9M Protokol Kesehatan saat Bekerja di Sekolah
Gambar siswa jurusan listrik sedang praktik di bengkel listrik |
Meski pandemi telah berlangsung selama lebih satu setengah tahun, masih banyak orang yang abai dengan prokes. Bahkan, temanku pun kerap lupa untuk menggunakan masker dengan baik saat berada di sekolah. Hingga, petugas gugus Covid yang datang ke sekolah ikut mengingatkannya.
Rasanya
ikut malu sih, karena guru kan seharusnya jadi contoh bagi sekitarnya. Contoh
yang baik. Karena selain sebagai pendidik yang mengajarkan tentang merdeka
belajar, aku pikir seorang guru pun harus dapat mengimplementasikan perbuatan
baik yang dapat menjaga keselamatan orang di sekitarnya. Tentunya, dengan tanpa
diingatkan dan diawasi.
Baca juga: Menggali Potensi Peserta Didik dengan Hybrid Learning
Selanjutnya,
aku mulai belajar untuk mempraktikkan 9M protokol kesehatan saat bekerja di
sekolah. Aku ingin konsisten untuk menjaga diriku dan orang lain dari paparan
virus mematikan ini.
Kajur otomotif sedang bertugas di bengkel otomotif |
Menggunakan masker dua lapis selama
di sekolah
Memang
sih, menggunakan masker dua lapis selama di sekolah nggak mudah. Apalagi sekolahku
kan cukup panas, karena hanya ada beberapa pohon di sekitar sekolah. Namun, aku
dan teman-teman yang piket di sekolah
selalu saling mengingatkan penggunaan masker untuk menjaga kesehatan bersama.
Kami bahkan membawa masker ekstra untuk digunakan
kalau ada yang lupa bawa. Untungnya, ada
temanku yang berjualan masker. Jadi, kami bisa membeli masker dengan harga yang
lebih murah. Alhamdulillah.
Mencuci tangan setelah menyentuh
benda-benda di sekitar kita
Letak
sekolah yang dekat pasar tempel Waydadi Sukarame mengakibatkan lingkungan
sekolah selalu ramai. Cukup berisiko. Hingga petugas penanganan Covid sering
mengingatkan pedagang pasar sekaligus guru dan siswa yang terlihat berkerumun.
Meski
sekarang sedang libur sekolah, kami tetap harus melayani wali murid yang datang
untuk mendaftarkan anak-anaknya. Dan, setiap memasuki wilayah sekolah setiap
orang harus menggunakan masker. Lalu, mereka akan dicek suhu dan diminta untuk
cuci tangan.
Aku
pun selalu berusaha untuk cuci tangan saat datang atau bersentuhan dengan orang
lain atau benda-benda di sekitarku, seperti: uang kertas. Hingga, tanganku
rasanya jadi kering. Tapi, nggak apa. Aku dapat menggunakan handbody lotion
untuk mengatasinya. Sedangkan, keselamatan semua orang adalah lebih penting.
Menjaga jarak saat berada di tempat
umum
Karena
sedang libur sekolah, hanya beberapa guru yang datang ke sekolah. Aku hanya
mendapat jatah piket selama 3 hari. Begitu pun guru yang lain. Hingga, hanya ada
sekitar 10 orang di sekolah. Termasuk petugas keamanan dan kepala bengkel. Jadi,
kupikir menjaga jarak nggak akan terlalu masalah.
Apalagi
sejak pemberitaan makin meningkatnya kasus Covid di Bandar Lampung, kami makin
berhati-hati dalam beraktivitas. Aku pun selalu meminta siswa yang datang ke
sekolah untuk segera pulang, jika urusan di sekolah telah selesai.
Mengingatkan teman yang berkerumun
Nah,
mengingatkan teman yang sedang asyik ngobrol itu yang sulit. Mereka sering
tanpa sadar mendekat, meski awalnya sudah jaga jarak. Untungnya, kami selalu
saling mengingatkan, Kami juga mengatur posisi duduk saling berjauhan, jika
terpaksa harus mengadakan pertemuan offline.
