My Weaknesses are also My Strengths
My weaknesses are also my strengths. Konsep yang kubaca dari sebuah buku berjudul Your Weaknesses are Your Strengths by David Edmand. Buku yang membuka pemahaman baru tentang kelemahan yang bisa jadi kekuatan bagi diri kita.
Honestly, kata-kata ini nggak membuatku langsung percaya. Bagaimana kelemahan bisa menjadi kekuatan? Bukankah kelemahan itu yang membuat kita jatuh dan sulit untuk bangkit? Bukankah kelemahan juga yang selalu menahan kita untuk maju dan bergerak?
Okey, begitu banyak pertanyaan tentang bagaimana kelemahan
bisa menjadi kekuatan. Pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban yang
memuaskan rasa penasaran kita. Keinginan untuk mengatasi kelemahan kita dan
menjadikannya kekuatan untuk menghadapi kehidupan ini.
Apa sih Kelemahan itu?
Kita selalu menduga bahwa kita menyadari kelemahan yang kita
miliki. “I know my faults.” Sayangnya,
kita sebenarnya nggak menyadari kelemahan diri kita seperti yang kita pikir,
hingga saat seseorang mengkonfrontasi kekurangan kita, maka kita akan merasa
nggak nyaman. Perasaan yang timbul karena kita sebenarnya belum memahami
tentang kelemahan kita.
Kelemahan yang dalam psikologi meliputi lima aspek, yaitu:
keamanan, sex, kekayaan, harga diri, dan kesenangan. Aspek yang sering menjadikan
kita merasa bahwa kita nggak cukup berharga untuk berada dalam suatu komunitas.
Self-consciousness
yang berlebihan hingga sulit untuk melakukan sesuatu. Takut untuk melakukan
kesalahan.
Dalam sebuah podcast Off
The Rhode Episode 2 tentang Strengths
and weaknesses, seorang pembicara mengatakan tentang kelemahan yang ia
miliki. Perasaan bahwa ia nggak cukup baik, nggak cukup cantik, nggak tinggi,
nggak pintar, nggak cukup tegas hingga semua orang walk over her dan perasaan-perasaan negatif lain yang mengganggu. Kelemahan
yang membuat perasaan nggak bahagia.
Percakapan dalam Poscast itu membuatku berpikir tentang cara
terbaik mengatasi kelemahan tersebut adalah dengan fokus pada kekuatan atau
kelebihan yang kita miliki. Instead of
indulging ourselves into weaknesses, we should nurture our strengths. Cara yang lebih efektif hingga kita nggak tenggelam
dalam self-pitying mode. Then, we can strive to be the best.
Bagaimana Kelemahan
bisa menjadi Kekuatan kita?
Kelemahan adalah hal alami. Sebagai seorang manusia biasa,
kita nggak mungkin melepaskan diri kita dari kelemahan. Masalahnya adalah
bagaimana kita menjadikan kelemahan menjadi kekuatan kita.
Aku tertarik dengan tulisan dalam buku Your Weaknesses are
Your Strengths by David Edmand yang menyatakan bahwa overestimating our
personal strengths are equally dangerous to underestimating our personal
strengths. Artinya, terlalu percaya diri dengan kekuatan atau kelebihan itu
sama berbahayanya dengan terlalu merendahkan kemampuan diri.
Perasaan berlebihan yang nggak mendukung kita untuk menjadi
orang yang lebih baik. Sebagaimana seseorang yang terlalu percaya diri akan
sulit menerima kritik dan merasa sombong dengan kemampuannya, orang yang
terlalu rendah diri akan tenggelam dalam rasa kasihan pada diri sendiri. Kedua
sifat yang sulit untuk berkembang dan beradaptasi dengan perubahan yang lebih
baik, karena merasa sudah terlalu hebat atau
sebaliknya, nggak merasa cukup baik untuk apa pun.
Ada dua cara yang kulakukan untuk mengatasi kelemahanku,
seperti:
- Menerima kelemahanku sebagai bagian dari diriku. Menyadari kelemahan yang kumiliki , seperti: perasaan nggak cukup pintar, nggak merasa cukup cantik atau nggak cukup tinggi. Aku belajar menerima kelemahan diriku dan mencintai diriku sebagaimana adanya.
- Lebih fokus pada kekuatan/ kelebihanku. Aku berusaha untuk belajar menulis, menyatakan apa yang kurasakan dan kupikirkan lewat tulisan. Aku merasa lebih percaya diri dengan cara ini.
Apakah Kelemahan dapat
Menjatuhkan kita?
Jawaban dari pertanyaan ini adalah ya. Kelemahan dapat
menjatuhkan kita, jika kita mau dan
membiarkan hal itu terjadi. Begitu pun sebaliknya. Kita bisa memilih untuk
mengatasi kelemahan kita.
Aku teringat dengan Ivan Gunawan, artis yang memiliki tubuh berisi,
tapi ia tetap terlihat keren dan percaya diri. Wajahnya penuh senyum dan
bercahaya, meski ia menggunakan baju warna-warni. Semua orang terpaku dengan pesona
kecerdasan dan kemampuannya membawa suasana yang ceria dan santai.
Sosok Ivan, menurutku adalah salah satu contoh dari seseorang
yang lebih fokus pada kekuatan/ kelebihan pada dirinya dibandingkan dengan
kelemahannya. Ia nggak memikirkan hal yang negatif pada dirinya. Ia fokus pada
kelebihan yang ia miliki hingga ia dapat terus berkarya dan menjadi sosok
yang ia inginkan.
