Ikhlas sebagai Cara Menghargai Diri Sendiri
Dalam buku The Secret of Letting Go, Guy
Finley menggambarkan tentang beberapa konsep untuk mencapai pemahaman terhadap
diri dengan lebih baik. Ikhlas merelakan perasaan yang sulit, seperti:
kesepian, takut, gelisah, dan frustasi. Mengubahnya menjadi ketiadaan hingga
kita merasa lebih bahagia.
Kita menyadari bahwa
perasaan-perasaan negatif itu, sebenarnya nggak pernah ada. Rasa ikhlas akan
memerdekakan diri kita. Kita pun jadi mengerti cara menghargai diri sendiri.
Bagaimana Ikhlas sebagai
cara menghargai diri sendiri?
Aku pernah merasa
melihat seseorang yang hidupnya sepertinya sangat sempurna dan mudah. Kaya,
cantik, pintar, berbakat, sehat, dan semua orang terlihat begitu menyayanginya.
Ia orang yang sangat beruntung.
Namun, saat ada
kesulitan sedikit, ia mengeluh. Ia nggak tahu bahwa yang masih ia miliki itu
lebih banyak. Seharusnya, ia harus bersyukur.
Seperti seorang ibu yang
mengeluh tentang anak-anaknya yang mengompol, cerewet, dan makan banyak. Ia
nggak tahu, banyak orang yang belum memiliki anak. Ingin menikmati apa yang ia
keluhkan selama ini.
Well, kadang orang
memang menerima suatu kebahagiaan itu taken for granted. Menganggap
hal biasa. Kurang menghargainya hingga bahagia itu berlalu.
Rasa menghargai
kesulitan dalam kehidupan ini akan hadir saat kita ikhlas menerima keadaan ini.
Sesulit apa pun. Menyadari bahwa keadaan ini pun akan berlalu juga.
Kesadaran yang hadir
akibat rasa ikhlas akan membangun rasa penghargaan pada diri sendiri. Kita jadi
mengerti cara hidup sesuai dengan cara kita. ikhlas melepaskan diri kita dari
orang yang nggak membuat kita bahagia.
Dengan kata lain, kita
nggak perlu membiarkan diri kita terbenam dalam pertemanan yang merusak rasa
percaya diri kita. Apalagi menjadikan kata-kata mereka sebagai suatu hal yang
valid bagi kita. Bukankah apa yang kita pikir dan rasa terhadap diri kita
adalah lebih valid?
Maksudku, nggak peduli
apa pun yang orang pikirkan, kita harus ikhlas merelakan diri kita merdeka.
Tubuh, pikiran, jiwa, dan raga kita ini adalah milik kita sendiri. Kita lah yang
lebih berhak menentukan apa yang kita rasa dan pikir tentang diri kita. Bukan
orang lain.
Apa sih Ikhlas itu?
Ikhlas, dalam perspektif
agama Islam berarti perbuatan yang niatnya hanya karena Allah. Nggak mengharapkan recognition dari manusia. Apalagi mengharapkan
pujian.
Nah, ketiadaan harapan
akan recognition dan pujian dari manusia menjadikan perbuatan ikhlas ini murni.
Memerdekakan diri. Efeknya malah lebih besar dari sekedar recognition atau
pujian.
Seperti seorang content
creator pendidikan yang bekerja keras dengan ikhlas. Ia bukan hanya dikenal dan
dipuji, tapi juga akan menjadi inspirasi bagi banyak orang. Ia akan
menggerakkan jiwa untuk melakukan aksi nyata membangun negeri ini.
Ia pun akan bergerak
bersama orang-orang yang memiliki kesamaan visi. Memperbaiki diri, keluarga,
dan sekitarnya. Melakukan perubahan positif untuk diri sendiri dengan ikhlas.
Bagaimana Caraku Belajar
Ikhlas?
Nggak ada gunanya suatu
tindakan yang nggak dapat dinikmati oleh diri sendiri. Tindakan yang hanya
diucapkan, tapi nggak dilakukan. Seperti menabur garam di
laut. Sia-sia.
Aku sih, melakukan hal
paling sederhana. Aku mulai belajar mengikhlaskan teman-teman gosipku pergi.
Aku juga mulai sering merenung tentang diriku. Siapa sih aku ini? Apa sih yang
aku cari?
Proses pencarian jawaban
yang masih kujalani. Sambil terus menikmati perjalanan prosesnya.
Aku ikhlas dan sabar menjalaninya.
Konsep Ikhlas yang Mudah
dipahami untuk menghargai diri Sendiri
Dalam buku The Secret of
Letting Go ini, aku terkesan dengan cerita hubungan dokter dan pasien.
Bagaimana seorang dokter memperlakukan pasien tanpa menuduh, pengertian, dan
bebas dari ikatan emosional. Dokter akan mampu mengatakan hal yang benar dan
salah tentang pasiennya. Mengobati penyakitnya.
Dokter yang buruk, akan
sulit mengenali penyakit dalam diri karena terlibat secara emosional.
Diagnosanya kurang tepat. Akibatnya, penyakit pasien sulit disembuhkan.
Analogi temanku dalam
hal ikhlas adalah seperti membuang kotoran dalam tubuh. Kita harus melepaskan
keterikatan terhadap kotoran itu. Nggak mengingatnya lagi.
Selanjutnya, kita akan
terbebas dari segala perbuatan yang memberatkan diri sendiri. Bersih. Hingga,
kita merasa pantas untuk dihargai.
Mengapa Menghargai Diri
Sendiri itu Penting?
Pertanyaan sederhana
yang nggak sesederhana jawabannya. Seperti saat ada yang bertanya kenapa kita
harus menyembah Tuhan atau kenapa kita harus mencintai sesama. Pertanyaan yang
jawabannya ada dalam diri kita sendiri.
Manusia yang tercipta
sebagai mahluk paling mulia di muka bumi ini. Mahluk yang diciptakan dengan
anugrah nafsu dan akal. Mahluk yang diciptakan sebagai bukti cinta dan
kekuasaan Tuhan.
Mahluk Tuhan yang
istimewa ini begitu kuat dan hebatnya. Kekuatan yang hadir karena alasan cinta.
Rasa yang bikin mahluk ini ikhlas melakukan segalanya.
Sedang rasa cinta itu
hadir dalam bentuk menghargai diri sendiri dan sekitarnya. Bukankah nggak akan
bertahan seseorang hidup di dunia ini tanpa cinta dan pengakuan yang tulus
ikhlas dari sesamanya? Rasa yang timbul karena Allah.
Ah, aku jadi teringat
tentang sebuah percobaan Little Albert yang menafikan rasa cinta. Bagaimana
efek sentuhan tanpa cinta pada manusia. Percobaan yang akibatnya sangat tragis.
Anyway, menghargai diri
sendiri dengan ikhlas mencintai apa pun keadaan kita adalah hal terbaik.
Bersyukur atas keberadaan kita di dunia ini dengan berbagi kebaikan pada
sesama. Melakukan apa pun yang kita bisa. Sebaik mungkin.
benar mbak iklas menghargai diri sendiri adalah kunci
BalasHapuskarena kita sudah diberikan banyak oleh Allah SWT
Ya, kak. IKHLAS itu bikin hidup lebih mudah😊
Hapus