Mahalnya Beli Kacamata Akibat Membaca Sambil Tiduran

mahalnya-beli-kacamata-akibat-membaca-sambil-tiduran


Bagi kamu yang punya masalah mata, jangan khawatir.  Kamu nggak sendiri hehe. Aku pun punya masalah penglihatan, karena sering membaca sambil tiduran. Ditambah lagi dengan kebiasaanku yang sulit makan sayur dan buah. 

Hasilnya, sejak sekolah menengah aku sudah mulai mengenal kacamata. Saat itu, aku belum menyadari mahalnya beli kacamata akibat membaca sambil tiduran. Aku hanya merasa sedikit menyesal saat ibu mengeluh. Tapi, ya namanya juga anak-anak. Aku sih cepat lupa hehe.

Apakah aku kapok? Tentu tidak hehe. Aku masih bisa mengingat saat membaca komik berseri bareng saudara-saudaraku. Kami dapat menyelesaikan berpuluh komik dalam waktu sehari semalam, meski dengan cahaya lampu yang temaram. Tentunya, membacanya pun sambil rebahan wkwk. Nakal banget, ya?

Nggak heran ya kalau mataku ini bermasalah.  Akibat kebiasaan yang masih sering kulakukan. Bedanya sih, sekarang aku lebih sering membaca lewat gawai, karena lebih praktis. Aku bisa baca apa pun dan di mana pun saat mood datang.

Apalagi, sebagai seorang guru kan sering menunggu waktu pergantian jam mengajar, aku bisa buka gawai dan browsing di internet untuk baca teks. Kadang, di saat mengajar pun aku bisa iseng buka gawai dan baca novel online hehe. Kalau dipikir-pikir, guru juga kan manusia ya?. Butuh hiburan.  Ngeles hehe.


mahalnya-beli-kacamata-akibat-membaca-tiduran


Pengalaman Pertama Pakai Kaca Mata

"Wajahmu kelihatan aneh, Yo." Itu kata teman-temanku saat melihatku pertama kali menggunakan kacamata. Dan, seperti anak-anak biasa lain, aku pun langsung mencopot kacamata itu. Aku hanya menggunakan kacamata tersebut kalau mataku terasa nggak nyaman atau saat ibu sibuk nanya. "Mana kacamatamu?"

Lalu, dengan wajah memerah, aku mengambil kacamataku di kelas dan memakainya. 

Awalnya menggunakan kacamata itu emang nggak enak ya. Rasanya ada yang mengganjal di telinga dan hidung. Tapi, kupakai aja daripada dimarahi ibu hehe.

Bentuk Kacamata yang Aku Pakai

"Mbak, bagusnya pakai yang model ini," kata petugas optik. Saat itu aku sedang mencoba beberapa frame kacamata. Mencari yang sesuai dengan bentuk wajahku.

"Gimana, cocok nggak?" Adikku melihatku sambil mengangguk. Ia bilang sih model kacamatanya bagus. Asalkan bukan warna kuning. Nggak sesuai dengan warna kulitku.

Tips untuk memilih kacamata itu adalah

1. Sesuaikan dengan bentuk wajah dan warna kulit.

2. Sesuaikan dulu ukuran lensa mata. Sebaiknya, sebelum membeli kacamata kita cek mata dulu.

3. Coba dulu. Jika kurang nyaman, minta tolong petugas optik untuk memeriksa atau memperbaiki kacamata tersebut.

4. Sesuaikan dengan budget. Sebaiknya tanya dulu harganya. Biasanya sih, kita bisa memberi DP dulu. Jika menggunakan BPJS, kamu bisa dapat kacamata gratis. 

Mahalnya Beli Kacamata

Sebenarnya, aku bisa memperoleh kacamata gratis dengan BPJS. Tapi, aku malas untuk mengurusnya yang memakan waktu. Apalagi, jam mengajarku yang cukup padat. 

