Review of Tigers, Frogs, and Rice Cakes: A Book of Korean Proverb
Sejak dahulu, kita selalu hidup bersama dengan peribahasa. Meski tanpa kita sadari. Apalagi sebagai bangsa Timur yang begitu kental dengan budaya, seperti Indonesia dan Korea.
Sebut saja dengan “Buah tak jauh dari
Pohonnya” . Peribahasa yang berarti bahwa seorang anak itu mengikuti ajaran
dari orang tuanya. Tentu saja, masih banyak peribahasa yang lain yang bisa kita
pelajari dari orang tua kita atau dari buku.
Nah, buku Tigers, Frogs, and Rice
Cakes: A Book of Korean Proverb yang bergambar ini bagus sekali dibaca bareng
anak. Bukunya tipis dan bergambar warna-warni. Sangat menarik.
Sekilas Tentang Proverb
Proverb atau peribahasa adalah
kelompok kata yang mempunyai susunan yang tetap dan mengandung aturan
berprilaku, nasihat, prinsip hidup, perbandingan atau perumpamaan. Peribahasa biasanya
menggunakan kiasan untuk menggambarkan sesuatu. Contohnya adalah Seperti daun di atas talas. Orang yang
tidak teguh pendirian.
Sejarahnya proverb yang dikenal di Inggris, seperti “A bird in the hand is worth two
in the bush” . Sesuatu yang ada di tangan kita lebih berharga daripada dua
benda yang masih ada di semak-semak. Proverb yang aslinya berasal dari
pertengahan Latin. Lalu, ditemukan di Roma, Italy, Spanyol, Jerman, dan
Portugis.
Sedangkan, salah satu proverb Korea
yang terkenal adalah “Gosaeng kkeute naki
onda”. Mirip artinya dengan peribahasa kita. “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang kemudian." Selalu bersemangat walau bersusah-susah
dahulu, bersenang-senang kemudian.
Review of Tigers, Frogs, and Rice Cakes: A Book of Korean Proverb
Kita pasti telah menyadari, nggak
akan sukses seseorang tanpa mau belajar. Mendengar orang lain dan membaca buku.
Membuka mata dan pikiran untuk merubah cara pandang dan bersikap kita yang
membatasi keberhasilan dalam hidup kita.
Sayangnya, sikap itu nggak akan
terpenuhi jika kita nggak mau belajar dari sejarah. Termasuk mendengarkan
nasihat, petuah, dan larangan yang datang dari para orang tua kita. Orang yang
mungkin kita anggap ketinggalan jaman.
Kita terkadang menganggap bahwa kita
selalu harus melihat ke depan. Nggak perlu menengok ke belakang. Hingga tanpa
disadari, kita menuju kehancuran. Hal yang bisa dihindari jika mau mendengarkan
nasihat dan larangan lama. Nasihat yang tersirat dalam peribahasa.
Begitupun, beberapa peradaban maju
seperti Korea dan Jepang, masih memegang tali kemudi kebudayaannya. Meski
mereka mengambil sebagian, dan meninggalkan sebagiannya lagi. Mengambil yang
mereka butuhkan saja. Paling tidak, mereka nggak meninggalkan seluruhnya.
Sekali lagi, pilihan ada di diri
kita. Hingga membaca buku ini pun nggak menjadi kesia-siaan dan pemborosan
waktu. Seperti kata Jen Sincero in her
book You are a Badass, “You have to let go of old, limiting beliefs and cling
to your decision to create the life you desire like your life depends on it.” (page
25). Kita harus berani untuk menentukan jalan hidup kita dengan membuka
diri dan mau belajar dan mendengarkan.
Proverbs dalam buku Tigers, Frogs, and Rice Cakes: A Book of Korean
Proverb
Dalam buku ini ada beberapa proverbs
yang menarik untuk diketahui. Peribahasa ini juga dapat memperkaya khazanah
perbendaharaan kata kita. Hingga kita bisa jadi lebih bijak dalam kehidupan.
It is dark at the base of
the lamp.
Teung-jan mi chi eo-dup-tta
Artinya adalah barang yang hilang
akan sulit kita temukan, jika ada di dekat kita. Mungkin mirip dengan
peribahasa kita. Gajah di depan mata
nggak kelihatan, semut di seberang laut terlihat. Hal yang bisa juga
diartikan bahwa kesalahan diri sendiri, kita nggak menyadarinya. Sementara kesalahan
orang lain kita tahu dengan jelas.
Seven falls, eight rises
Chil-jjeon pal-kki
Artinya adalah nggak peduli jatuh
berulangkali, kita harus selalu bangkit. Pantang menyerah. Jika yang pertama
gagal, coba lagi, lagi dan lagi.
Though it is small, the pepper is
hot.
Ko-chu-neun cha-ga-do maep-tta
Artinya adalah kita nggak bisa
menilai sesuatu atau seseorang berdasarkan tampilannya. “Good things come in small packages.” Ini sama dengan peribahasa, “Don’t judge from its cover.” Mungkin
saja tampilan bisa menipu.
well, ada juga peribahasa yang punya
kemiripan dengan “Speak of the devil.”
Membicarakan seseorang yang tiba-tiba muncul di hadapan kita.
Speak of the tiger, and it appears
Ho-rang-i-do che-mal-ha-myeon on-da
Artinya adalah seseorang atau sesuatu
kadang muncul di saat tertentu secara kebetulan. Tepat pada saat kita
membicarakan mereka. Kebetulan yang nggak disangka-sangka.
Well, ada sekitar 7 peribahasa lain yang
ada di buku ini. Lengkap dengan illustrasi yang manis. Eye-catching banget.
Diskusi
Kekayaan bahasa yang mewarnai suatu
bangsa adalah tanda masyarakat tersebut hidup dan menghargai dirinya. Bukankah tanpa
bahasa, maka suatu bangsa bisa mati? Hingga tugas melestarikan ada di pundak
kita. Generasi muda.
Anyway, nggak ada gading yang nggak
retak. Begitu pun sesuatu hal pasti luput dari sempurna. Jadi, mungkin itulah
yang bikin kita semua saling membutuhkan.
Komentar
Posting Komentar