Journey in the Slump of Mumbai India
Kalau pernah nonton film Slumdog Millionere, pasti
bisa merasakan sensasi keadaan kota Mumbai. Bagaimana seorang remaja dari
daerah kumuh Mumbai menjadi kontestan sebuah acara Kaun Banega Crorepati. Film
yang dikritik karena dianggap berlebihan dalam menggambarkan kemiskinan di
India.
Meski film ini menggambarkan keadaan kota Mumbai
yang merupakan salah satu kota terkumuh di dunia, stigma yang tercipta nggak
memberi gambaran seutuhnya kota Mumbai. Orang-orang tergeletak mati di jalanan,
gelandangan dan pengemis di mana-mana, atau banyaknya orang yang buta hurup.
Apalagi dengan gambaran membuat buta seorang anak
agar ia bisa menghasilkan uang lebih banyak sebagai pengemis. Terkesan agak
menakutkan.
Menurutku, kupikir kita perlu membaca Shantaram, the Mistress of Spices, Kim atau menonton channel Youtube yang bisa membantu kita melihat kota Mumbai dengan perspektif yang lebih luas. Melakukan journey in the slump of Mumbai India secara langsung meski melalui mata seorang youtuber.
My
Life in the Slums of Mumbai (Life Changing 5 Days)
Channel milik Jacob Laukatis ini menceritakan
tentang kehidupan 5 harinya di Dharavi, Mumbai. Ia ingin mengetahui secara
langsung kehidupan orang-orang di daerah kumuh Mumbai. Tidur, makan, mandi, dan
ke toilet sebagaimana orang-orang Mumbai.
Sebenarnya, Jacob sudah pernah keliling Mumbai
selama 2 hari. Tapi, ia belum merasakan kehidupan di Mumbai secara langsung. Dan,
ia menjadikan Mumbai sebagai salah satu dari 48 negara tujuan kelililing
dunianya selama 70 hari. Oya, selain Mumbai, Jacob juga mengunjungi Syria,
Korea Utara, dan-lain-lain.
Perspektif
yang nggak Relevan tentang Mumbai
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Mumbai
dikenal dengan daerah kumuh terbesar di dunia. Namun, sebagaimana kota-kota
besar lain di dunia seperti Jakarta, Manila, Kuala Lumpur, atau New York,
masalah yang ada di Mumbai pun tidak sederhana. Masalah kemiskinan, sanitasi
yang rendah, pendidikan, kenakalan remaja, prostitusi, dan lain-lain adalah
masalah yang bukan hanya dimiliki Mumbai.
Ketimpangan sosial yang tergambar jelas dalam
film-film Bollywood dimana ada orang-orang yang begitu kaya dan ada yang harus
tinggal berdampingan dengan sampah. Seperti dalam Shantaram yang mengisahkan
seorang fugitive yang menjalani kehidupan bersama dengan orang-orang Mumbai.
Kita juga bisa merasakan vibe seorang India yang
kental dengan hal-hal mistis, meski mereka sudah tinggal di Amerika dalam the
Mistress of Spices. Kisah-kisah yang menyatakan jelas bahwa tidak semua orang
Mumbai buta hurup atau tidak berpendidikan. Banyak orang-orang besar yang
terlahir di kota Mumbai, seperti Ismail Merchant, Sajid Khan, Salman Rusdhie,
dan Aamir Khan.
Meski jumlah penduduk Mumbai yang di tahun 2018
sekitar 20 juta, kita nggak bisa memungkiri peran Mumbai di kancah pergerakan teknologi
saat ini. Artinya, kota Mumbai pun patut dianggap sebagai kota yang patut
diperhitungkan kemajuannya. Sebut saja Indian Institute of Technology Bombay
(IIT) yang sudah berdiri sejak 1958. Universitas yang cukup terpandang di
India.
Sekilas
tentang Sejarah Mumbai
Menurut sejarah, peradaban Mumbai sudah dimulai
sejak zaman batu. Mumbai pernah dijajah
oleh Moghul hingga abad 17. Lalu, setelah India merdeka di tahun 1947,
daerah kepresidenan Bombay direstrukturisasi menjadi Bombay State. Dan, dinamai
Mumbai pada 6 Maret 1996.
