Tips Meningkatkan Communication Skill Anak di Sekolah
"Yuk, yang sudah siap presentasi. Silakan maju ke depan, " kataku sambil tersenyum pada anak-anak di kelas. Sebagian anak terlihat enggan. Lalu, aku pun bilang begini. "Bagi yang maju ke depan, ibu beri nilai 100." Ucapan ini disambut dengan anak-anak yang berebut untuk maju ke depan. Aku senang melihat semangat mereka.
Belajar dari pengalaman ini, aku berusaha menemukan tips meningkatkan communication skill anak di sekolah. Proses belajar yang bisa dilakukan lewat pengalaman mengungkapkan pendapat di kelas. Mengekspresikan diri. Hal yang termasuk salah satu dimensi Pelajar Pancasila, yaitu bernalar kritis.
Kenapa bernalar kritis penting dalam pembelajaran?
Karena pelajar Pancasila merupakan perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat. Proses yang dapat konsisten dilakukan lewat cara berpikir yang kritis. Elemen bernalar kritis adalah memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisa dan mengevaluasi penalaran, merefleksi pemikiran dan proses berpikir dan mengambil keputusan.
Baca juga: Review Buku No Longer Human
Lalu, sebagai guru, bagamana caraku meningkatkan Communication Skill anak di sekolah?
Cara sederhana yang sering kulakukan adalah memberikan reward point atau nilai bagi siswa yang aktif di kelas. Aku pun melakukan cara lain untuk meningkatkan semangat belajar anak-anak di kelas. Penasaran, yuk ikuti ceritaku ini.
Menumbuhkan Keberanian Anak Bicara di Kelas
Mengajar anak-anak adalah passion yang sudah kujalani lebih dari satu dekade. Tanpa terasa, aku telah mengantarkan anak-anak untuk meraih masa depannya. Jujur aja, sebagai guru, aku pun banyak belajar dari anak didikku. Termasuk dalam hal meningkatkan skill berkomunikasi. Sebelumnya, aku akan berbagi cara agar anak berani bicara di depan kelas.
Memberikan Reward
Siapa yang nggak suka reward? Pasti semua suka. Termasuk anak. Sehingga, pemberian reward dalam bentuk nilai atau poin pun sudah mematik semangat anak belajar. Melunturkan rasa enggan atau malu, karena anak-anak ingin mendapatkan nilai besar atau hadiah yang ditawarkan guru.
Sementara itu, Pak Riyanto sering menghadiahkan anak-anak dengan uang saat apel atau upacara di lapangan. Tentu saja, reward ini diberikan bagi anak yang berani untuk menyampaikan pendapat atau menjawab pertanyaan beliau.
Memberikan Pujian
Selain hadiah dalam bentuk nilai dan benda lain, aku pun sering memberikan pujian bagi siswa yang berani tampil di depan kelas. Biasanya sih, ucapan yang sering kukatakan adalah "Hebat! Kamu keren banget! Ayo, yang lain juga pasti bisa!"
Memberikan Tugas Presentasi dalam Kelompok
Seperti yang kita tahu, anak SMK lebih suka berada dalam kelompok. Kecenderungan yang terlihat dalam setiap tugas kelompok di bengkel yang sukses. Untuk itulah, aku sering memberi tugas kelompok presentasi di kelas. Alhamdullah, cara ini mempermudah anak yang pemalu untuk mengekspresikan pendapatnya di depan kelas.
Aku ingat mengajar di kelas X TKJ yang terdiri dari 4 anak cewek dan 21 anak cowok. Di kelas ini, anak ceweknya sangat pemalu dan nggak mau jika diminta tampil di depan kelas. Namun, dalam kelompok, mereka akan berani untuk bicara untuk menjawab pertanyaan atau sekedar membaca hasil diskusi.
Membiarkan anak Menjawab atau Menyampaikan Pendapat dengan bebas
Aku pernah merasa berdosa, karena memaksa anak untuk maju ke depan kelas. Anak yang kuminta itu keringatnya bercucuran di sekujur tubuh dan badannya gemetaran. Wajahnya pun merah padam. Suaranya pun sama sekali nggak keluar. Hal yang pernah kualami kalau aku gugup. Hingga, aku berjanji nggak akan memaksa anak untuk tampil ke depan jika ia tidak mau. Toh, banyak cara untuk menilai kemampuan bicara anak kan?
Aku pun mencoba untuk memberikan ruang lebih luas bagi anak untuk bicara. Mereka bisa bicara di depan kelas, berkelompok, sendiri, atau lewat video. Aku hanya ingin mereka mulai untuk bicara. Aku yakin, setelah rasa berani untuk bicara itu muncul, communication skill-nya juga pasti akan berkembang.
