Mendulang Rupiah dengan Bisnis Sayur

 

mendulang-rupiah-dengan-bisnis-sayur

Pasar tempel Way Dadi terlihat becek akibat hujan semalam. Beberapa lapak sayur mulai menggelar dagangannya sambil tetap menggunakan masker. Meski jam masih menunjukkan angka 6 pagi, suasana pasar tradisional yang terletak di Sukarame Bandarlampung sudah mulai berdenyut.

Sekitar dua puluh lebih pedagang sayur menggelar dagangan di pinggir jalan Way Dadi yang letaknya tepat di depan sekolahku. Pembeli juga mulai banyak berdatangan. Bahkan transaksi sayur mayur ini sudah berlangsung sejak jam 4 pagi.

Pagi yang gerimis pun nggak menyurutkan senyum para pedagang untuk mendulang rupiah dengan bisnis sayur. Mereka terlihat bahagia  sambil merapikan lapak dagangannya. Beberapa pedagang sudah menghitung hasil pendapatannya hari ini. Sayur dagangannya telah habis terjual.

Seorang pedagang yang menggelar dagangannya di pinggir jalan mengatakan bahwa rata-rata penghasilannya sebesar Rp100 Ribu – Rp150 Ribu. Kalau lagi ramai ia bisa menghasilkan sekitar Rp300 Ribu per hari. Uang yang cukup untuk modal dagangan selanjutnya dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Ternyata, menghasilkan cuan dengan bisnis sayur bukanlah omong kosong. Dari obrolanku dengan ibu-ibu penjual sayur yang ternyata wali murid di sekolahku, ia bisa menyekolahkan anak-anaknya sampai ke perguruan tinggi karena berjualan sayur.

Bisnis sayur yang menjanjikan

Menurut data, konsumsi sayur di Indonesia hanya sekitar 43, 12 kg per kapita setahun dari kebutuhan 91, 25 kg per tahun. Ini berarti masih banyak peluang bisnis sayur yang dapat dikembangkan dan menjanjikan keuntungan. Apalagi dengan harga sayur yang murah hingga dapat menyesuaikan dengan daya beli masyarakat Indonesia.

Masyarakat kita juga sudah mulai menyadari dengan kesadaran menjaga kesehatan dan pola hidup sehat. Salah satunya dengan cara mengkonsumsi sayuran segar. Aku mengenal  beberapa orang mulai menjalani diet vegetarian, meski hanya beberapa hari. Diet yang fokus untuk tidak mengkonsumsi makanan berbahan dasar daging hewan. Hanya memakan sayur saja. Kata mereka, badan terasa lebih enteng dan nyaman.

Pola diet vegetarian ini memberi peluang dan tantangan baru buat bisnis sayur. Apalagi dengan makin banyaknya masyarakat urban yang mengadopsi pola hidup sehat. Pola yang menuntut kita untuk mengkonsumsi makanan sehat, terutama sayuran segar.

Kita bisa melihat kesuksesan pengusaha yang tekun dengan bisnis sayuran ini. Salah satunya adalah seorang mahasiswa yang mulai usahanya dengan modal Rp 1 Jutaan. Selama empat tahun, ia sekarang telah mendapatkan omzet sekitar Rp 6 Jutaan sehari. Sekitar Rp 180 Jutaan sebulan. Keren banget.

Menurut yang kubaca, jika kita ingin mencoba bisnis sayuran, kita memerlukan skill untuk berjualan dan kulakan sayur. Selain kesadaran bahwa nggak ada bisnis yang instan. Kita harus tekun dan konsisten dengan usaha yang kita lakukan. Pengetahuan tentang peluang bisnis sayur, tantangan, strategi, dan analisa modalnya adalah hal yang wajib diketahui.

 

Peluang Bisnis Sayur

Dari talk show Yuk Cari Peluang Kerja di Sektor Green Jobs yang kuhadiri tanggal 13 Januari 2021, dikatakan bahwa sekitar 80% warga milenia menyadari tentang kesadaran perubahan iklim. Artinya, pekerjaan di sector green jobs yang menjaga keseimbangan alam memiliki nilai lebih dibanding sector lain. Seperti usaha Sayuran Pagi yang digagas oleh Abdul Choliq yang menggunakan pupuk alami untuk tanaman sayur yang ia budidayakan.

Abdul Choliq memahami kebutuhan masyarakat dan peluang bisnis sayur yang masih terbuka luas. Bisnis ini menjanjikan keuntungan yang segar bagi pelaku bisnis karena beberapa alasan, yaitu:

  • Sayur merupakan kebutuhan sehari-hari. Semua orang mengkonsumsi sayur, tidak terbatas usia baik anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua dapat mengkonsumsi sayuran. Hampir tidak ada orang yang alergi terhadap sayur.
  • Penjualan sayur dapat dilakukan setiap saat, baik pagi, siang, atau sore. Pedagang sayur dapat menjual produknya dengan mudah tanpa batasan waktu.
  • Barang pasti laku karena semua orang membutuhkannya. Permintaan sayur akan selalu meningkat seiring dengan kesadaran akan pola hidup sehat di kalangan masyarakat urban.
  • Pejualannya dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti: pedagang keliling, mall, warung dan online. Kita dapat menjual sayur sesuai dengan cara yang diinginkan konsumen.
  • Sayur dapat dijual dalam bentuk sayur segar  dengan akar, sayur potong, sayur matang, atau bentuk catering/ nasi sayur lengkap. Beberapa ada yang menjual sayur segar instan lengkap dengan bumbu. Mirip seperti mie instan. Kita tinggal memasaknya dengan mudah.
  • Semua orang dapat melakukan bisnis sayur. Bisnis sayur ini mudah dilakukan, karena nggak memerlukan modal besar. Hanya perlu ketekunan dan kerja keras untuk sukses di bisnis yang dekat dengan alam ini.
  • Harga penjualan sayur yang menyesuaikan dengan harga modal dan ongkos distribusi. Keuntungan bisnis sayur berdasarkan selisih modal dan penjualan. Misalnya, aku membeli sayur kangkung dari petani sebesar Rp400 dan ongkos sekitar Rp200, maka aku bisa menjualnya sebesar Rp 1.000 - Rp1.500. Jadi bisnis sayur pasti menguntungkan.

