Privilege sebagai Guru SMK dan Tanggung Jawabnya
"Terima kasih, bu. Alhamdulillah, sekarang Kelvin sudah rajin sekolah. Berangkatnya selalu pagi." Begitulah curhat seorang wali murid padaku pagi itu. Rasanya senang dapat apresiasi ini. Privilege sebagai guru yang mungkin nggak didapatkan oleh profesi lain.
Aku bisa ngobrol dengan wali murid dan anak-anaknya tentang proses pembelajaran sejak anak awal masuk sekolah hingga lulus nanti.
Aku masih ingat saat pertama kali mengajar di SMK tahun 2009 lalu. Aku mendapat amanah kelas TKR yang dikenal sebagai kumpulan anak-anak 'b*ndel' dan sulit diatur. Jangan lupa dengan stigma anak SMK yang dianggap suka tawuran dan berantem.
Dan biasanya stigma ini melekat pada anak teknik otomotif. Untungnya sih, aku saat itu nggak 'ngeh' aja. Maklumlah, meskipun aku lulusan SMK tapi bukan SMK teknik. Jadi ya nggak paham wkwkwk.
Awal-awal sih sering kaget kok kelasnya sering kosong, karena anak-anak lebih sering nongkrong di bengkel. Tapi, sekarang sih sudah biasa wkwk. Aku biasanya minta guru bengkel untuk menggiring anak-anak ke kelas.
Jadi, kamu jangan heran kalau mengajar di kelas setelah pelajaran praktik di bengkel, duh, harus ekstra sabar. Anak-anak mungkin sudah lelah dan lapar. So, ya gitu deh wkwk.
Apa sih Privilege itu?
Dari pengertian tradisionalnya, privilege adalah keistimewaan atau keuntungan yang diperoleh seseorang tanpa kerja keras, karena beberapa perbedaan aspek dalam hidupnya, seperti usia, warna kulit, pekerjaan, latar belakang pendidikan, gender, sesio-ekonomi, dan lain-lain.
Contoh sederhana yang dapat terlihat sehari-hari adalah privilege secara sosio-ekonomi di mana seseorang dengan latar belakang sosio-ekonomi yang baik, memiliki privilege untuk meraih pelayanan kesehatan, kecantikan, pendidikan, dan lain-lain dengan lebih mudah dibandingkan orang lain dengan latar sosio-ekonomi yang lebih rendah.
Sedangkan bagi seseorang dengan status sosio-ekonomi yang lebih rendah akan memiliki privilege untuk menerima bantuan subsidi listrik, bbm, rumah, dan lain-lain. Privilege ini diberikan agar kehidupan masyarakat lebih baik. Paling tidak, kebutuhan dasar sebagai warga negara terpenuhi hingga terciptalah masyarakat sejahtera.
Bisa dibilang, setiap orang memiliki privilege yang dapat memberinya kekuatan dan kesempatan untuk bekerja dan berkarya untuk kelangsungan hidupnya sebagai seorang manusia. Hingga, pada akhirnya orang tersebut dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat dan negaranya.
Dan, karena aku seorang guru SMK, maka aku akan bercerita tentang privilege yang selama ini aku rasakan.
Privilege sebagai guru SMK dan tanggung jawabnya
Yups, aku akan bilang kalau jadi guru SMK itu asyik! Kami memiliki pengalaman dan tanggung jawab yang menantang dibandingkan guru lain.
Pertama, guru SMK mengajarnya lebih santai. Nggak perlu terlalu banyak menjelaskan. Ajak ke bengkel, praktik bareng. Dan mereka pun sibuk belajar.
Kedua, guru SMK punya jaringan pertemanan luas. Dari polisi, universitas, dan dunia industri, wali murid, dan masyarakat sekitar adalah mitra guru. Aku aja kenal dengan beberapa mitra industri, karena pengantaran PKL. Kami juga mengenal polisi, babinkamtibmas, dan warga sekitar, karena kejadian tawuran kemarin.
Meski kurang mengenakkan, kejadian itu menyadarkanku bahwa tanggung jawab guru untuk mendidik anak akan sukses dengan dukungan semua pihak.
Ketiga, tanggung jawab guru SMK itu berlanjut hingga anak diterima bekerja di perusahaan, wiraswasta (self employed), atau kuliah. Itulah alasan guru SMK biasanya punya hubungan yang cukup dekat dengan anak-anaknya. Contohnya aja, beberapa teman yang lulusan SMK masih sering berkunjung ke rumah gurunya, meskipun sudah puluhan tahun lulus. Mungkin itu sebabnya, sebagian besar teman-temanku bahkan tahu siapa nama pacar terbaru anak didiknya. wkwk
Kenapa?