Sekilas Kisah Live in the Slumps Mumbai
Pengalaman
Mandi di Mumbai
Pertama tiba di Mumbai, Jacob disambut oleh Pravin. Orang
India yang akan menemani perjalanannya di Mumbai. Mereka akan tinggal di sebuah
rumah susun yang ditempati oleh ribuan orang. Hingga terlihat begitu padat.
Karena tiap rumah nggak difasilitasi dengan toilet,
mereka harus berbagi toilet dengan 20.000 orang setiap harinya. Jadi, sudah
menjadi pemandangan biasa jika kamu melihat orang mandi di depan rumah. Ah, hal
ini mengingatkanku dengan daerah Kota Agung, Lampung. Di Kota Agung, banyak
rumah yang nggak punya toilet. Bedanya, orang Kota Agung akan pergi ke laut
untuk sekedar buang hajat atau mandi. Jadi, para peselancar atau turis akan
enggan bermain di pinggir pantai.
Kebiasaan
Tidur di Mumbai
Sama dengan di Indonesia, di Mumbai orang-orang
biasa tidur beralas tikar atau kasur tipis dan selimut. Tanpa AC.
Kebiasaan
unik di Mumbai
Salah satu hal unik yang kulihat di Mumbai adalah
anak-anak atau orang dewasa yang berjalan-jalan di atas atap rumah. Ya, orang
Mumbai mengijinkan orang untuk berjalan di atas atap rumah. Syaratnya, ya kita
harus hati-hati berjalan agar atap tidak pecah.
Sensani yang dirasakan sepertinya unik. Bisa melihat
pemandangann dari atas atap rumah atau sekedar mengintip rumah orang-orang
Mumbai. Ada yang sedang memasak, menjemur baju, atau sedang makan bersama
keluarga. Rasanya seru!
Berjalan-jalan
di Rawa-rawa
Air merupakan kebutuhan pokok manusia. Di Mumbai,
orang-orang Mumbai mengandalkan air rawa untuk memelihara ikan atau keperluan
lain. Kita bisa melihat pembatas yang menyaring sampah, hingga air yang keluar
terlihat lebih bersih. Jadi, di bagian yang satu penuh sampah, bagian yang lain
airnya cukup bersih dan digunakan untuk bermain, berenang, dan beternak ikan.
Sampah yang menggunung
di satu sisi yang berdampingan dengan tempat tinggal adalah pemandangan biasa
di Mumbai.
Pemukiman
Kumuh yang Bersih dan Nyaman
Siapa bilang di Mumbai nggak
ada pemukiman yang bersih dan nyaman? Ada kok. Hingga kamu nggak akan merasa
kalau daerah itu adalah daerah kumuh. Bahkan, rumah-rumah di pemukiman itu
dicat dengan warna-warna yang enak dipandang.
Pandangan
Orang Mumbai terhadap Daerah Kumuh
Hal yang membuatku
kagum dengan orang India adalah kebanggaannya terhadap diri. Begitu pun orang
Mumbai. Mereka bangga dengan keberadaan daerah kumuh dan percaya bahwa
eksistensi tempat kumuh di Mumbai harus tetap dijaga.
Orang Mumbai pun sama seperti orang lain di seluruh dunia
Sama seperti
orang-orang yang ada di seluruh dunia, orang-orang di Mumbai pun memiliki
keinginan, pemikiran, cita-cita, dan mimpi. Meski hidup dalam kemiskinan, semangat
mereka untuk hidup yang lebih baik terlihat dari wajah-wajah yang penuh senyum.
Seolah nggak ada beban.
Kesimpulan
Nggak ada seorang pun
yang bisa memilih di mana dia dilahirkan. Namun, kita bisa melakukan hal
terbaik yang bisa dilakukan untuk diri kita dan orang sekitar kita. seperti
orang-orang Mumbai yang nggak pernah menyerah dan terus bergerak untuk meraih
masa depan. Bersedia merengkuh perubahan dengan mempelajari teknologi. Hingga,
banyak orang-orang besar yang terlahir di daerah kumuh Mumbai.
Dengan kata lain,
menonton channel tentang Journey in the slump of Mumbai India ini akan memberi
insight tentang masalah-masalah kemanusiaan di sekitar kita yang bisa diretas
lewat pendidikan. Perubahan cara berpikir mudah-mudahan bisa membawa reformasi
cara bersikap. Hingga, kita dapat lebih menghargai alam dan sesama. Paling tidak,
kita dapat bertanggungjawab terhadap sampah kita sendiri.
Komentar
Posting Komentar