Tantangan bisnis sayur

Dalam webinar Yuk Cari Peluang Kerja di Sektor Green Jobs tersebut, Abdul Choliq yang lulusan jurusan Matematika ini menceritakan tentang gimana awalnya bisnis Sayuran Pagi dimulai. “Awal bisnis, selama hampir 6 bulan sayuran nggak habis terjual. Jadi kami makan sawi sampai bosan,” tuturnya sambil tertawa. “Kami juga pernah rugi karena tanaman sayurnya mati terserang hama. Itu terjadi karena kami nggak menggunakan pupuk kimia,” imbuhnya. Pointnya sih, banyak sekali tantangan dalam bisnis sayur, seperti:

  • Sayur mudah busuk/ rusak/ tidak tahan lama. Kandungan air yang tinggi pada sayur mengakibatkan sayur mudah rusak. Sayur akan nggak laku terjual saat kondisinya busuk. Solusi untuk mengurangi resiko sayur mudah rusak adalah sayur dikemas dengan baik dan dimasukkan ke dalam lemari pendingin. Beberapa sayuran mungkin bisa dikemas dalam bentuk sayuran beku.

  •  Anggapan bisnis sayur nggak menguntungkan dan nggak keren. Usaha sayur yang identik dengan berkotor-kotor dengan tanah, nggak rapih, dan nggak menjanjikan membuat banyak orang enggan bisnis sayur. Apalagi bisnis sayur dianggap untungnya kecil. Anggapan yang terpatahkan mengingat sekarang banyak warga milenia yang mulai berkecimpung di bisnis sayur. Mereka menggunakan inovasi teknologi dalam memasarkan produk sayur yang dibudidayakan, seperti Sayuran Pagi.
  •  Rendahnya harga sayur pada saat tertentu, seperti: saat panen. Tantangan ini dapat diatasi dengan kolaborasi petani dan orang muda seperti @tantesayur, @omsayur, atau @sayuranpagi yang dapat mendongkrak pendapatan dan kesejahteraan petani.

 

Panen Uang Saat Pandemi, Peluang Bisnis Sayur

Saat bisnis lain mengalami kemunduran di saat pandemi, bisnis sayur mengalami masa kejayaan. Permintaan akan sayur segar meningkat, hingga pengusaha sayur kewalahan menerima pesanan. Peluang bisnis yang membuka lahan pekerjaan buat banyak orang. Terutama bisnis sayur segar yang praktis dan siap antar.

Seperti halnya bisnis pisang Cavendish yang bisa meraup ratusan juta rupiah per bulannya, bisnis sayur pun nggak kalah gemilangnya. Begitu pun yang dialami oleh Poetri Andayani, tukang sayur digital yang gaul lewat @tantesayur yang berkesempatan menghadiri acara Sustainable Development  dalam Asean Young Enterpreneur Carnival 2016 di Kuala Lumpur yang omzetnya sekitar Rp15 juta – Rp20 juta seminggu. Begitu pun Abdul Choliq, pendiri Sayuran Pagi yang omzetnya ratusan juta rupiah. Mereka adalah orang muda yang jeli melihat peluang dan tantangan pasar hingga mampu mendedikasikan diri buat kesejahteraan  diri sendiri, keluarga, dan masyarakat sekitar.

Peluang bisnis sayur yang nggak akan mati atau tertelan zaman ini adalah tantangan buat anak muda agar mulai melirik green jobs yang dulu sempat diremehkan orang. Anggapan bahwa bisnis sayur ini nggak elit dan menguntungkan sama sekali nggak benar. Kesuksesan orang muda yang kreatif dan inovatif dalam membuat packaging menarik dari produk sayuran dan pemasaran yang terintegrasi dengan media digital membuka hubungan lebih dekat dengan calon pembeli. Ikatan yang mendekatkan bisnis ini dengan netizen.

Bayangkan saja, jika @tantesayur yang pangsa pasarnya sekitar Jakarta saja sudah mendapat omzet kisaran Rp15 juta – Rp20 juta seminggu, gimana jika market place nya meluas hingga ke luar Jawa atau seluruh Indonesia. Tentu saja dengan bekerja sama dengan petani lokal dan pengusaha sayur lain. Pasti bisnis sayur ini akan lebih segar lagi.

Komentar

  1. Dewi dulu sempat terpikir ingin bisnis sayur, tapi enggak tahu mulai dari mana jadi enggak jalan deh, hihii... ternyata memang menjanjikan ya bisnis ini. Salam dari OT mbak:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak Dewi. Apalagi bisnis hijau ini bikin lingkungan sehat ��

      Hapus
  2. Sekarang lagi banyak nih mbak yang bisnis sayur katanya untungnya menjanjikan soalnya semua orang jadi kepikiran buat makan sehat dan alami ditengah pandemi gini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Kak. Apalagi jika dikelola dari hulu hingga hilir. Cuannya pasti banyak��

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Keseruan Kunjungan Industri Jakarta Jogja SMK BLK Bandar Lampung 2022

PERSEPOLIS COMIC REVIEW: The Story of Childhood