Cara Buang Rasa Malas
Nggak percaya? Penasaran? Okey, aku akan ceritakan tentang caraku buang rasa malas ini. Eh, bicaraku sudah seperti seorang ahli aja ya? wkwkwk. Nggak kok. Aku hanya pengin cerita apa yang pernah kulakukan aja.
Namun, sebelum aku memberitahumu gimana usahaku mengatasi rasa malas ini, kita cek dulu pengertian rasa malas versi aku dulu ya?
Pengertian Rasa Malas
Malas dapat dianggap sebagai sikap yang tidak mau atau enggan melakukan kewajiban yang seharusnya dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Alasannya bisa beragam dari burn out, tidak suka, benci, atau flat out nggak ada alasan. Ya, lagi malas aja, mungkin itulah jawaban orang-orang yang lagi malas itu wkwkwk. Mereka sering nggak punya alasan atas rasa malasnya yang muncul begitu saja.
So, ada berapa level rasa malas itu?
- Rasa malas biasa aja. Pada level ini, seseorang masih bisa mengendalikan rasa malasnya. Biasanya sikap malas seperti ini, nggak mengganggu aktivitas harian dari orang yang merasakan rasa malas level ini. Aku sih menyebutnya sebagai hal yang alami. Namanya juga manusia biasa. Ya kan?
- Rasa malas level sedang. Pada level ini, seseorang mulai merasa terganggu aktivitasnya. Biasanya sih, ia masih akan melakukan aktivitas wajib yang rutin dilaksanakan, meskipun dilakukan dengan setengah hati.
- Rasa malas level akut. Untuk level malas akut ini, seseorang sudah membutuhkan lebih dari sekedar nasihat dan peringatan. Mungkin, ia butuh dengan tempat baru dan suasana baru untuk mengubah rasa malas dengan sikap yang lebih positif.
Lalu, apakah rasa malas itu penyakit atau ada penyebabnya? Ah, kalau kuperhatikan sekitarku, penyebab rasa malas itu dapat datang dari diri sendiri dan luar diri sendiri.
Nah, penyebab dari luar diri kita itu ada yang dari keluarga dan lingkungan sekitar, misalnya:
- Pengaruh keluarga. Biasanya, kita melihat role model dari orang terdekat, seperti ayah, ibu, kakak, paman, bibi, dan lain-lain. Jika keluarga memiliki kebiasaan rajin membaca, maka anak-anak akan mengikuti contoh tersebut. Begitu pun sebaliknya. Jika keluarga malas membaca atau malas bangun pagi, maka anak-anak akan ikut mencontoh kebiasaan tersebut.
- Pengaruh lingkungan. Saat anak-anak telah mengenal lingkungan di luar rumah, maka lingkungan kerja dan bermain pun ikut mempengaruhi dalam bersikap. Saat teman-teman anak kita malas belajar, maka ia pun akan terbawa suasana dan ikut malas juga. Begitupun saat lingkungannya rajin dan suka belajar, maka seseorang dapat terpengaruh dan mengikuti langkah teman-temannya tersebut.
Memang, untuk anak-anak yang usianya masih di bawah 10 tahun, pengaruh rasa malas dari luar rumah belum sekompleks saat anak-anak yang usianya di atas 10 tahun. Anak-anak di usia ini, menurutku, masih menjadikan orang tua sebagai role model utama.
So, itulah yang menjadikan tugas orang tua itu berat. Sebagai orang tua, kita harus memberikan contoh terbaik buat anak-anak. Untuk itulah, menurutku, kita perlu mengenali penyebab rasa malas yang datang dari diri sendiri. Lalu, mencari cara untuk buang rasa malas tersebut.
Penyebab rasa malas dari diri sendiri
- Kurang percaya diri karena nggak merasa cukup pintar atau mampu untuk melakukan aktivitas tertentu. Contohnya adalah seorang anak yang malas belajar di kelas, karena ia merasa nggak bisa menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
- Kurang disiplin karena enggan untuk melakukan aktivitas tersebut. Biasanya sikap ini muncul karena pembiaran orang tua, guru, atau orang sekitarnya. Toh, pekerjaan itu selesai juga, meskipun dikerjakan oleh orang lain atau diselesaikan tak tepat waktu.
- Kurang percaya dengan orang sekitar. Biasanya rasa malas ini terjadi, karena seseorang enggan melakukan aktivitas dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Bisa jadi, lingkungan sekolah atau kerja yang kurang kondusif.
