Puisi Buatmu: Harapan Baru Dalam Tarian Cinta
Mungkin kita masih ingat dengan kisah cinta Romeo dan Juliet. Kisah tragis yang muncul karena rasa egois dan nggak mau melepaskan kebencian masa lalu. Lalu, membunuh cinta masa depan yang baru tumbuh.
Kisah ini pun menginspirasiku untuk
membuat Puisi Buatmu: Harapan Baru dalam Tarian Cinta ini. Selain untuk
memenuhi tantangan ODOP Komunitas ISB untuk menulis puisi. Puisi tentang
harapan di tahun baru ini.
Puisi Buatmu
Sebenarnya, kehidupan ini adalah
sebuah tarian kehidupan. Sebuah drama dan babak yang skenarionya telah diatur. Tertulis
jauh sebelum kita lahir. Ada putaran kebaikan yang akhirnya kembali kepada
pelakunya. Begitu pun sebaliknya.
Ah, aku hampir lupa menuliskan
puisiku ini. Puisi sesaat yang muncul tiba-tiba. Namun meresap dalam hatiku.
Puisi Buatmu
Aku bukan
Rumi pada Shamsi
Atau Sincero
pada cinta dirinya
Atau seperti
matahari pada bumi
Hingga aku
nggak melihat dunia seperti mereka
Seperti hari
ini, berbeda dengan hari kemarin
Aku memahami
sebagaimana dirimu pun
Tidak melihat
dari mata yang sama denganku
Tapi sayangku..
Kita ada di
bumi yang sama
Menghirup udara
yang sama
Berada di
bawah langit yang sama
Hingga apa
pun
Apa pun yang
terjadi padamu
Aku pun
merasakan
Jadi sayangku..
Mari genggam
tanganku juga
Kita tarikan
nyanyian cinta bersama
Hari ini..
esok nanti..
Puisi Buatmu: Harapan Baru dalam Tarian Cinta
Saat ini pun, sambil mendengarkan
acara mata Najwa, aku menulis ini. Dalam pembahasan hari ini, Mata Najwa
mengangkat masalah Vaksin Covid 19. Beres-beres Kursi Menkes.
Pembahasan yang hangat tentang
bagaimana uji coba vaksin yang diberikan pada Fadli, seorang pengendara ojol. Alasan
dan pengalaman relawan tentang uji coba vaksin tersebut. Fadli menyatakan bahwa
nggak ada efek vaksin ini. Rasanya sama dengan imunisasi biasa.
Aku terharu saat mendengar kata-kata
Fadli. Kerelaannya untuk jadi relawan. Padahal vaksin masih dalam uji coba. Budi
Gunadi Sadikin, Menteri Kesehatan yang baru pun menyatakan rasa terima kasihnya
pada teman-teman di Bandung yang sudah bersedia untuk jadi relawan uji coba
vaksin.
Aku merasa bahwa selalu ada harapan
baru dalam hidup ini. Selama masih banyak orang-orang yang mau berkorban demi
orang lain. Seperti Fadli. Seperti para petugas kesehatan yang jadi garda
terdepan dalam menangani kasus Covid 19. Padahal Covid ini mungkin saja bisa
merenggut nyawa mereka. Aku merasa berterima kasih pada para pahlawan ini.
Harapan nggak akan pernah menghilang
selama orang-orang baik mau melakukan kebaikan tanpa pamrih demi sesama. Bukankah
kebaikan itu pun menular? Nggak akan terputus seperti tarian cinta yang
dinamis.
Seperti diriku yang berusaha
melakukan apa yang kubisa. Mendukung usaha pemerintah dalam mitigasi penyebaran
Corona. Melakukan pesan ibu. Menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan.
Aku menyadari bahwa aku adalah
pribadi yang berbeda. Istimewa. Hingga aku yakin, bisa lakukan sesuatu yang
baik. Meski berbeda dari orang lain.
Sebagai guru, misalnya, aku bisa
memberi dorongan semangat pada peserta didikku dalam belajar. Mengingatkan bahwa
proses pembelajaran dapat dilakukan di mana pun. Kalau pun ingin bertemu, dapat
dilakukan secara daring. Nggak perlu khawatir atau bingung.
Aku memahami apa yang peserta didik
rasakan. Hingga aku pun mengunjungi mereka di rumahnya. Memberi nasihat agar
anak tersebut kembali semangat untuk bersekolah. Meski lewat daring.
Usaha yang nggak mudah. Begitu banyak
masalah timbul. Marah, kesal, sedih, dan kecewa karena berlarut-larutnya kasus
Corona ini.
Perasaan yang nggak dirasa sendiri. Seluruh
dunia merasakan hal yang sama. Seperti satu tubuh.
Selanjutnya, kesadaran satu rasa ini
yang jadi penggerak semua orang untuk bergerak bersama melawan krisis sosial
ini. Kerja yang masih berlangsung sampai saat ini.
Diskusi
Aku pernah menonton video tentang
peristiwa merebaknya penyakit di Afrika. Tempat awal banyak penyakit menular ke
banyak negara tetangganya. Ebola, yang bisa membunuh lebih cepat dibanding
Corona.
Mungkin, saat menonton video ini, sebagian
orang akan berpikir bahwa itu adalah masalah negara lain. Bukan urusan kita.
namun, kita lupa bahwa bumi ini adalah tempat yang sama.
Semua yang hidup di bumi akan
mendapatkan efek dari suatu peristiwa dari belahan bumi lain, baik langsung
maupun tidak. Seperti, satu tubuh yang sama. Jika salah satu anggota tubuh
terluka, maka seluruh tubuh akan merasakan sakit yang sama.
Tugas kita, mungkin, memiliki rasa
empati dan simpati pada sesama. Sambil terus melakukan tarian cinta bersama.
Demi Indonesia ini.
Komentar
Posting Komentar