Bagaimana Cara Bahagia Berbagi Lewat Ngeblog
Pernahkah tebersit dalam hatimu tentang bagaimana
cara ingin dikenang setelah tiada? Meski dihindari, pemikiran ini sering jadi perbincangan. Apalagi dengan merebaknya pandemi yang merenggut
orang-orang terkasih.
Aku nggak ingin berakhir seperti Mr. Twits dan Mrs. Twits. Pasangan yang
kehadirannya membuat orang-orang di sekitarnya merasa tak nyaman. Hingga,
ketiadaannya melegakan. Bukan khusnul
khatimah. Kasihan sekali.
Kisah Mr. Twits dan Mrs. Twits dalam buku The Twits
bercerita tentang sepasang suami istri yang hanya peduli dengan kesenangan
diri. Tak peduli dengan orang lain. Bahkan, mereka tega mengorbankan orang lain
demi kepentingan mereka.
Buku yang ikut menguatkan keinginanku untuk terus
menulis. Berbagi dengan sesuatu yang aku sukai. Meski kadang rasa malas datang,
aku tetap berusaha mencari cara bagaimana merasa bahagia berbagi lewat ngeblog.
Target
dalam menulis
Aku pikir, menulis itu sama dengan menempuh sebuah
perjalanan. Sebelumnya, kita harus memiliki tujuan. Nggak hanya sekedar keluar
dari rumah, lalu kebingungan kesana-kemari tanpa arah. Pasti bikin stress.
Karena selain membuang waktu, kita nggak merasa terpuaskan.
Seperti seorang teman yang ingin jalan-jalan untuk
refreshing. Ia pasti telah menentukan tempat, waktu, uang, dan akomodasi yang
lain. Lalu, bandingkan dengan seseorang yang jalan-jalan tanpa tujuan. Ia nggak
tahu mau kemana, tidak bawa makanan, apalagi uang. Hingga, jangankan merasa
lega, ia malah stress setelah jalan-jalan. Nggak enak, kan?
Nah, menulis pun begitu. Tanpa tujuan akan membuat
tulisan kita nggak memberi makna lebih bagi diri kita dan pembaca. Paling tidak,
kita akan sering merasa kurang termotivasi dalam menulis.
Menulislah
dengan passion
Okey,
it’s not going to be easy to write something you don’t like.
Meski, menulis yang tidak kita sukai pun mungkin bisa menantang kita untuk
belajar lagi. Kita pun merasa ada gairah baru, karena ada di luar zona nyaman
kita.
Namun, passion
dalam menulis pasti akan mampu membuatmu menyelesaikan tantangan apa pun yang
datang ke mejamu. Dan, kamu pun akan merasa bahagia telah mampu menantang diri
dan sukses menyelesaikannya.
Teruslah
menulis meski kamu malas dan bosan
Sebagai manusia biasa, merasa malas dan bosan adalah
biasa. Namun, seorang penulis akan terus menulis bagaimana pun kondisinya. Sebagaimana
seseorang yang ingin terus hidup. Ia akan terus makan makanan sehat, meskipun
terasa nggak enak. Namun, ia menyadari, pada akhirnya makanan itu pun akan
mengenyangkan.
Meski pada dasarnya semua orang menulis nasib dalam
hidupnya, nggak semua orang bisa menulis ceritanya sendiri. Beberapa bahkan
melupakannya, hingga nggak bisa mendapatkan hikmah dari kisah hidupnya. Dan,
kisah berharga itu pun menghilang dan terlupakan oleh waktu.
Peristiwa yang bisa dihindari dengan menulis apa pun
itu. Sekelumit cerita yang kita pikir biasa, bisa jadi luar biasa bagi orang
lain. Hingga, bukan hanya kita yang mendapatkan manfaat dari pengalaman hidup
kita.
Sayangnya, proses menulis yang nggak mudah, membuat
nggak semua orang mampu menyelesaikan tulisan yang ia mulai. Banyak kisah yang
akhirnya teronggok dalam coretan kertas. Lalu, tak terekam. Hanya karena kita
bosan dan malas untuk menyelesaikannya. Padahal, mungkin kisah itu suatu saat
nanti akan memberi hikmah bagi orang lain.
Sebut saja tulisan penyesalan Jenderal Lehnert
tentang peresmian penjara Guatanamo. Tulisan
yang memberi kita insight bahwa apa pun keputusan yang kita ambil, memberi
konsekuensi di masa depan.
Tulislah
apa yang nggak bisa kamu katakan
Nggak semua orang terlahir dengan sifat extrovert. Easy to speak up their minds. Seseorang yang bisa menyalurkan
pemikirannya lebih verbal dan hampir nggak pernah memendam pemikirannya
sendiri.
Meski belum tentu seorang extrovert nggak suka
menulis, seorang introvert lebih membutuhkan media tulisan untuk leluasa menumpahkan
ide dan isi hatinya. Salah satu media yang bisa digunakan adalah blog,
instagram, facebook, dan lain-lain. Media yang dapat membebaskan aspirasi warga
introvert lewat tulisan.
Maka nggak heran, kita akan menemukan begitu
ramainya cuitan atau tulisan-tulisan di media-media tersebut. Memberi ruang
lebih bagi siapa pun yang ingin menulis apa yang nggak bisa mereka katakan
langsung.
Menulislah
seperti kamu berbicara pada temanmu
Kata orang, gaya kita menulis itu menyerupai gaya
kita berbicara. Ungkapan yang mungkin nggak keliru. Meski menulis membutuhkan
persistence dan skills yang berbeda dibandingkan berbicara langsung, aktivitas
menulis memiliki keistimewaan yang nggak dimiliki oleh aktivitas berbicara.
Salah satu kelebihan menulis adalah kita bisa
memberikan rasa yang berbeda bagi pembaca dalam keadaan yang berbeda. Tulisan juga
bisa memperkaya daya kreativitas dan imajinasi pembaca melebihi ucapan.
Nah, kita pun bisa bercerita tentang pengalaman
hidup kita. Kisah hidup yang bisa menyentuh, menggelikan, aneh, atau lucu. Hingga,
pembaca bisa merasa terharu, tertawa, atau terbawa dengan perasaannya. Dan,
pembaca pun akan merasakan apa yang kita rasakan, karena mereka pun mungkin
pernah mengalami peristiwa tersebut.
Komentar
Posting Komentar