Nggak enak, kalau harus izin nggak masuk. Kasihan anak-anak kalau jam kosong. Nggak tega membayangkan mereka berangkat dari rumah untuk belajar, eh gurunya nggak masuk. Ya kan?

Untuk mengurus BPJS, aku harus ke rujukan faskes di Puskesmas. Lalu, antri lagi di RS rujukan yang bisa memakan waktu hingga jam 4 sore. 

Dari RS rujukan, aku akan dapat surat resep untuk dibawa ke optik. Optik biasanya tutup jam 4, jadi aku baru bisa antar resep keesokan harinya. Dan, biasanya butuh tiga hari untuk menyelesaikan kacamata. 

Sayang, BPJS hanya menanggung seharga Rp200.000 aja. Sisanya ya, kita bayar mandiri. Kalau aku kemarin sih beli mandiri seharga Rp750.000. Mahal ya? Aku harus mengambil uang tabunganku. 

Untungnya, jatah uang sertifikasi sudah cair. Nggak apa kalau memanjakan diri dengan kacamata yang agak bagus. Toh, ini kan kebutuhan sehari-hari, baik untuk bekerja atau main.

Pentingnya Kacamata Bagi Mata Rabun

Aku pernah lupa nggak bawa kacamata. Rasanya menyiksa sekali. Wajah anak-anak terlihat nggak jelas. Begitu pun hurup dan angka yang ada di buku dan pan tulis.

Sejak itu, kacamata jadi properti utama saat aku ke mana pun. Terutama ke sekolah.

Nggak mungkin kan, kalau mau mengajar trus lihat wajah anak-anak samar-samar, karena mata rabun? Nanti salah memanggil anak kan lucu. 

Emang sih sekali-kali bisa berkilah dengan bilang 'sengaja'. Tapi, kalau sering ya malu juga kan? Pasti ditertawakan siswa hehe.

Urusan mata, menurutku sih penting untuk menunjang kwalitas pekerjaan, baik menulis atau membaca. Kalau rabun kan mengganggu sekali dalam menyelesaikan pekerjaan.

Membaca Sambil Tiduran 

Kata orang tua dulu, membaca sambil tiduran itu bisa merusak mata. Itu juga sih yang dikatakan ibu saat mengajakku cek mata ke optik Paten. 

Sayangnya, aktivitas membaca sambil tiduran ini masih sulit kuhilangkan. Nyaman sih. Aku bisa membaca berjam-jam tanpa sadar. Lalu, mataku pun berair, memerah, dan kepala pusing. Tulisan di buku atau gawai pun terlihat membayang. 

Aku mengalami mata lelah atau astenopia. Karena nggak tahan, aku pun berhenti membaca sebentar.

Menurut teks Haroldoptician yang kubaca, membaca sambil rebahan itu tidak mengakibatkan kerusakan permanen pada mata. Tapi untuk berjaga-jaga, sebaiknya kita memeriksakan mata kita setiap dua tahun sekali ke optometrist. 

Lalu, kenapa kondisi mataku rabun hingga butuh kacamata?

Berbeda dengan adikku yang suka konsumsi sayuran, buah, dan ikan, aku lebih pemilih soal makanan. Itu salah satu sebab, aku harus menggunakan kacamata. 

Cara Beli Kacamata Murah 

Seorang teman pernah bercerita untuk mendapatkan kacamata gratis. Kita bisa menggunakan layanan BPJS. Biasanya, kacamata yang ditawarkan sekitar Rp200.000. 

Jika ingin dapat kacamata yang lebih baik, kamu bisa tambah uang sesuai harga kacamata tersebut. 

Kalau di Bandarlampung, kita bisa temukan beberapa optik yang memberi layanan BPJS, seperti Optik Paten Bandar Lampung.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Keseruan Kunjungan Industri Jakarta Jogja SMK BLK Bandar Lampung 2022

PERSEPOLIS COMIC REVIEW: The Story of Childhood