So, bisa dibilang bahwa kelemahan itu dapat menjatuhkan kita
jika kita fokus dengan kelemahan tersebut. Namun, kelemahan itu dapat menjadi
kekuatan jika kita sanggup mengatasinya. Seperti seorang J.K. Rowling yang terus
berjuang dan fokus dengan kekuatannya, hingga ia menjadi salah satu
penulis terkenal di dunia.
Apakah Kelemahan dapat
Menahan Kita untuk Mengembangkan Diri?
Pertanyaan ini pun dapat dijawab dengan jawaban YA. Kelemahan
dapat menahan kita untuk mengembangkan diri karena kita terlalu takut
untuk gagal dan melakukan sesuatu. Kelemahan diri menjadikan kita tenggelam dan
merasa aman berada dalam zona nyaman kita, yaitu tidak melakukan apa-apa.
Kita merasa bahwa nggak melakukan sesuatu itu adalah jalan
keluar dari masalah kita. Jalan terbaik agar kelemahan diri kita nggak
mempersulit keadaan kita atau orang lain. Bahkan yang lebih buruk adalah kita
nggak merasa cukup berharga karena kelemahan yang kita miliki.
Akibatnya adalah kita akan menarik diri kita dan masuk dalam posisi self-denial, self condemnation, or self
judgement yang sama sekali nggak membantu diri kita. Perasaan-perasaan tersebut
dapat membuat rasa percaya diri menurun hingga kwalitas kebahagiaan diri
pun menjadi berkurang. Hal yang nggak baik buat kesehatan mental kita.
So, apa sih My Weaknesses
yang dapat menjadi My Strengths?
Aku menyadari kelemahan terbesarku adalah I am too shy to express my emotions
literally. To be frank, I am hardly
speaking my heart out. I am always holding something back. I don’t know why. What
I know is that I still try to work on that.
Aku masih berusaha belajar menulis apa yang kurasakan, meski dalam
jumbled sentences. I have got too much to say and think but too little words to
express it. Then, those feelings are only hanging around my head. It troubles me.
I think, those weaknesses trigger another weakness. Maksudku,
rasa malu atau takut untuk mengekspresikan diriku ini menjadikan diriku sering stuck saat ingin mengatakan sesuatu. Aku
bisa tiba-tiba terdiam saat bicara karena kehilangan kata-kata. Tongue tied.
Sebenarnya, aku berusaha untuk melawan rasa shy ini. Aku nggak ingin selalu bicara
dalam kepalaku saja, karena itu nggak sehat. Aku ingin belajar untuk mengungkapkan pikiran
dan perasaanku bagaimana pun caranya. Salah satunya adalah dengan belajar
menulis.
Alhamdulillah. Aku pun bergabung dengan komunitas blogger
yang membantuku work on my weaknesses.
I do believe in being in blogger community might smoothen my ways to turn my
weaknesses into strengths.
My Achievements
Perjuanganku menerima kelemahanku ini bukanlah proses yang
mudah. Ini adalah my greatest achievement. Aku juga nggak pernah menganggap
sesuatu itu for granted. Perasaan yang over sensitive yang membuatku
sulit untuk merasa nyaman saat ada konflik di sekitarku.
Namun, perlahan aku bisa mengatasi kelemahanku dengan fokus
pada tujuanku. Fokus pada kelebihanku. Aku senang mengajar anak-anak dan
bahagia berada di antara mereka.
Aku pun bisa menjadi guru hingga hari ini. Aku bahkan pernah
menjadi guru favorit anak-anak karena my
easy smile dan sikap ramahku. Mereka juga bilang aku sabar dan baik hati. Strengths yang bikin aku merasa percaya
diri.
Seorang siswa bahkan pernah mencariku hanya untuk bilang
terima kasih padaku. Ia bilang bahwa aku telah menyadarkannya dari
kekeliruannya selama ini dalam menjalani kehidupannya. Alhamdulillah, ia kini
telah bertobat dan kerja di perkebunan di Jambi. Mendengar ucapannya, aku
merasa bahwa ini lah achievement terbesarku. Mengantarkan peserta didikku
meraih impiannya.
My Weaknesses are also
My Strengths
Kita adalah manusia biasa yang terlahir dengan kelemahan. Itu
adalah hal yang nggak bisa dipungkiri. Lumrah.
Jalan terbaik untuk mengatasi kelemahan adalah dengan lebih
fokus pada kelebihan atau kekuatan yang kita miliki. Seperti orang buta yang
fokus pada indra penciuman dan pendengarannya. Ia akan mengungguli kemampuan
orang lain. Bahkan orang lain dapat melupakan kelemahannya karena terpesona
dengan kelebihannya.
Aku pun belajar dari kelemahanku yang menjadikanku menyadari
siapa diriku. Aku nggak pernah merasa cukup dalam belajar. Aku selalu sadar diri
bahwa begitu banyak yang harus kupelajari.
My weaknesses are also my strengths
awareness also enhance my ability to understand that is always something beyond
my grab. Aku nggak
boleh merasa puas dengan diriku, tapi sekaligus bersyukur dengan apa yang sudah
kumiliki. Aku akan selalu berusaha untuk terus belajar dan belajar. Terutama dalam
menulis. I do hope I can be a prolific writer. Insha Allah.
Komentar
Posting Komentar