Review of You are a Badass Book: How to Stop Doubting Your Greatness and Start Living an Awesome Life
Assalamualaikum, gaes.
Tabik pun,
Ada sebuah
kata bijak milik Rumi yang jadi pembuka buku ini. Kata yang kupikir
mempresentasikan isi buku You are a
Badass: How to Stop Doubting Your Greatness and Start Living an Awesome Life
karya Jen Sincero. However, I’m happily mistaken.
Well, buku
ini nggak bicara tentang Rumi dan tarian sufinya. Apalagi tentang filosofi
kehidupan tentang mabuk cinta dan orientasi ketimuran yang kemudian diikuti
oleh Iqbal. Not at all.
That’s why aku agak penasaran. Meski aku sedikit
terganggu dengan gaya bahasa Sincero yang terlalu blunt untuk aku yang
dibesarkan oleh budaya Timur. But, once
again let’s cease the stereotype, will ya? Bukankah kita bukan seorang
jaksa, juri, dan hakim atas orang lain? So,
let’s open up and start living an awesome life.
Sinopsis Buku You are a Badass Book:
How to Stop Doubting Your Greatness and Start Living an Awesome Life
Pernah ada
seorang temanku yang selalu senang bercanda tentang kehidupannya. Mentertawakan
tentang dirinya sendiri untuk menghangatkan suasana. Tentu saja, tujuan yang
berhasil karena banyak yang merasa simpati dan tertawa bersamanya.
But, you
know what? You’ve got to stop that! Kita harus menghentikan sikap yang
merendahkan diri kita. Lalu, berusaha memuliakan diri kiita dengan membanggakan diri.
Be confidence! Make humor snobs.
Kata-kata
Sincero ini mengingatkanku dengan seorang Dedi Codbuzer, seorang mentalist yang
kini merambah dunia youtube. Seorang yang penuh percaya diri dan nggak suka
bikin lelucon yang menghina dirinya sendiri. Hingga kita bisa merasakan aura
positif dari dirinya.
Sebenarnya,
banyak kata-kata bagus dari buku You are a Badass yang menarik buatku. Tapi,
ibarat makan roti, aku akan makan sedikit demi sedikit. Seperti mencintai diri
dan orang lain.
Nah, itulah salah
satu point penting yang dikemukakan oleh Sincero. Love Yourself! Jika kita
mencintai diri kita, semuanya akan berjalan dengan baik.
Bukankah
nggak mungkin menjalani hidup dengan bahagia tanpa cinta pada diri sendiri? Apalagi meragukan diri sendiri. Kan nggak mungkin
mencintai orang lain atau sesama kalau diri sendiri aja nggak dicintai. Benar, kan?
Sebagaimana buku self-help lain, buku ini juga mengajak kita mempertanyakan tentang diri kita. Tentang apa, siapa, bagaimanana, kapan, dan kenapa diri kita ini. Tentang bagaimana kita melihat diri kita.
“All of us are connected to this limitless power and most of us aren’t using but a fraction of” it. (page 72)
Kita terkoneksi
oleh kekuatan tanpa batas. Sayangnya, sebagian besar dari kita nggak bisa
menggunakan kekuatan itu. Meskipun hanya sedikit.
Hal yang
menjadikan kita selalu mudah ketakutan. Nggak berdaya. Padahal, kekuatan Tuhan
atau yang Sincero sebut sebagai Source of
Energy ini dapat membuat kita jadi seseorang yang awesome. Hebat. A Badass.
Aku sih
memahaminya sebagai seorang hamba Tuhan yang nggak terlepas dari kemampuan luar
biasa untuk memilih suatu tindakan, dan menjadi luar biasa karenanya. Konsep
pemikiran yang masih sulit kuselami karena aku belum berani keluar dari zona
nyaman. Pemikiran yang harus segera aku ubah.
Zona yang
dinyatakan oleh Sincero sebagai Big Snooze.
The shadow life, the false self. Kita menyembunyikan diri kita, kemampuan
kita untuk jadi awesome hanya karena rasa takut.
Ini yang
Sincero katakan sebagai ego. Konsep yang
berbeda dari yang kita ketahui. Ini bukan ego untuk merebut milik orang lain
atau membanggakan diri sendiri agar dicintai.
Seorang Big
Snooze itu seperti seorang aku yang bekerja sebagai manager keuangan di
perusahaan. Pekerjaan yang aku benci. Aku juga nggak dapat kepuasan financial dari pekerjaannya. Namun aku nggak
bisa keluar dari pekerjaan itu. Takut.