Setelah berani bicara, apa lagi?
Proses belajar adalah proses sepanjang hidup. Nggak ada cara paling baik, kecuali disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran anak. Seperti kata guruku, Prof. Bambang yang bilang bahwa gurulah yang paling tahu tentang kondisi kelasnya. Jadi, guru di kelas dapat menggunakan cara mengajar apa pun asalkan anak dapat memperoleh manfaat dari proses pembelajaran itu.
So, tips apa yang aku ajarkan di kelas?
Sederhana, kok. Aku pun mencoba untuk melatih cara ini untuk meningkatkan communication skill-ku.
Tips Meningkatkan Communication Skill Anak ala Yoha
1. Membaca buku
Memiliki pengetahuan yang cukup dan infornasi yang valid tentang isu yang ada di sekitar kita adalah penting. Untuk menggapai pengetahuan dan informasi dapat diperoleh dengan membaca buku. Nggak hanya buku cetak, aku pun melatih anak-anak untuk membaca buku online atau berita online yang dapat diakses mudah lewat internet.
Dalam beberapa kesempatan, aku juga membagikan link tulisan yang sesuai dengan tema pembelajaran. Lalu, membahas isu tersebut bersama anak di kelas.
Kebiasaan membaca ini emang nggak mudah untuk dibentuk. Kecenderungan anak Gen Z akan informasi atau hiburan visual jadi tantangan tersendiri untuk menumbuhkan minat membaca.
Untuk menstimulus minat awal anak dalam membaca, kami pun merekomendasikan buku atau tulisan dengan visual menarik. Beberapa tulisan dengan versi ini dapat anak temui di medsos TikTok, YouTube, Instagram, dan medsos lain yang sejenis. Tugas guru hanya memberi contoh. Selanjutnya, anak-anak belajar untuk menyelesaikan masalah dari tugas tersebut.
2. Menonton video
Keuntungan mengajarka anak Gen-Z adalah mereka lebih technology-savvy. Dibandingkan dengan gurunya, mereka lebih akrab dengan media visual yang lebih menarik. Kabar baiknya, video pembelajaran pun dapat dengan mudah didapat oleh anak. Aku hanya mengarahkan tontonan apa yang sesuai dengan tema pembelajaran di kelas.
Seperti beberapa anak yang sudah jadi content creator di Tik Tok. Mereka lebih nyaman dan berani berekspresi di media yang membuka ruang yang luas baginya. Media ini pun dapat meningkatkan skill berkomunikasi anak di ruang publik sebenarnya.
3. Membaca Keras
Teknik sederhana ini punya banyak manfaat. Selain melatih pronunciation, anak-anak lain yang mendengar dapat membantu mengoreksi jika ada bacaan yaBelang keliru. Anak juga jadi terbiasa membaca dan membantunya lebih percaya diri.
4. Mengikuti Workshop/ Organisasi
Semua orang adalah guru dan semua tempat adalah sekolah. Kata-kata bijak inilah yang dapat membantu anak dalam meningkatkan kemampuannya dalam berkomunikasi. Anak-anak dapat bertemu dengan orang baru dan saling mengenal. Lalu, mereka dapat saling bertukar pengalaman dan cerita. Selain mendapatkan teman baru, anak juga akan memperoleh insight baru yang dapat membuka wawasan berpikirnya.
Dalam perkembangannya, anak-anak yang rajin mengikuti workshop atau kegiatan organisasi akan memiliki kemampuan berkomunikasi yang lebih baik.
Communication Skill sebagai Kebutuhan Anak untuk Bekerja
Dalam diskusi dengan guru BK (Bimbingan Konseling), BKK (Bursa Kerja Khusus), dan guru-guru, aku memahami bahwa salah satu faktor kegagalan lulusan SMK dalam memperoleh pekerjaan impiannya adalah kemampuan komunikasinya. Kalau pun sudah diterima bekerja, lulusan SMK sulit untuk mempertahankan pekerjaannya.
Aku pernah mengikuti workshop yang diadakan oleh Save the Children terkait issu ini. Mereka menyatakan bahwa lulusan SMK memiliki kelebihan di bidang hardskill, tapi softskill-nya merupakan PR besar bagi guru.
Untuk itulah, SMK merangkul beberapa mitra untuk membantu sekolah untuk meningkatkan communication skill anak. Kalau tahun ini sih, SMK BLK Bandar Lampung menggandenga GCI (Generasi Cerdas Indonesia) untuk melatih anak dalam meningkatkan softskill ini. Harapannya, lulusan SMK dapat menjadi lulusan yang memiliki kompetensi unggul dengan akhlak mulia yang mampu beradaptasi di era digital ini.
Komentar
Posting Komentar