Biasanya
sih, kalau pun harus berkumpul aku dan teman-teman membatasi hanya sekitar 4 - 5
orang saja. Guru yang lain akan mendapatkan informasi lewat grup
whatsapp. Diskusi pun akan dilakukan lewat grup whatsapp.
Mengurangi pertemuan fisik di
lingkungan sekolah
Sebelum
pandemi berlangsung, proses Penerimaan Peserta Didik Baru berlangsung secara
offline. Ada proses pendaftaran, tes tertulis, tes fisik, tes buta warna, dan
interview. Semuanya dilakukan dengan bertemu langsung dengan calon peserta
didik.
Sekarang,
rangkaian tes penerimaan siswa baru hanyalah tes tertulis online dan tes buta warna. Lebih cepat
dan mengurangi kontak fisik. Tes juga hanya memakan waktu kurang dari 15 menit.
Aku
dan teman-teman pun berkomunikasi lewat whatsapp, meskipun ada di ruangan yang
sama. Memang terasa aneh, tapi kami menyadari pembatasan ini untuk keselamatan
semua.
Menyemprot disinfektan di meja dan
kursi yang akan diduduki
Aku
selalu membawa 2 botol kecil di dalam tasku. Botol disinfektan dan botol
handsanitizer. Kemasan ekonomis bekas botol parfum. Mudah kubawa kemana-mana
dan nggak berat, karena bentuk botolnya sangat kecil.
Botol
disinfektan yang kubawa berisi alkohol. Aku mengisi ulang botol saat isinya
sudah habis. Begitupun botol handsanitizer. Aku mengisi ulang botol saat sudah
habis. Dengan kemasan kecil ini, aku bisa dengan mudah menyemprotkan tangan
atau benda di sekitarku.
Menggunakan uang pas atau cashless saat
belanja di sekolah
Lokasi
sekolahku yang persis di depan pasar, mengakibatkan aku pun sering belanja
keperluan sehari-hari. Dan, untuk mengurangi kontak fisik dengan benda dan
orang, aku selalu mencatat barang yang akan dibeli. Lalu, aku hanya membawa
uang pas. Nggak menerima uang kembalian.
Kadang-kadang,
aku dan teman-teman gofood dengan cashless. Jadi, aku mengurangi bersentuhan
dengan orang lain. Selain tentu saja, aku langsung menyemprot bungkus plastik
dan membuangnya ke tempat sampah.
Membawa alat makan dan minum
sendiri
Sebenarnya,
kebiasaan membawa bekal makan dan minum sendiri sudah aku lakukan sejak dulu. Sekarang,
kebiasaan ini membuatku merasa beruntung. Selain hemat, kebiasaan ini pun
menjaga kita dari kontak langsung dengan orang lain.
Selain membawa alat makan dan minum sendiri, kami pun tidak lagi meminjam atau meminjamkan benda-benda, seperti: pena atau pensil. Sebisa mungkin, kami memakai milik sendiri.
Makan dan minum di ruangan sendiri
Sekolah
tempatku bekerja terdiri dari beberapa gedung yang terpisah, gedung A, B, C,
dan D. Bengkel otomotif kendaraan ringan, bengkel sepeda motor, bengkel
listrik, laboratorium TKJ, dan laboratorium MM pun berada di gedung yang
terpisah. Jadi, kami pun sering berada di ruangan terpisah, meski ada di sekolah.
Biasanya
sih, semua kegiatan terpusat di Gedung A. Termasuk rapat atau makan bersama.
Sekarang ini, aku dan teman-teman selalu makan bersama. Namun, di ruangan yang
berbeda, Rasanya sih, memang lonely,
ya? Hingga, sambil makan pun aku berdoa. Semoga pandemi ini lekas berlalu dan
kita bisa beraktivitas normal seperti dulu lagi. Amiin.
Komentar
Posting Komentar