Ah, aku jadi
ingat dengan karakter Aku dalam Dance
Dance Dance karya Haruki Murakami. Aku yang terjebak dengan lingkaran
kehidupannya sendiri. Nggak nyaman dengan keberadaannya.
Aku nggak
berani menghadapi affirmasi buruk
dari teman-teman sekitarku. Takut cemooh dari ibu, ayah, dan saudara lain. Butuh
banget dengan appresiasi orang lain. Padahal itu bukan diriku.
Nah, ada
tips yang disampaikan oleh Sincero untuk belajar membahagiakan diri. Tips yang
menarik. Ia bilang, “Nggak perlu
terganggu dengan segala omong kosong dari orang lain atau diri kita. Jika
bahagia, semua pasti akan baik-baik saja.”
Hargai dirimu yang begitu istimewa
Nggak ada
orang di dunia ini yang terlahir sama. Namun semua sempurna dengan keberadaannya
masing-masing. Bukankah kita semua saling melengkapi?
Aku punya seorang
teman yang begitu keren di mataku. Begitu percaya diri. Terlihat begitu
bersinar. Meski ia disable.
Selanjutnya,
aku memperhatikan dirinya yang sebenarnya punya kekurangan. Sama seperti orang
lain. Tapi, ia mengerti dengan kekurangannya, menghargai sebagai suatu hal istimewa yang Tuhan kasih. Bersyukur dengan
keistimewaannya tersebut.
Ia nggak
jadi seorang yang cengeng. Focus dengan
tujuan hidupnya. Menghargai dirinya sebagai manusia yang berharga. istimewa.
Akui keberadaan dirimu
Dalam kehidupan
ini, kita sering merasa malu dengan keadaan kita. merasa nggak cukup berarti. Nggak
berharga untuk dicintai.
Pemikiran negative
yang hadir karena rasa insecure. Perasaan
nggak cukup pantas untuk ada dalam suatu masyarakat. Rasa yang ada akibat dari
nggak cukupnya penerimaan diri.
Kita belum
bisa menerima keberadaan diri kita sebagai individu yang istimewa. Berbeda. Perasaan
nggak sehat yang harus ditinggalkan.
Kesadaran bahwa
diri kita special dan berharga adalah salah satu konsep penting dalam proses
pengakuan keberadaan diri. Konsep yang bisa bikin kita bahagia dengan diri kita
sendiri.
Sincero menawarkan mantra self-love affirmative yang cukup menarik, seperti:
- Saya pantas menerima cinta yang besar setiap saat dalam kehidupan
- Saya adalah saya bersama “The Universe” (Sincero menyebut Tuhan dalam term The Universe atau The Source of Energy). The Universe adalah Awesome. Begitupun saya.
- Hati saya terbuka. Di dalam hati saya, cinta mengalir.
- Saya menerima semua kebaikan yang ada ditawarkan dunia bagi saya.
- Saya hebat, cerdas, dan cantik.
- Saya mencintai tubuh saya
Mantra yang
kupikir cukup efisien. Apalagi jika dilakukan untuk menangkal toxic words yang
sering ada di sekitar kita.
Lakukan apa pun yang membahagiakan
dirimu
Nah, mungkin
ini bagian yang paling menyenangkan dalam hidup. Melakukan apa yang membahagiakan
diri kita. Sayangnya, sebagian dari kita sering lupa untuk melakukannya.
Sebut saja
seorang ibu yang punya dua anak yang sering marah-marah karena anaknya malas
belajar. Ia akan terjebak dengan rasa nggak bahagia. Memaksakan diri untuk memaksa
anaknya belajar setiap hari.
Padahal, ia
bisa melakukan hal yang membahagiakan bersama anak-anaknya. Belajar bersama
mereka. Nggak menganggap itu sebagai beban. Tapi sesuatu yang membahagiakan.
Si ibu juga
bisa melakukan trik belajar sambil bermain. Menggunakan cara yang disukai
bersama. Sambil tersenyum dan tertawa.
Ada juga seorang
yang terlalu sibuk bekerja untuk membahagiakan keluarganya. Hingga lupa untuk
membahagiakan diri sendiri. Padahal, kebahagiaan diri sendiri itu pun penting
untuk membahagiakan orang lain.
