Apakah Self-Esteem Syarat Hidup Bahagia?
Semua orang pasti ingin hidup tenang dan bahagia. Sayangnya, sebagian orang berpikir bahwa uang, ketenaran, ketampanan/ kecantikan, dan jabatan sebagai penentu kebahagiaan.
Padahal hal tersebut adalah superficial. Palsu.
Baca juga: Review Buku The Lion Hunter
Berbeda dengan self-esteem, value yang asalnya dari persepsi kita memandang diri sendiri. Dengan self-esteem yang baik, seseorang dapat hidup dengan damai dan bahagia meskipun dalam kesederhanaan.
Lalu, apakah self-esteem syarat hidup bahagia?
Okey, sebelum kita bahas isu ini, mari kita cek pengertian self-esteem dulu, ya.
Pengertian Self-esteem
Self-esteem atau yang biasa kita sebut sebagai harga diri merupakan konsep seseorang terhadap dirinya, seberapa besar ia menghargai diri sendiri terlepas dengan kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya.
Seseorang yang memiliki rasa self-esteem yang baik akan mampu menerima kelebihan dan kekurangan yang ia miliki. Lalu, berusaha mengembangkan diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Biasanya, ia mampu menerima keadaan dirinya sebagaimana adanya. Dan tidak fokus dengan kekurangan yang dimiliki, karena ia sadar bahwa tidak ada orang yang sempurna.
Bagaimana seseorang mengenal self-esteem?
Alaminya, seseorang mengenal self-esteem melalui tindakan yang dilakukan dan harta yang dimilikinya berdasarkan apa yang diajarkan oleh orang-orang terdahulu atau keluarga. Sebagai contoh, dalam adat Lampung, aku mengenal piil pesenggiri sebagai prinsip hidup yang masih dipegang teguh oleh masyarakat Lampung.
Pilosofi masyarakat inilah yang mungkin memengaruhi seseorang memandang dirinya baik sebagai seorang pribadi maupun sebagai anggota masyarakat. Sebagaimana masyarakat modern menganggap ketenaran, usia muda, dan harta sebagai self-esteem. Dan seseorang akan menganggap dirinya memiliki self-esteem tinggi saat telah meraih hal-hal tersebut.
Begitu pun orang Lampung yang telah menjaga piil pesenggiri dengan baik, maka ia akan merasakan dirinya berharga dan terhormat di mata masyarakat.
Cara membangun self-esteem
Sebelum kita membangun self-esteem, kita harus melalui proses self-acepting. Penerimaan diri. Proses menerima keadaan diri secara keseluruhan baik sisi negatif dan positif diri dan bahagia dengannya.
Cara untuk menerima diri adalah dengan melepaskan pemikiran negatif yang ada pada diri, mengevaluai ulang perasaan bersalah dan kritik yang nggak sesuai, mencari tahu apa yang nggak kita suka pada diri, dan mulai menyembuhkan diri dengan menerima ketidaksempurnaan diri dan kekurangan, mulai menghargai kelebihan dan hal positif yang ada pada diri sendiri.
Lalu, apa sih yang paling penting dalam proses ini?
1. mengatasi rasa takut. Dalam hidup ini kita menjumpai banyak tantangan, hingga kita sering hidup dalam rasa takut dan khawatir. Takut tak pantas. Takut tak cukup baik. Dan, rasa takut yang lain. Hingga, kita hidup dalam kecemasan dan rasa tak yakin dan percaya pada diri sendiri. Suatu emosi yang bikin self-esteem rendah.
Gimana mengatasinya? Kita harus memberikan afirmasi pada diri kita bahwa nggak ada orang yang sempurna. Semua orang memiliki keunikan dan keistimewaannya masing-masing. Lalu, kita bisa belajar dari kesalahan dan kekurangan tersebut dengan tmemperbaiki diri agar kesalahan yang sama tidak terjadi lagi.
2. Jangan menjadi orang yang perfectionist, karena berbuat salah adalah alami. Sebagai seorang manusia, kita hanya bisa melakukan hal yang terbaik. Namun, banyak hal di dunia ini yang tidak bisa kitae kendalikan. Jadi, kita harus menerima bahwa tak ada yang sempurna di dunia ini.
Sebaliknya, jika kita memaksakan diri untuk jadi seorang perfectionist dengan mengukur diri sendiri sebagai seorang yang sempurna, maka kita akan merasa self-esteem kita rendah. Kenapa? Karena saat kita gagal mendapatkan sesuatu atau seseorang sesuai dengan standar kita, maka kita akan merasa gagal, tidak percaya diri, dan nggak berharga.
