Review Buku The Lion Hunter Karya Elizabeth E. Wein
Judul Buku : The Lion Hunter
Penulis. : Elizabeth E. Wein
Tebal buku : 223 halaman
Genre. : Fiksi sejarah
Penulis. : Elizabeth E. Wein
Tebal buku : 223 halaman
Genre. : Fiksi sejarah
Penerbit. : New York Viking
Buku The Lion Hunter ini merupakan lanjutan dari buku The Sunbird. Mengisahkan tentang seorang pemuda cilik yang berani. Telemakos. Cucu dari Artos King of Britain dan Kaisar Aksum.
Di usianya yang baru menginjak 11 tahun, ia telah merasakan penderitaan tak terkira. Dan, tragedi itu pun terus berlanjut saat ia harus pergi ke Abreha bersama Athena, adiknya.
Petualangan berbahaya ini mungkin melebihi dari kesulitan yang pernah ia alami di Afar. Gurun Garam yang jadi saksi bisu penderitaan Telemakos.
Nah, penasaran dengan kisah petualangan putra dari Prince Meder ini? Yuk, kita baca bareng.
Sinopsis The Lion Hunter
Telemakos nggak kuat mendengar suara jeritan kesakitan ibunya. Ya, Turunesh sedang dalam proses melahirkan adik perempuannya.
Untuk itulah, Telemakos menghabiskan waktu bersama dua sahabatnya. Solomon dan Sheba.
Singa milik Kaisar Gebre Meskal yang ia temukan 6 tahun lalu. Tentu saja, nggak ada yang lebih dekat dengan mereka dibandingkan dirinya dan Nezana, penjaga singa kerajaan.
Namun, entah kenapa, hari itu pun Solomon dan Sebha terlihat gelisah. Beberapa Kali terlihat Solomon mondar-mandir di kandangnya. Dan Telemakos pun berulangkali menghiburnya.
Meski menyadari bahwa Solomon adalah hewan buas, Telemakos selalu menganggapnya hewan yang jinak.
Ia tahu bahwa tindakan yang Solomon lakukan adalah reaksi insting yang alami. Hingga Telemakos mengerti untuk tidak bergerak tiba-tiba dan membangkitkan reaksi alami Solomon.
Sayangnya, saat Medraut, ayahnya dan Nezana memanggilnya dan menyampaikan berita bahagia kelahiran adiknya,
Telemakos lupa. Ia bergerak tiba-tiba. Dan, Solomon pun menerkamnya. Singa yang terlihat jinak itu mencabik tubuh kurus Telemakos. Nezana dan Medraut menjerit histeris.
Dengan susah payah, Nezana berusaha mengusir Solomon dan Sheba. Medraut dengan panik menarik tubuh berlumur darah Telemakos ke pinggir kandang. Dengan penuh air mata ia meminta Nezana memanggil dokter kerajaan.
Dalam kesakitan tak terkira, Telemakos hanya bisa menatap langit. Sementara Medraut dan Amosi, dokter kerajaan dengan cermat dan cepat menjahit luka Telemakos.
Selama beberapa hari Telemakos mengalami demam. Dalam tidurnya, ia sering menjerit karena minpi buruk.
Kondisi Telemakos yang memburuk menjadikan Medraut merasa bersalah. Hingga ia nggak pernah mau melihat bayi perempuannya yang baru lahir.
Setelah mengalami infeksi dan demam berhari-hari, Telemakos pun harus menjalani operasi ulang seperti saat pertama kecelakaan terjadi. Hingga, hampir nggak ada lagi yang tersisa dari bahu dan lengan kirinya.
Di tengah kesadarannya, Telemakos memutuskan untuk merelakan bahu kirinya. Keputusan yang sejak awal ditentang Medraut.
Hingga Telemakos mengatakan pada Goewin, "jika ayahnya tidak bisa, minta Amosi untuk melakukannya."
Tragedi yang menimpa Telemakos ini nggak hanya berimbas pada dirinya sendiri, tapi pada adik perempuannya.
Meski sudah berbulan-bulan, ia belum diberi nama. Bahkan, ibunya sering membiarkan bayi bermata abu-abu ini menangis. Hingga, Telemakos pun berusaha untuk menggendong adiknya tersebut.
Sejak itulah, keduanya hampir tak terpisahkan. Telemakos pun memberi nama adiknya Athena. Seperti nama seorang Dewi bermata abu-abu dalam Odyssey.
Meskipun Telemakos kini nggak seperti dulu lagi, pemuda pemberani ini nggak pernah menyerah dengan keadaan. Bersama adiknya, ia pun menempuh petualangan berbahaya di negeri musuh.
Akankah keduanya selamat dari bahaya? Dan mampukah Telemakos melewati tantangan baru ini sekaligus melindungi adiknya yang masih kecil?
Kelebihan Buku
Membaca novel petualangan Telemakos ini akan membawa kita menjelajah jauh ke negeri Ethiopia di abad 16 di mana perbudakan masih jadi praktik lazim. Karena itu, kita nggak akan menemukan kisah yang biasa-biasa saja.
Dalam buku lanjutan dari The Sunbird ini, kita akan menemukan tokoh-tokoh yang sama seperti: Medraut, Turunesh, Nezana, Gebre Meskal, dan lain-lain.
Perbedaannya adalah dalam kisah ini Telemakos tidak melakukan petualangan seorang diri, tapi bersama Athena. Dan, yang menjadikan kisah ini lebih menakjubkan adalah kondisi Telemakos yang kini berbeda akibat kecelakaannya bersama Solomon. Singa peliharaan dari kaisar Aksumite, Gebre Meskal.
Belum lagi konflik keluarga Telemakos akibat rasa bersalah yang menyelimuti Medraut dan Turunesh. Mereka menyalahkan kelahiran Athena sebagai penyebab musibah yang menimpa Telemakos. Bahkan, akibat musibah itu, Medraut dan Turunesh enggan mengurus dan memberi nama bayi mungil bermata abu-abu itu.
Ketidakpedulian kedua orang tua bayi itu menjadikan Goewin sibuk. Sementara Turunesh hanya tidur dan membiarkan bayinya, Medraut sibuk merawat luka-luka Telemakos selama berbulan-bulan.
Untunglah, keputusan Telemakos untuk merelakan tangan kirinya yang rusak adalah benar. Hingga, setelah berbulan-bulan berada dalam keadaan hidup dan mati, Telemakos pun perlahan-lahan sehat kembali.
Ah, membaca tentang keteguhan hati Telemakos dan kegigihannya untuk belajar hidup mandiri dengan kondisi tubuhnya yang baru membuatku terharu.
Apalagi, saat ia berusaha untuk menggendong adiknya dan mengajaknya bermain untuk pertama kalinya. Dan, usahanya untuk memancing ikan dan membawanya pulang. Duh, Goewin saja terkagum-kagum, lho!
Anyway, membaca buku ini nggak sekadar belajar tentang sejarah Aksumite, tapi juga tentang arti persaudaraan, kesetiaan, cinta, harga diri, dan keluarga. Value yang harus ditanamkan sejak dini.
Komentar
Posting Komentar