Carilah pengganti atas apa yang nggak
kamu suka
Menurut Sincero,
kita harus mencintai diri kita dengan mencintai apa yang kita kerjakan. Caranya
adalah dengan mendelegasikan pekerjaan yang kita benci pada orang lain. Kita juga
bisa membayar atau mempekerjakan orang lain yang mencintai pekerjaan tersebut.
Buang rasa humor yang merendahkan
diri sendiri
Rasa percaya diri itu timbul dari diri sendiri. Orang nggak akan menghargai diri kita kalau kita sendiri nggak menghargai diri kita sendiri. So, mempermalukan diri sendiri sebagai cara untuk jadi lucu itu out of the questions. Sikap yang wajib dibuang.
“Constantly make fun of yourself is such a cheap way to be funny.”
Aku setuju
banget dengan ini. Aku nggak suka mendengar orang menghina dirinya sendiri. Lalu,
semua orang mentertawakannya. Menurutku, itu sama sekali nggak lucu.
Jujur aja,
aku merasa heran dengan sikap itu. Meski sikap ini dilakukan banyak orang. Pertanyaannya
sih, Apa perasaan mereka jika hal itu terjadi pada keluarganya? Merasa nggak
senang, kan?
Aku ingat
ajaran Konfusius tentang ini. “Kalau kamu
sendiri nggak suka, jangan berikan pada orang lain.” Sayang, mungkin
beberapa dari mereka belum menyadarinya.
Biarkan cinta mengalir dalam dirimu
Rasa cinta
akan menghadirkan kebaikan. Energi positif yang bikin kita bahagia. Rasa yang
selalu menjadikan perasaan bersemangat untuk menjalani kehidupan ini.
Bayangkan bila
kita membiarkan rasa ini mengalir dalam hati kita. Hidup ini pasti
menyenangkan. Awesome. Rasa ragu dalam hati juga bisa menghilang.
Jangan bandingkan dirimu dengan orang
lain
Pernah
membandingkan keberhasilan hidup orang lain dengan dirimu? Pasti pernah, ya? Itu
sih, mungkin nggak apa-apa jika bikin kita lebih bersemangat mengejar
kebahagiaan kita.
Membandingkan
diri dengan orang lain akan bermasalah, jika bikin nggak bahagia. Kita jadi
lupa untuk menikmati kebahagiaan yang kita punya. Lupa bahwa kita itu special.
“Comparison is the fastest way to take all the fun out of life.”(page 156)
Sayang banget
kalau kita membunuh kebahagiaan hanya dengan membandingkan diri dengan orang
lain. Padahal, you are more than enough.
Avoid comparison like a plague.
Maafkan dirimu. Dengarkan dirimu! Perasaan
ini sangat Penting!!
Kita pasti
pernah merasa bersalah atas kejadian di masa lalu. Tapi, ketahuilah, perasaan
itu nggak akan bikin kita jadi orang yang lebih baik. Kita hanya akan jadi
seseorang yang bersedih.
Rasa bersalah,
malu, dan kritik diri sendiri adalah komponen perusak diri yang efisien. Nggak ada
cara ampuh untuk menerima diri dan mencintai diri sendiri kecuali dengan
memafkan diri sendiri. Lalu, memulai hidup yang baru.
Cintai dirimu sendiri
Nah, kata
kunci inilah yang mungkin bisa jadi awal kebahagiaan diri. Mencintai diri
sendiri. Nggak peduli apa yang orang lain pikir tentang kita.
Oya, gaes. Buku
yang bersampul kuning ini lumayan tebal. Namun mudah dipahami karena
menggunakan bahasa gaul ala milenia. Gaya penulisannya pun seperti ngobrol. Cocok
dibaca oleh kamu yang pingin tahu cara pandang berbeda tentang self-help ala
Jen Sincero.
Diskusi
Mencintai diri
untuk bahagia adalah hal yang memerlukan kerja keras. Mungkin sebagian dari
kita nggak menyadari bahwa beberapa proses dalam hidup terlewati. Hal yang bisa
jadi alasan rasa cinta itu tanpa sadar tercerabut dari diri kita.
Ah, mungkin
itulah yang kupikir. Hingga aku tertarik dengan buku ini. Buku yang disajikan
dengan bahasa yang mungkin bisa bikin kamu agak kaget. Sedikit nggak
konvensional!
So,
penasaran?! Yuk, baca bareng aku dan tulis kesanmu juga.
Komentar
Posting Komentar