My Pilot Project
Jalanan sepi. Kendaraan bermotor yang biasanya lalu-lalang pun hanya terlihat satu dua. Malam yang biasanya terasa hangat oleh ramainya pedagang kuliner jalanan kini senyap. Beberapa mulai bersiap untuk menutup tendanya. Padahal jam baru menunjukkan angka sembilan malam.
Pedagang batagor langgananku bilang bahwa sekarang penjualan
batagor menurun drastis. Apalagi sejak
turunnya aturan baru pemerintah untuk jam malam pelaku usaha hingga jam 10
malam. Ia masih bertahan berjualan karena nggak tahu harus usaha apa untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya. Keahliannya hanya berjualan batagor.
Sekarang ini, katanya, orang-orang lebih suka belanja online.
Sayang, ia nggak tahu caranya. Padahal ia harus menghidupi keluarganya.
Masalah si abang Batagor ini bukanlah yang pertama. Maksudku,
banyak pedagang konvensional yang punya masalah sama. Termasuk aku. Hingga aku
menjadikan isu online marketing ini sebagai salah satu dari My Pilot Project. Belajar technology online.
My pilot project untuk belajar teknologi online ini erat
kaitannya dengan tiga aktivitas yang ingin kukembangkan. Kegiatan yang masih
terkendala karena kemampuanku yang masih rendah terkait market place atau
penggunaan applikasi online yang bisa mengakomodasi kegiatanku ini.
Membantu ibuku Berjualan Online
Sejak pandemi di bulan Maret 2020, ibuku nggak berjualan di
pasar Koga lagi. Pasar tradisional yang berada di Bandarlampung. Otomatis, pemasukan
keluargaku berkurang. Bahkan hampir nggak ada.
Sementara stok barang ibu menumpuk di rumah karena ibu
memutuskan untuk menghentikan sewa warung di pasar. Untuk mengatasi masalah
pengeluaran harian, kami menghemat dari uang tabungan dan pemasukan dadakan
dari jualan mangga atau cabe jawa. Intinya sih, berhemat.
Masalah ibu ini membuatku berpikir untuk belajar berjualan
online. Aku berusaha belajar tentang cara belajar jualan online dengan
mengikuti pelatihan online digital talent. Aku juga mempromosikan jualan ibu
lewat market place di facebook. Alhamdulillah, aku sudah mulai bisnis online
dan bisa membantu ibuku.
Mengembangkan usaha les
online di rumah
Aku sudah mulai mengajar les di rumah sejak tahun 2004. Aku mengajar
les sebagai pegisi waktu luang setelah pulang mengajar dari sekolah. Lumayan,
aku bisa dapat tambahan uang saku.
Jujur sih, aku suka mengajar les karena anak-anaknya lebih
fokus belajar dibandingkan anak-anak di sekolah. Mereka lebih semangat karena
mereka memiliki motivasi untuk bisa. So, tantangannya beda dengan mengajar di sekolah.
Masalahnya, usaha les yang kujalani hanya punya dua atau lima
siswa karena aku nggak punya waktu luang. Sebagian besar tawaran mengajar
jadwalnya bertabrakan dengan jadwal di sekolah. Apalagi kalau di sekolah ada
kegiatan dan aku jadi panitia, aku harus menjadwal ulang les yang ada.
Rencanaku sih, aku ingin mengembangkan usaha les di rumah
dengan cara yang sedang trend. Pertama dengan menggunakan metode online. Kedua
adalah dengan cara kerjasama dengan teman secara online.
Kerjasama yang akan menambah pemasukan uang bagi yang
terlibat. Selain memberi peluang pekerjaan bagi teman dan memberi kesempatan
pada anak-anak untuk belajar dengan harga terjangkau. Peluang yang masih sangat
terbuka luas.
Membuka komunitas baca
anak-anak di rumah
Dulu, di rumahku ada perpustakaan Al Hakim. Perpustakaan yang
didirikan oleh pengajian bapak-bapak di kampungku. Sayangnya, minat di
kampungku sangat rendah, hingga perpustakaan Al Hakim dipindahkan ke tempat
lain.
Menurutku, minat rendah masyarakat di kampungku terhadap
buku-buku di perpustakaan Al Hakim karena buku-buku yang ada temanya hanya
satu. Agama. Tema yang cukup berat dan nggak banyak peminatnya.
Aku sih ingin sekali punya komunitas baca anak-anak yang bisa
membahas apa saja. Mereka nggak harus membahas buku pelajaran. Mereka bisa
diskusi dan bertukar cerita apa pun dengan bebas bersamaku.
Nah, untuk itu aku sudah mulai belajar membaca beberapa buku
yang kutulis sedikit ulasannya di blogku. Tulisan yang bisa jadi materi untuk
diskusi. Mereka juga bisa membaca atau menulis buku yang mereka suka dan
membahasnya bersama-sama.
Aku pun sering mengundang siswa di sekolah untuk membaca
tulisanku dan meminta mereka menulis pendapatnya. Beberapa siswa ada yang mulai
belajar menulis review buku yang mereka baca. Bahkan, ada yang membaca review
buku favoritnya di IG. Aku jadi semangat.
Rencanaku sih, aku akan lebih konsisten membaca buku lewat
media online. Lalu, setiap hari mengundang anak-anak untuk bercerita tentang
buku yang mereka baca. Minimal dua lembar setiap hari.
Mudah-mudahan rencanaku untuk mengajak anak-anak giat membaca
ini bisa konsisten kulakukan agar dapat membantu anak-anak membuka persepsinya
tentang dunia. Kesadaran akan kehidupan ini yang penuh dengan tantangan dan
peluang hingga nggak ada alasan buat berputus-asa.
Komentar
Posting Komentar