Karena guru SMK yang merangkap jabatan sebagai wali kelas sepertiku, biasanya bertanggung jawab untuk membantu pendataan lulusan hingga 3 tahun berikutnya. Jadi, seandainya aku wali kelas XII TKJ 1 yang lulus di tahun 2025, maka aku bisa melakukan tracer study dari 2025 hingga 2028.
Menurut teman-teman wali kelas, saat anak-anak di kelasnya nggak bisa dihubungi, mereka bisa mengisi data kelasnya dengan menghubungi satu anak saja. Yah, biasanya satu atau dua anak terpercaya dapat membantu wali kelas untuk mengisi data teman-teman sekelasnya.
Oya ini contoh link tracer study untuk lulusan 2023.
https://tracervokasi.kemdikbud.go.id/
Data yang biasanya diperlukan adalah data pribadi lulusan, seperti: nama, tempat/ tanggal lahir, nik, nisn, alamat, pekerjaan sekarang (jika bekerja berikut penghasilan dan nama perusahaan, mulai bekerja, alamat perusahaan), kuliah (jika kuliah berikut nama universitas, jurusan, mulai kuliah, alamat universitas)
Data lulusan ini diinput oleh BKK SMK PK yang berada dalam naungan kemendikbud. Tujuannya adalah untuk menentukan kebijakan vokasi selanjutnya.
Wuih, tanggung jawab yang nggak ringan ya? Kalau melihat siklusnya sih, emang cukup kompleks dan panjang. Proses yang nggak bisa dianggap sukses dengan melihat hasil raport, karena ada beberapa aspek penilaian anak yang mungkin nggak terbaca oleh raport. Dan, gurulah yang paling tahu peserta didiknya.
Privilege yang bisa memotivasi anak untuk maju, jika gurunya mengerti potensi anak tersebut. Jika tidak, potensi tersebut akan tenggelam dan nggak tergali, hingga anak itu bertemu guru yang tepat.
Sebut aja Putri Ariani yang terkenal berkat bakat menyanyinya. Sebagai peserta didik di SMKN 2 Kasihan jurusan musik, Putri menjadi salah satu bukti bahwa guru SMK itu hebat.
Atau kamu juga bisa cek Rizkisyah jebolan MasterChef Indonesia yang sukses mengalahkan lulusan luar negeri. Keren kan?
Dari pengalaman hampir dua dekade mengajar di SMK, kita nggak bisa menjamin anak yang terlihat gemilang nilai akademisnya, akan cemerlang juga karir pekerjaannya. Aku sering bertemu lulusan yang di sekolah terlihat biasa aja, tapi sukses bisnis atau karir pekerjaannya.
Bahkan nggak menutup kemungkinan, anak yang dulunya bandel, saat lulus jadi pengusaha sukses. Emang kalau yang terlihat bandel itu, kecil kemungkinan jadi pegawai kantoran ya? Mungkin ini karena sisi kreatifnya yang dominan, hingga dulu saat sekolah belum tersalurkan secara maksimal. Dan, alhamdulillah, saat bekerja, mereka sudah menemukan dirinya.
Serunya lagi, SMK teknik biasanya didominasi oleh anak-anak laki-laki yang secara psychology akan dewasa secara pemikiran di saat berumur 18 tahun. Artinya, guru SMK harus ekstra sabar menghadapi peserta didiknya. Privilege yang pastinya wajib dimiliki oleh guru. Ya kan?
Bangga jadi Guru SMK
Dalam beberapa pelatihan yang kami ikuti, karena kami guru SMK PK, aku makin bangga sebagai guru SMK. Selain privilege dapat bertemu dengan orang-orang hebat seperti guru-guru inspiratif nasional atau kepala sekolah inspiratif nasional yang menjadi mentor kami, kami juga belajar bahwa update diri itu dapat dilakukan siapa pun asalkan kami mau dan konsisten. Kesempatan yang mungkin nggak didapatkan oleh guru sekolah lain.
So, aku menyadari bahwa dalam privilege sebagai seorang guru SMK ada tanggung jawab dunia akhirat yang kami emban. Seperti yang dikatakan oleh mentor dari Save the Children yang pernah mengisi acara di sekolah. "JIka guru gagal, maka gagallah satu generasi ini. Dan jika guru sukses, maka makmurlah negeri ini." Semoga doa terbaik bagi cita-cita para guru terkabul. Aamin.
Komentar
Posting Komentar