Dewi Lestari Penulis Produktif yang Membumi
Pertama kali mengenal penulis Filosofi Kopi ini bukan dari orangnya, tapi karya-karyanya. Salah satunya ya buku ini. Buku yang jadi bahan tulisan skripsi adikku. Filosofi Kopi.
Lalu, bapak yang seorang tukang bangunan pun sempat bekerja di rumahnya yang di BSD. "Mbak Dewi orangnya ramah dan sopan," kata bapak sambil tersenyum. Ditangannya ada buku yang sudah ditandatangani oleh Dewi Lestari. Mungkin dalan obrolan sesaat mereka itulah yang menjadilan nama bapak jadi salah satu tokoh di ceritanya hehe.
Sejak itulah aku mengenalnya sebagai Dewi Lestari Penulis Produktif yang Membumi. Kesan yang kudapatkan karena beliau mau ngobrol dengan bapak yang hanya tukang di rumahnya. Apalagi melihat ekspresi bapak yang senang saat memberikan buku-buku itu pada adik. Ekspresi yang nggak terlupa di benakku.
Fisosofi Kopi: Buku Dewi Lestari yang Pertama kali Kubaca
Aku membaca buku ini, karena adikku. Saat itu ia sedang sibuk menulis untuk skripsi S-1 nya di Universitas Lampung. Kebetulan jurusan yang ia ambil adalah Ilmu Pendidikan Bahasa Indonsesia. Sedangkan aku kan jurusan Sastra Inggris. So, buku Dewi Lestari yang kubaca pertama kali adalah Filosofi Kopi.
Kesanku begitu mendalam, karena saat menulis skripsinya itu adikku pun relapse. Untungnya, skripsinya selesai dan ia pun dapat diwisuda. Karena kondisinya, saat wisuda ia harus digantikan oleh adikku yang lain. Lalu, untuk menghiburnya, kami pun foto bersama. Jadi, saat itu ada dua orang yang mengenakan toga hehe.
Anyway, buku yang bersampul coklat ini berisi beberapa cerita. Salah saunya adalah Filosofi Kopi yang sempat dijadikan film dan sempat booming. Dibintangi oleh Chicco Jerikho dan Rio Dewantho, film ini bikin orang-orang makin tertarik dengan buku ini.
Dewi Lestari sebagai Penulis Produktif
Dikenal dengan nama Dee Lestari, penulis yang lebih dulu populer sebagai penyanyi dan penulis lagu ini telah menelurkan 17 buku yang semuanya best seller. Salah satunya adalah Filosofi Kopi. Buku yang meraih anugrah karya sastra terbaik tahun 2006 oleh majalah Tempo. Buku ini juga didapuk sebagai 5 besar Khatulistiwa award kategori fiksi.
Melihat banyaknya buku yang ditulis oleh penulis berusia 45 tahun ini dan aktivitas kepenulisan yang beliau lakukan, memberi inspirasi bagi banyak orang. Sehingga, penggemarnya menyebutnya sebagai ibu Suri. Gelar buat seseorang yang punya kedudukan terhormat dalam strata bangsawan.
Meski dikenal sebagai penulis kenamaan, beliau tetap berkarya. Terbukti dari buku-buku terbarunya seperti Rapijali yang hangat dibicarakan oleh @adDEEction yang loyal. Terhitung di twitter saja, Posko Pembaca @adDEEction ini sekitar 12 ribu follower.
Nah, di medsos ini, penulis memposting aktivitasnya yang erat dengan dunia menulis, seperti: video perayaan 15 tahun Supernova. Belum lagi kegiatannya dalam bincang-bincang yang sering ia bagikan di Instagram, dan Youtube.
Dewi Lestari dalam bincang tentang grief |
Apakah ingin Bertemu dengan Dewi Lestari?
Tentu saja dong. Siapa sih yang nggak pengin ketemu dengan sosok keren ini. Selain telah menghasilkan banyak karya yang disukai masyarakat, ia juga sosok yang sangat memperhatikan lingkungan.
Aku masih ingat dengan ucapannya dalam diskusi Instagram life bareng salah satu komunitas. "Sampahmu adalah tanggungjawabmu," katanya. Kata-kata yang mengingatkan aku tentang pentingnya rasa peduli kita pada sampah yang dihasilkan di rumah kita.
Lalu, sementara ini, bagaimana cara untuk lebih dekat dengan penulis ini?
Meski belum sempat bertemu langsung, aku beruntung terlahir di zaman yang serba digital ini. Aku dapat bertemu dengan sosok inspiratif ini lewat media sosial miliknya. Aku bisa belajar bagaimana sosok ini bisa terus berkarya dalam keadaan apa pun. Termasuk saat kehilangan sosok suaminya tercinta, Reza Gunawan beberapa waktu lalu.
Inspirasi apa yang didapat dengan mengenal sosok Dewi Lestari?
Banyak. Salah satunya adalah ketegarannya menghadapi hidup. Penerimaanya akan perpisahan dengan orang terkasih sebagai bentuk rasa cintanya yang dalam. Level perasaan yang butuh proses panjang dalam hidup.
Mungkin, ketegaran inilah yang menjadikan Dewi Lestari dapat terus aktif berkarya.
Komentar
Posting Komentar