- Kurang motivasi. Menurutku, kurang motivasi adalah penyebab rasa malas yang umum aku temui di kelas. 'Buat apa rajin, toh sama aja." Kata-kata inilah yang sering muncul di bibir anak-anak saat ditanya alasan nggak menyelesaikan tugas. Mungkin, alasan inilah yang umum dikatakan pekerja atau pegawai. "Buat apa rajin-rajin, toh nggak naik gaji juga!" wkwkwk. Aku hanya bisa tersenyum pahit mendengarnya wkwkwk.
Menyadari rasa malas pada diriku
Setelah memahami penyebab rasa malas ini, apakah aku harus membiarkan rasa ini menguasai diriku dan menjadikannya sebagai sifat? Ah, kok rasanya nggak asyik ya? Sudah tahu nggak baik, kenapa dibiarkan saja?
Meskipun kenyataannya aku pun masih sering berjibaku melawan rasa malas ini, aku pikir, aku nggak mau malas menjadi sifatku. Nggak keren kan kalau namaku ada embel-embel malas di belakangnya? wkwkwk.
Cara buang rasa malas
So, bagaimana cara buang rasa malas itu? Ya, yang termudah adalah mengadopsi rasa rajin wkwkwk. Tapi, aku tahu, itu nggak semudah membalik telapak tangan. Kita perlu proses yang lama untuk mengubah diri untuk jadi seseorang yang dapat membuang rasa malas. Rasa negatif yang mengganggu produktivitas kerja.
Caranya adalah
- Mengenali dan menyadari rasa malas dalam diri. Sebelum membuang sesuatu, aku pikir, kita harus tahu kalau hal tersebut tidak baik atau tidak bermanfaat. Seperti membuang sampah yang nggak berguna dalam tubuh. Kita nggak akan memungutnya dan memasukkannya ke dalam tubuh kita lagi kan?
- Mengubah cara pandang terhadap diri sendiri. Cara pikir yang positif terhadap diri sendiri akan membuat hidup kita lebih bersemangat. Kalau berpikir negatif, bagaimana kita bisa melihat diri di cermin? Apalagi untuk berbuat sesuatu. Ya kan? Mungkin, ini seperti seseorang yang ditolak pacar. Ia akan sedih berkelanjutan, hingga ia menyadari bahwa masih banyak orang lain yang lebih baik di dunia ini.
- Membuat target baru saat target sebelumnya gagal atau sudah sukses dilaksanakan. Pernah dengar dengan seseorang yang sudah pensiun, tapi mulai bisnis baru dan belajar dari nol lagi? Orang itu terlihat lebih bersemangat dan muda, karena belajar hal baru yang belum pernah ia ketahui sebelumnya.
- Mendekati teman-teman dengan vibe positif. Kenapa? Karena saat ada pertikaian atau permusuhan di sekitar kita, itu akan mempengaruhi suasana yang jadi nggak nyaman. Bukankah energi itu menular? Begitupun hal yang baik. So, menurutku, sangatlah penting untuk menjaga pertemanan agar selalu baik dan menyenangkan.
- Melakukan kegiatan positif di waktu luang. Seseorang bisa melakukan hobi yang menyenangkan, seperti jalan-jalan di taman, membaca, atau sekedar duduk di belakang rumah sambil menikmati secangkir kopi hangat. Wah, membayangkannya aja sudah senang hehehe.
Tantangan Buang Rasa Malas
Emang sih, rasa malas itu hal yang alami. Kita mungkin pernah mengalaminya dalam hidup ini. Tugas kita sih, hanya mengendalikan rasa malas agar nggak mengganggu aktivitas sehari-hari.
Untuk itulah, kita perlu mengetahui tantangan buang rasa malas.
- Kurangnya apresiasi dari orang sekitar. Aku sih mengatasinya dengan memberi apresiasi pada diri sendiri. Sederhananya sih, aku memuji diri sendiri hehe.
- Rendahnya vibe positif dari diri sendiri. Biasanya rasa ini muncul saat kita nggak puas dengan pencapaian kerja atau hasil usaha kita. Cara mengatasinya adalah dengan berusaha yang terbaik.
Reward Buang Rasa Malas
Kalau guru, reward dari tiap usahanya adalah dapat mengantarkan siswa lulus dan bekerja sesuai keahliannya. Apalagi kalau anak tersebut dapat membuka peluang usaha dan pekerjaan bagi orang di sekitarnya.
Aku sering bertemu dengan alumni di tempat nggak terduga. Seperti di restorant atau di jalan. Bahkan anak tersebut ada yang dulunya dianggap bermasalah. Tapi, sekarang ia sudah bekerja dan bisa membantu keluarganya. Duh, bangga rasanya.
Komentar
Posting Komentar