Yuk Bersosialisasi Asyik Lewat Media Sosial
Dulu, aku sangat enggan bermain gawai. Apalagi media
sosial yang menurutku membuang waktu. Namun, zaman telah berubah. Sekarang, aku
nggak bisa lepas dari gawai dan media sosial. Kisah yang mungkin kamu alami juga.
Kemana pun aku melangkah, aku akan melihat
orang-orang yang sibuk dengan gawainya. Belajar, bekerja, dan berekreasi lewat
media sosial yang makin beragam. Media yang bisa mempermudah hidup.
Menghubungkan kita dengan orang-orang di seluruh dunia. Sehingga ucapan Yuk,
bersosialisasi asyik lewat media sosial adalah hal yang alami.
Media sosial kini dianggap sebagai jantung perubahan
gaya hidup kita. Dulu, kita butuh uang banyak hanya untuk menelpon keluarga di
luar pulau. Sekarang, kita bisa menghubungi siapa pun gratis! Syaratnya hanya
jaringan internet saja. Keren ya!
Kemudahan hidup ini bikin media sosial makin digandrungi terutama oleh
generasi Z. Walaupun kita nggak bisa
pungkiri bahwa generasi Y pun merasa terpesona dengan kehebatan media sosial
sebagai wadah bersosialisasi dengan siapa pun yang kita kehendaki.
Bersosialisasi
Asyik Lewat Media Sosial
Kita adalah mahluk sosial. Nggak bisa hidup tanpa
bersosialisasi dengan orang lain. Sedangkan kebijakan PPKM yang diberlakukan di
Bandar Lampung sejak 12 Juli - 20 Juli 2021 mengakibatkan warga Bandar Lampung
harus menghabiskan lebih banyak waktu di rumah. Tidak keluar rumah dan
berkerumun. Sehingga, media sosial menjadi solusi wadah bersosialisasi bagi
semua orang.
Aku pun lebih sering menelpon keluargaku di Bekasi,
karena nggak bisa mengunjungi mereka. Selain kugunakan untuk menelpon keluarga
dan teman, media sosial seperti whatsapp juga kugunakan untuk menghubungi
peserta didik di rumahnya. Rasanya bisa lebih dekat, meskipun nggak bisa
bertemu langsung.
Nah, selain mengobrol santai, menggosip, dan
mendiskusikan berita terbaru, media sosial juga dapat digunakan sebagai media
berjualan. Jadi, kita bisa dapat menjalin silaturahmi, menambah teman baru, dan
menghasilkan uang. It’s not bad, is it?
Pentingnya
Bersosialisasi di masa pandemi
Nggak enak rasanya kalau kehilangan teman. Seperti ada
bagian dari diri yang kosong. Hampa. Perasaan yang muncul kalau lama nggak
mengobrol dengan teman. Padahal, teman itu bisa menggenapi kita. Melengkapi
kekurangan yang ada pada diri kita.
Nah, perasaan-perasaan itu pasti menusuk di hati
hampir semua orang sejak pandemi tahun 2020 ini. Sehingga bersosialisasi di
masa pandemi ini sangat penting. Kita bisa saling berbagi cerita, motivasi,
tenaga, dan uang untuk mengurangi beban
bagi orang yang terkena dampak langsung pandemi.
Aku pun ikut berkontribusi membantu sekitarku dengan
patuh prokes dan mengikuti anjuran pemerintah. Menghindari kerumunan dan
mengurangi mobilitasku. Aku hanya pergi ke sekolah atau ke pasar seminggu
sekali. Aktivitas lainnya aku lakukan lewat media sosial, seperti: mengajar
lewat Whatsapp, Google Meet, dan Google Classroom.
Mudahnya
bersosialisasi lewat media sosial
Bagi kamu yang lahir di tahun 1990an pasti merasakan
mahalnya layanan gawai dan internet saat itu. Aku masih ingat seorang teman
yang punya gawai Nokia yang disebut hape pisang sangking gedenya. Gawai yang
begitu hebat di saat itu, Dan, temanku Tati terlihat begitu bergaya dengan
gawai Nokia 6300nya. Di awal tahun 2000an itu, Tati menjadi satu-satunya
temanku yang memiliki gawai canggih ini.
Berbeda dengan dulu, sekarang bukan hanya satu Tati
yang mampu membeli dan memiliki gawai canggih. Hampir semua orang memiliki
gawai, karena harganya yang terjangkau. Ditambah dengan layangan jaringan
internet yang mudah diakses yang makin mempermudah kita berseosialisasi lewat
media sosial.
