Yuk, Tinggalkan Zona Aman dengan Mengubah Diri
“Jadi moderator hari ini, ya,” kata bu Imel siang itu pada seorang guru. Namun, guru itu menggelengkan kepalanya dengan alasan nggak bisa. Lalu, bu Imel menengok ke arahku yang kusambut dengan anggukan.
Hal yang nggak mungkin kulakukan sebelum aku mengikuti acara webinar bertema Personality Development Melalui Komunikasi yang digagas oleh Komunitas ISB dengan narasumber Erwin Parengkuan.
Baca juga: Review Buku The Picture of Dorian Gray
Insights yang disampaikan oleh mas Erwin terasa jelas dan mengena. Hingga, aku pun ingin tinggalkan pojok amanku di pinggir ruangan. Tinggalkan zona aman dengan mengubah diri.
Wah, kata-kata yang mudah diucapkan. Tapi, butuh proses yang panjang untuk merealisasikannya. Nggak hanya komitmen, aku pun butuh untuk tidak menunda proses tersebut. Mulai dari hal yang paling sederhana dan tidak sederhana. Berani.
Kenali Kendala yang sering kamu hadapi
Aku sering bilang pada temanku bahwa aku seorang yang pemalu. Tapi, mereka hanya memandangku sambil tertawa. Hingga, aku pun melakukan self-check. Hasilnya sungguh membuatku terkejut. Ternyata, aku bukan seorang yang pemalu.
“Bagaimana mau disebut pemalu?” kata seorang teman,”Lha kalau sudah ngomong nggak ada titik koma.” Aku tertawa mendengar ucapan temanku itu.
Selanjutnya, aku mengingat-ingat salah satu hobiku adalah mengobrol dengan orang yang baru kukenal. Ya, aku suka mengobrol dengan siapa saja dan nggak pernah kehabisan bahan untuk bicara.
Lalu, apa sih kendala yang sering kuhadapi? Kenapa aku bisa terbata-bata atau bingung saat harus ngomong di depan orang banyak?
Kamu tahu apa jawaban mas Erwin untuk pertanyaan serupa? Sebenarnya, kamu hanya nggak nyaman aja dengan dirimu. Akibatnya, kamu jadi nggak percaya diri. Rasa percaya diri yang nggak lebih dan nggak kurang, tapi cukup. Not much, not less, but just right.
Bagaimana cara menumbuhkan rasa percaya diri?
Pertanyaannya, bagaimana cara mengenal diri kalau kamu nggak nyaman dengan dirimu? Dan, jawabannya ada dalam diri kita sendiri. Apa sih yang ingin kamu capai dalam hidup? Apakah kamu ingin hidup begitu-begitu saja dan mengenang dirimu dalam penyesalan?
Kalau jawabanmu tidak, artinya kamu harus mulai belajar untuk mengubah dirimu. Caranya? Mas Erwin pun menjelaskan 4 cara untuk menumbuhkan rasa percaya dirimu.
1. Tahu kekuatanmu.
Kunci untuk mengenal kekuatanmu adalah berani. Berani malu, berani dipermalukan, berani mempermalukan diri. Berani keluar dari zona aman. Berani untuk duduk di depan dan bukan di belakang atau pojok ruangan agar nggak terlihat.
2. Simpan kesadaran dalam diri bahwa aku tahu apa yang mau aku sampaikan.
Trik ini berusaha kulakukan saat ngomong di acara sosialisasi tentang pemanfaatan barang bekas kemarin di sekolah. Alhamdulillah, aku nggak lagi gemetaran saat ngomong.
3. Nggak membandingkan diri dengan orang lain.
Setiap orang memiliki achievement yang berbeda dalam hidupnya. Hingga, aku pun sering membandingkan diri dengan orang di sekitarku. Menurut mas Erwin, perilaku ini tidak sehat. Bukankah setiap orang nggak sama?
Ia bercerita tentang awal karirnya yang nggak semulus dugaan orang. Hingga tahun ketiga, ia masih struggling untuk membentuk kemampuannya. Selalu melakukan self-check untuk terus bertumbuh.
Baginya, overthinking terhadap peristiwa yang sudah berlalu itu akan menahan diri kita untuk berkembang. So, hal terbaik yang dapat kita lakukan adalah fokus pada saat ini. Never entertain your overthinking.
“You have to fake it until you become it. Just do it! If you fail, it’s okey. Don’t overthinking.”
4. Sadar bahwa hidup itu tentang berbagi.
Hidup itu sebentar. Nggak ada waktu buat overthinking, hingga kamu nggak bisa berbagi. Kuncinya sih, kita bisa berbagi sesuatu yang sesuai fakta, kebenaran, dan bikin orang hidup lebih sejahtera.
Aku sih mengambil contoh tentang seorang bakul kue yang berbagi tentang cara sederhana memasak kue bolu mantang ungu. Orisinalitas dari inovasinya dapat membantu petani untuk memasarkan produknya.
Dalam buku “Understanding People” yang ia tulis, mas Erwin menggambarkan tentang kepribadian manusia yang mempengaruhi cara seseorang berkomunikasi.
Pembagian kepribadian manusia oleh Hipocrates ini pun cukup relevan untuk membantu kita mengenal diri kita. Ia menambahkan bahwa tipe sanguine (si gesit), melankolis (si rinci), coleris (si kuat), dan pragmatis (si damai) dapat berubah sesuai dengan kesadaran. Bisa dibilang bahwa kesadaran mental dapat terjadi, karena kita sadar.
Meski proses kesadaran ini nggak mudah, kita bisa meraihnya dengan membentuk habit sesuai dengan sifat yang kita inginkan. Caranya sih, setelah menyelesaikan satu pekerjaan, kita bisa melakukan self-reflection. Menumbuhkan sifat positif kita.
Tinggalkan Zona Aman dengan Mengubah Diri
Terbiasa duduk di belakang dan diam saat yang lain bicara, pasti akan menimbulkan rasa nggak puas dalam diri. Kenapa? Karena aspirasi yang nggak tersampaikan, kita akan menggerutu saat hasil di luar kenyataan.
Zona aman di atas emang terlihat tanpa risiko, kecuali rasa iri saat orang lain sukses. Perasaan yang lazim dialami meski nggak diakui.
Untuk itulah, aku nggak mau seperti itu. Nggak mau terperangkap dalam zona aman yang bikin aku nggak bertumbuh.
Belajar dari Orang Sukses
Mengambil inti dari jawaban mas Erwin, aku bisa belajar dari banyak orang sukses untuk jadi seperti mereka. Dan, berpikir untuk jadi orang yang baru.
Sebagai penutup dari webinar kali ini, aku terkesan dengan ucapannya.
“Jangan jadi orang yang lama. Basi!”
Komentar
Posting Komentar