"Ayo, siapa yang mau maju?" ajak seorang mentor yang berdiri dengan senyumnya yang paling ramah di pelatihan guru pagi itu. Tapi, nggak ada satu pun bapak atau ibu guru yang mau maju ke depan. Semuanya menggeleng sambil tersenyum malu-malu. Termasuk aku wkwkwk.
Karena itu aku pun ingin mengajakmu, yuk, ketahui cara mudah mengatasi FOPO.
Oya, aku yakin, sama sepertiku, guru-guru itu pun merasa takut atas pendapat orang lain. Kondisi yang disebut oleh Michael Gervais, PhD sebagai FOPO atau fear of people's opinion. Kondisi yang sebenarnya bisa dialami siapa pun. FOPO dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk meraih potensi terbaiknya, jika tidak diatasi dengan baik.
Kenapa bisa begitu?
Menurut Gervais sih, manusia sebagai mahluk sosial pasti menginginkan pengakuan dari orang lain dan menjadi bagian dari masyarakat.
Nah, dalam prosesnya, sayangnya, pendapat orang lain pun jadi lebih penting dibandingkan diri kita. Kita sering memilih cara aman untuk membaur dengan tidak memperlihatkan pendapat berbeda dibanding orang lain. Dan, sistem pendidikan di rumah dan sekolah kita pun masih memaksa keseragaman sebagai suatu keharusan.
Contohnya aja, saat seorang guru bertanya pada peserta didik di kelas tentang materi hari itu, kita akan lebih sering menemukan kelas hening. Nggak ada respon. Anak-anak yang ingin bertanya pun akan takut untuk bertanya. Takut dibilang carmuk (cari muka), sok pintar, sok rajin, dan lain-lain.
Akibatnya, rasa FOPO ini pun menghambat kemampuan berpikir kritis anak-anak tersebut. Selanjutnya, mereka jadi Pasif atau main aman aja.
Kondisi yang terbawa hingga anak-anak tersebut dewasa dan bekerja. Dan, mungkin anak-anak itu jadi guru yang mengajar generasi masa depan.
Nah, ini seperti efek domino ya?
Duh, jadi sedih ya?
Cara mudah mengatasi FOPO
FOPO dianggap sebagai epidemic yang tersembunyi dan dapat menghambat kemajuan potensi terbaik manusia.
Kamu bisa membayangkan kalau kamu harus mengikuti pendapat orang lain kan? Pasti rasanya capek ya? Dan, seperti ada yang membelenggu kita, karena kita seolah hidup untuk orang lain. Bukan diri sendiri.
Padahal, seperti apa pun pendapat orang lain terhadap kita, seharusnya nggak mempengaruhi diri kita. Bukankah yang lebih tahu tentang diri kita itu ya kita sendiri. Bukan orang lain.
So, gimana cara mudah mengatasi FOPO?
Cara mudah untuk mengatasi FOPO adalah dengan memiliki filosofi pribadi.
Contohnya seperti ungkapan don't give a fu*k atas pendapat toxic yang nggak relate dengan pengembangan diri kita. Seorang selebriti yang terbiasa dengan komen negatif bilang begini, "They don't know you. So, don't let it be you."
Filosofi pribadi bisa kita ambil dari orang bijak, seperti kata mutiara Ali bin Abi Thalib. "Jangan menjelaskan dirimu pada orang lain, karena orang yang mencintaimu tidak butuh itu. Sedangkan orang yang membencimu tidak percaya itu."
Lebih jauh, Garvais menjelaskan bahwa kita dapat mempraktikkan langkah-langkah berikut:
1. Be mindful. Kita harus fokus pada hal yang sedang kita lakukan. Nggak usah memikirkan orang lain. Ingat aja bahwa setiap orang pun sibuk dengan urusannya masing-masing untuk memperhatikan orang lain secara intens.
Percayalah bahwa rasa takut itu sebenarnya hanya ada di pikiran kita sendiri. Jangan biarkan rasa takut melebihi dari realitas yang terjadi.
2. Breath. Bernapaslah dengan perlahan selama beberapa detik. Tenangkan dirimu.
3. Accept. Refleksikan dirimu dan kenali dirimu. Kamu bisa mulai menerima dirimu sebagai pribadi unik yang berbeda dan luar biasa.
4. Redirect. Pusatkan diri untuk mengalirkan energi pada tujuan utama. Fokus hanya pada yang kamu inginkan. Praktik Attentional Control. Untuk praktik ini, mindfulness dapat membantu.
Contohnya, kamu bisa mengambil posisi duduk santai yang nyaman. Lalu, kamu bisa memejamkan mata dan bernapas perlahan selama beberapa detik. Fokuskan energimu pada tujuan saat itu aja, lupakan hal lain. Setelah selesai praktik ini, InsyaAllah kamu akan lebih tenang.
Nah, gimana? Pingin coba praktik mindfulness ini? Aku udah mencobanya bareng teman-teman di sekolah. Alhamdulillah. Hasilnya cukup menggembirakan. Beberapa guru sekarang sudah mulai berani menyampaikan pendapat saat ada pelatihan.
Komentar
Posting Komentar