Kita nggak akan berkedip melihat seorang anak
berumur 5 tahun bermedia sosial dan mengobrol dengan.temannya lewat whatsaap. Ah,
nggak terbayang kalau itu terjadi di tahun 1990an. Pasti orang tuanya pingsan!
Jenis
media sosial ideal untuk bersosialisasi
Aku bertanya pada siswa-siswaku medsos tentang
medsos yang sering mereka buka. Sebagian besar siswaku menjawab Youtube. Sisanya,
Instagram, facebook, Podcast, dan lain lain. Alasannya sih, paket kuota mereka
adalah unlimited Youtube.
Sedangkan medsos yang relatif mudah, aman, dan
gratis adalah Whatsapp dan Telegram. Sehingga
grup-grup sekolah, bisnis, dan alumni menggunakan kedua medsos tersebut. Tentunya,
kedua medsos dipilih sebagai sarana untuk bersosialisasi antara orang-orang
yang memiliki kesamaan kepentingan.
Hikmah
di balik media sosial
Kadang temanku mentertawakan keluguanku yang sering
lupa dengan kegunaan gawaiku. Misalnya, aku sering menemui temanku untuk bicara
dengannya. Dan, ia bilang padaku, “Kan bisa nelpon lho? Kok capek-capek jalan
menemui aku..” Aku hanya bisa mesem-mesem
saja, sambil berjalan kembali ke arah ruanganku.
Meskipun medsos dapat memberikan dampak negatif bagi
perkembangan anak, aku nggak bisa menafikan hikmah di balik media sosial. Banyak
hikmah baik yang kuperoleh lewat media sosial. Contohnya sih, aku sering
mengikuti ZOOM atau YouTube Streaming dari Kemenkominfo atau Kemendikbud. Bertemu
dan berkenalan dengan orang-orang seluruh Indonesia, meskipun hanya lewat
medsos.
Teman-teman juga banyak yang memanfaatkan medsos
untuk wadah sosial menggalang dana bantuan bencana alam, korban Palestina,
korban pandemic, dan lain-lain. Membangun rasa solidaritas dan rasa kemanusiaan
dengan berbagi info baik dan positif di medsos. Sehingga, peluang orang-orang
yang terbantu akan lebih besar.
Tips
asyik bermedia sosial
Seorang teman bilang padaku bahwa aku itu nggak
asyik. Slow respon kalau dihubungi. Mereka sering menelpon teman lain agar
menyampaikan pesannya padaku. Merepotkan. Akibatnya, teman-temanku malas
menelponku. Dan, kini aku merasa sedikit
menyesal, karena nggak memanfaatkan sarana yang ada untuk bersosialisasi. Terhubung.
Karena kesadaran itulah, aku mulai belajar agar
dapat bijak bermedia sosial. Lalu, asyik memanfaatkan hasil teknologi highend
ini dan bukan menjadi korbannya.
Nah, aku mulai belajar menjalankan 2 tips asyik
bermedia sosial ini agar aku bisa merasa nyaman dan tenang bersosialisasi di
dunia maya ini.
1. Jadwalkan
waktu
Aku pernah nggak sadar bermedia sosial,
sehingga lupa sedang masak tempe. Akibatnya, tempe gosong dan nggak bisa
dimakan. Ibuku marah dan aku hanya makan mie rebus. Padahal, ibu sudah membuat
sambal terasi yang enak jika dimakan dengan nasi panas dan tempe. Duh, rasanya
aku menyesal sekali.
Sejak itu, aku selalu berusaha
menjadwalkan waktu saat bermain media sosial. Aku tidak akan membuka gawai saat
masak tempe lagi.
2. Tentukan
target
Aku memiliki akun twitter, telegram,
facebook, dan Instagram. Dulu sih, aku bisa menghabiskan berjam-jam di
facebook. Aku membaca semua status teman-temanku dan ngobrol di kolom komentar.
Aspek positifnya sih, aku bisa
besilaturahmi dan mendekatkan kembali teman lama. Sayangnya, kadang jadi gossip
panjang yang nggak ada habisnya. Senang sih, tapi kok nggak bermanfaat.
So, saat aku membuka medsos,
misalnya facebook, aku sudah ada target jualan di marker place dan mengecek
beberapa status teman-temanku untuk mengetahui keadaannya, memberi like dan
komen sebentar, dan mengobrol sebentar di kolom komentar. Misi tercapai. Lalu, aku
keluar.
So, pernah merasa
bahagia hanya karena sebuah sapaan sederhana Apa kabar di media sosialmu? Bahkan, sebuah emoticon pelukan virtual pun bisa menghangatkan. Seperti matahari
harapan setelah mendung.
Komentar
Posting Komentar