikahan, dan seterusnya. Masalah pun nggak berhenti meski
anak telah menikah. Ayah akan selalu khawatir. Hingga akhirnya ayah menitipkan
semuanya pada Allah.
Anyway, aku suka dengan kata-kata
Lizzy bahwa orang-orang yang menarik
adalah orang yang jujur dengan dirinya. Mengenali kelemahan, kesalahan, dan
rasa takutnya. Memeluk semuaya dengan terbuka, dan mentertawakannya.
Asli keren nih tulisan... Awalnya sih aneh ya, kok bisa masalah diselesaikan dengan masalah. Secara logika aku mikirnya masalah+masalah = masalah++ alias masalah yang tambah runyam.
BalasHapusEh ternyata enggak gitu ya.
Alhamdulillah sejak baca ini jadi open banget sama masalah. Secara teorinya sudah tahu. Tinggal praktek nih kalau ada masalah. Harus berani bilang cetek dulu kayaknye. Hehe
Mungkin emang cara pandang Kita yg bikin masalah itu negatif ya. Meski emang lebih mudah ditulis dari pada menjalani yaπ€
HapusJudulnya menarik bgt, dan aku sepakat dengan isinya π€
BalasHapusHal yg sama juga terjadi padaku, kalau jadi konsultan masalah teman2ku, aku hebat sekali. Begitu punya masalah pribadi, wadow ternyata aku se-cluelesss teman2 juga hahaha.
Tapi karna jam terbang, sekarang sudah bisa lebih fokus dan tidak panik ketika ada masalah baru. Duduk diam, cari sumbernya, nah nanti pelan2 bisa ketemu solusinya. Masalah harus diselesaikan, biar naik kelas. Kalau nggak pasti nanti ketemu lagi masalah yg sama ππ
Setuju mbak. Masalah emang mudah kalau milik orang lain. Tapi, masalah jugs kasih rewards buat Kita yg bijak menanganinya.
HapusBegitu pun, nggak ada yg bisa nilai baik atau buruk solusi yg kita ambil. Karena yg paling ngerasain kan kita sendiriπ
Tapi, sekali lagi punya teman yg support itu asyik banget. Bikin perasaan melambung. Semangat. Meski masalah ya nggak bakal pernah selesai ππ€
Tulisannya menarik Kak. Memotivasi juga sebagai pengingat diri. Terima kasih kak :)
BalasHapusSama-sama. Moga Kita semua selalu sehat n Bahagia ya.. Aamiin π€²
HapusBetul.. Mengatasi masalah yang terbaik adalah tidak lari dari masalah. Juga bukan melihat masalah sebagai sesuatu yang tak dapat dipecahkan atau dicari jalan keluarnya.
BalasHapusSetuju, kak. Masalah harus dihadapi dengan berani!
Hapus