Sebagai contoh, seorang istri yang menginginkan suami sempurna dengan standar dan image yang tertanam di pikirannya. Lalu, ia menyadari bahwa suaminya tidaklah seperti yang ia inginkan. Ia pun kecewa dan menyalahkan dirinya. Ia pun bisa saja menganggap bahwa dirinya nggak cukup baik, hingga bisa mendapatkan suami yang nggak sesempurna harapannya. Ia lupa bahwa dirinya pun tidaklah sempurna. Tak ada orang yang sempurna.
3. Nggak ada penolakan saat kita merasa percaya diri. Aku masih ingat dengan seorang temanku yang memiliki keterbatasan fisik. Namun, ia terlihat percaya diri dan mampu bersosialisasi dengan baik bersama teman-temannya. Bahkan ia mampu menorehkan prestasi di bidang akademik.
Aku dapat melihat bahwa temanku itu sudah merasa nyaman dengan keadaannya. Ia juga menyadari dan bersyukur pada Tuhan dengan nikmat yang telah diberikan padanya.
5. Ubah pola pikirmu tentang apa yang kamu percaya. Terkadang stigma tentang sesuatu hal telah tertanam di benak masyarakat kita. Dan, hal itu mempengaruhi diri kita. Sebut saja, tentang stigma seorang janda sebagai penggoda suami orang. Stigma negatif yang mengakibatkan prejudice berkembang di sekitar kita. Padahal, stigma itu nggak benar. Bukankah semua orang itu punya potensi untuk berbuat baik dan buruk?
6. Kamu bukanlah image yang kamu buat. Image yang kita buat terhadap diri kita pun sering tidak adil. Sebut saja ucapan pada diri bahwa kita bodoh hanya karena kita gagal atas satu pekerjaan. Padahal gagal kan adalah proses belajar. Gagal bukan tanda bahwa seseorang itu bodoh atau nggak berbakat.
Aku percaya bahwa semua orang punya potensi istimewa. Selama orang tersebut tekun berusaha, ia akan menemukan cara untuk berhasil. Yang pasti sih, standar sukses dan berhasil tidaklah sama antara satu orang dengan yang lain, karena alat ukur yang digunakan pun harus disesuaikan dengan kondisi seseorang dan tujuan usaha itu dilakukan.
7. Buat panduan self-accepting. Untuk melatih diri, kita bisa menulis daftar tentang kekurangan yang kita miliki. Lalu, memikirkan cara untuk memperbaikinya. Setelah itu, kita pun menulis daftar kelebihan dan potensi istimewa yang kita punya. Lalu, menulis upaya yang kita akan lakukan untuk mengembangkan potensi tersebut.
8. Kembangkan potensi positif yang kamu miliki. Kita harus fokus pada hal positif yang kita punya. Seperti aku yang suka baca buku, maka aku akan membaca buku dan mencoba mereview buku yang telah kubaca. Dengan menulis review buku, aku dapat mengembangkan pola pikirku sekaligus berbagi dengan orang lain tentang buku tersebut.
9. Mengubah diri harus berasal dari keinginan diri sendiri. Kalau kata Harari sih, apa pun yang kita rasakan itu real. Jadi, keinginan diri pun haruslah genuine. Harus datang dari diri sendiri. Karena perubahan nggak akan terjadi dengan sempurna, saat kita lakukan setengah hati. Ya kan?
Apakah Self-esteem syarat hidup bahagia?
Saat seseorang telah memiliki self-esteem yang baik, paling tidak ia dapat hidup dengan dirinya sendiri. Ia dapat menerima keadaan dirinya dengan bahagia apa pun kondisinya saat ini.
Kesadaran inilah yang membawanya pada kondisi tenang dan bahagia. Orang yang sudah dalam kondisi ini dapat menghadapi apa pun masalah yang menimpanya. Resilience. Ia pun dapat menerima dengan baik apa pun kritik dan hal negatif yang datang dari diri dan orang lain. Lalu, memberi respon positif dengan mengembangkan potensi positif yang ia miliki.
Seseorang yang memiliki sense of self-esteem juga mampu memahami tujuan hidupnya dengan baik. Dan tujuan hidup itulah yang menjadikan seseorang itu merasa dirinya berharga dan bahagia, karena dirinya memberi nilai lebih bagi diri dan orang orang di sekitarnya.
