Review Novel Sense and Sensibility
Judul Buku. : Sense and Sensibility
Penulis. : Jane Austen
Tebal Buku. : 372
ISBN. : 460879146
Penerbit. : JM. Dent - London
Charles F. Tuttle - Vermony
Pernah nonton Layangan Putus atau baca kisahnya? Cerita yang lagi viral ini pasti bikin greget, ya? Apalagi, cerita ini terinspirasi dari kisah nyata. Kisah tentang perempuan.
Meskipun berbeda ending dengan kisah Layangan Putus, cerita Sense and Sensibility ini pun tentang perempuan. Keluarga Dashwood. Kisah tentang Elinor, Marianne, dan Mrs. Dashwood menentukan kebahagiaan mereka sebagai seorang wanita.
Ingin tahu tentang kisahnya? Yuk, baca sinopsisnya dulu!
Sinopsis Novel Sense and Sensibility karya Jane Austen
Sebagai keluarga bangsawan, Mr. Dashwood tinggal dalam kecukupan di Sussex, Norland Park. Karena nggak beristri, ia ditemani adik perempuannya. Sayang, adiknya meninggal. Maka, ia pun mengajak keponakannya, Henry untuk tinggal bersamanya. Mr. Dashwood meninggal sepuluh tahun setelah adik perempuannya.
Sementara itu, Mr Dashwood yang telah ditinggal mati oleh istri pertamanya pun menikah lagi. Dan, dari istri keduanya ini, ia mendapatkan tiga orang anak perempuan. Elinor, Marianne, dan Margaret. Sedangkan dari istri pertama, ia memperoleh anak laki-laki, John Dashwood.
Konflik mulai terjadi saat Mr. Henry Dashwood meninggal. Apalagi John Dashwood sebagai pewaris yang bertanggung jawab atas diri janda ayah dan nasib ketiga adik perempuannya ini, sangat sayang pada istrinya. Hampir menyetujui semua saran dan permintaannya. Akibatnya, pembagian warisan pun nggak seperti yang diamanatkan oleh sang ayah.
Karena ingin hidup tenang, Mrs. Dashwood pindah ke Barton Park. Tentunya, bantuan dari Sir John Middleton mempermudah keluarga ini untuk beradaptasi di rumah baru mereka.
Di tempat inilah, Marianne bertemu dengan Colonel Brandon yang menyukainya. Pria kaya yang juga sahabat Sir John Middleton ini bahkan ikut membantu keluarga Dashwood. Sayang, Marianne telah menjatuhkan pilihannya pada Willoughby. Pemuda tampan yang membuat Marianne mabuk kepayang.
... Everything he did was right. Everything he said was clever.
Elinor yang lebih dewasa berusaha mengingatkan Marianne untuk lebih menjaga diri. Namun, Marianne balik mengkritik tentang hubungan Elinor dan Edward Ferrars yang kaku. Marianne menganggap Edward nggak pantas buat kakaknya.
Mrs. Jennings, ibu Sir John Middleton berusaha menjodohkan Marianne dan Brandon. Mengatakan bahwa keduanya adalah pasangan sejati. Namun, Brandon yang seolah menghindari pesta dan pergi sebelum pesta berakhir, menimbulkan kecurigaan merebak. Gosip bahwa ia menyimpan wanita lain.
Nah, bagaimana kisah selanjutnya? Yuk, baca bukunya.
Feminism dalam Novel Sense and Sensibility
Berbeda dengan novelnya George Orwell yang tokoh utamanya laki-laki, karya Jane Austen menceritakan tentang perempuan-perempuan. Kisahnya berputar antara cinta dan keluarga serta perjuangan untuk hidup nyaman dan bahagia.
Penulis menggambarkan tentang bagaimana seorang perempuan pun berhak menentukan nasibnya sendiri. Memilih suami yang ia inginkan. Feminism yang menurut buku yang kubaca, memiliki standard berbeda.
Seolah feminism itu berlaku hanya bagi perempuan kulit putih, bangsawan, dan berpendidikan. Sementara itu, ada standard berbeda bagi perempuan dari kelas sosial yang lebih rendah.
Nah, feminism yang berarti seluruh gerakan sosial, politik, dan ideologi yang tujuannya sama. Memperjuangkan kesetaraan gender bagi perempuan baik di bidang sosial, politik, atau ideologi.
Sayangnya, gerakan ini belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat.
Bagi perempuan dari kelas sosial lebih rendah, mereka nggak punya pilihan. Bahkan, nasib mereka masih ditentukan oleh ayah atau saudara laki-laki mereka.
"....Para pelaku politik juga memanfaatkan faktor ini; situasi dan kondisi ini dapat diamati secara teratur melalui koran dan majalah. Di koran dan majalah, eksistensi perempuan dieksploitasi, dan perempuan digunakan sebagai sarana untuk mewujudkan maksud-maksud lelaki: dan semua ini dilakukan dengan mengatasnamakan 'kemerdekaan" dan kesetaraan.' (Perempuan dan hak-haknya Menurut Pandangan Islam, hal: 21, Murtadha Muthahari).
Dalam penjelasan yang rinci dikatakan bahwa konsep feminism pun seolah membolehkan proses aborsi atas nama 'kebebasan' atau kemerdekaan memperlakukan tubuhnya sendiri. Seolah telah lunturlah rasa kasih sayang seorang ibu.
Namun, apa pun itu, sebuah karya seperti novel Sense and Sensibility ini patutlah jadi bahan perenungan. Perempuan itu bagaimana pun bukanlah objek, tapi seperti yang disampaikan dalam terminologi akademis,
Perempuan adalah manusia, maka perempuan diciptakan merdeka, tak ubahnya lelaki, dan karena perempuan memiliki hak-hak yang setara. Tetapi, perempuan adalah manusia yang memiliki kondisi-kondisi tertentu, sedangkan lelaki memiliki kondisi-kondisi yang lain... (Perempuan dan hak-haknya Menurut Pandangan Islam, hal:18)
Artinya, keduanya memiliki kesetaraan dalam porsi yang berbeda. Disesuaikan dengan kondisi fisik dan psikologi keduanya. Sebagaimana nggak mungkin memperlakukan lelaki dan perempuan sama, padahal posisi yang kedua sedang hamil. Ya kan?
Kita juga kan nggak bisa membayangkan Marianne, misalnya, untuk melamar Willoughby meskipun Marianne mencintai pria itu. Sifat secara mental (alaminya) nggak mengijinkan hal tersebut.
Kelebihan Novel Sense and Sensibility
Karena happy ending, kisah ini pasti bikin kamu pecinta novel romance bahagia. Konflik yang terjadi pasti akan berakhir dengan menyenangkan. Meski akan ada air mata dan kesedihan, semuanya akan baik-baik saja.
Seperti Marianne yang patah hati dan akhirnya menemukan kebahagiaan di pelukan orang yang mencintainya.
Bisa kubilang sih, buku ini menceritakan tentang perempuan-perempuan yang berusaha menentukan nasibnya sendiri dengan memilih suami yang tepat. Keseimbangan antara sense and sensibility adalah hal penting untuk mencapai kebahagiaan.
Komentar
Posting Komentar