Seperti seorang guru yang rela bekerja di pedalaman dengan kondisi yang terbatas dan kekurangan. Namun, guru tersebut merasa hidupnya berguna dan merasa bahagia dengan pilihan hidupnya.
Cara membangun Self-esteem
Seperti halnya hal lain, proses membangun self-esteem memerlukan waktu. Bukan proses instan yang tanpa komitmen. Namun, usaha untuk itu bisa dilakukan oleh siapa saja. Yakin aja, kamu bisa!
1. Jangan membandingkan diri dengan orang lain. Okey, istilah rumput tetangga terlihat lebih hijau itu bukanlah hal yang baru. Tapi, yakin aja, baju yang kita pakai hari ini adalah yang paling baik di tubuhmu. Begitu pun dengan dirimu. Kamu adalah orang yang paling sempurna dengan ketidaksempurnaanmu. Yakinlah bahwa kamu pantas untuk dicintai dan pantas untuk mencintai. Kamu juga pantas untuk bahagia.
2. Focus pada kelebihan. Nggak ada orang yang sempurna. Dan, membandingkan diri dengan orang lain itu amat melelahkan. So, fokus aja pada kelebihan yang kamu miliki. Seperti seorang Putri yang fokus dengan skill menyanyinya, hingga ia pun bisa meraih kesuksesan di ajang bergengsi dunia.
3. Menerima dan menyayangi diri sendiri. Terkadang kita melakukan kesalahan dan menyesalinya. Lalu, kita terlalu keras pada diri dan berlarut-larut dalam penyesalam dan self-pity. Tindakan yang kurang bijaksana, karena berbuat salah adalah hal wajar bagi manusia. Kita hanya perlu belajar memperbaikinya dan move on.
Kenapa? Karena proses menerima kesalahan tersebut adalah cara kita menyayangi diri. Toh, kita pun nggak bisa mengulang masa lalu. Ya kan? Proses menerima dan menyayangi diri sendiri ini pun adalah proses panjang penerimaan diri kita sebagai seorang manusia biasa.
Tujuan Membangun Self Esteem
1. Merasa lebih baik terhadap diri sendiri. Dengan self-esteem, kita bisa merasa nyaman dengan diri kita. Mungkin seperti seorang petani yang bisa tertawa lepas setiap hari, karena ia bahagia dengan dirinya dan usaha yang ia lakukan demi keluarganya.
2. Berhenti meragukan diri. Karena sudah dapat menerima keadaan diri, seseorang dapat melihat dan mencari tahu apa yang bisa dan dapat ia lakukan dengan baik. Saat gagal, ia akan terus mencoba karena ia percaya bahwa ia pasti bisa.
3. Meningkatkan kesehatan. Rasa nyaman dan tenang akan membuat kualitas hidup seseorang lebih baik. Ia akan lebih sehat dan bahagia.
4. Melepaskan kecemasan dan depresi. Karena telah menerima keadaan dan nyaman dengan dirinya, anxiety dan depresi pun akan hilang.
5. Membangun hubungan yang erat dan positif. Seseotang dengan self-esteem yang baik akan telihat percaya diri dan dapat percaya dengan orang lain, maka kehidupan pribadi dan sosialnya pun akan makin baik.
6. Berhenti menyalahkan diri atas kesalahan kecil. Rasa penerimaan diri yang baik akan menghasilkan rasa optimis. Ini akan menimbulkan seseorang lebih easy-going dan dapat merespon kesalahan dengan sikap positif. Menerima kritik dengan elegant dan memperbaikinya dengan baik.
7. Bahagia.
Semua orang pantas Bahagia
Aku percaya bahwa self-esteem yang aku rasakan hari ini pun adalah hasil proses panjang yang nggak akan pernah usai selama hidupku. Hingga, aku menyadari bahwa di dunia ini masih banyak orang yang berjuang untuk keluar dari rasa low self-esteem dengan beragam problematikanya.
So, Jika kamu masih berjuang melawan rasa low self-esteem, kamu nggak sendiri. Aku pun kadang merasakannya. Lingkungan kerja yang toxic, masalah keluarga, dan banyak hal yang sering terjadi di sekitar kita sering memperburuk masalah ini. Namun, sekali lagi, yakinlah kamu nggak sendiri.
Kamu bisa bicara dan meminta bantuan dengan ahlinya. Insha Allah semua ada solusinya.
Dan, satu hal lagi, semua orang pantas bahagia. Termasuk kamu.
Komentar
Posting Komentar