Siapa bilang Orang Biasa tidak Berpolitik?
Jadi, siapa bilang orang biasa tidak berpolitik? Karena tanpa kita, pesta demokrasi tiap lima tahun ini mungkin nggak akan berhasil.
Lalu, apa aja sih peran orang biasa seperti kita dalam dunia politik di negeri ini?
Seperti halnya dalam keluarga, setiap anggota keluarga pun punya peran politik di dalamnya, seperti aktivitas diskusi/ rapat untuk pemecahan masalah keluarga, ikut serta dalam kegiatan keluarga, dan lain-lain.
Dan, peran kita dalam berpolitik sebagai warga negara, pastinya sih, adalah ikut pemilu nanti. Untuk itu, kita perlu mengenal calon para wakil rakyat yang akan kita pilih.
Okay, sebelumnya, yuk kita cek pengertian dari berpolitik.
Pengertian Berpolitik
Berasal dari bahasa Yunani, polis, politik berarti negara. Dalam pengertian luas, politik adalah suatu aktivitas yang dibuat, dipelihara, dan digunakan untuk masyarakat untuk menegakkan peraturan yang ada di masyarakat tersebut.
Lalu, pengertian ini pun berkembang menjadi suatu interaksi antara individu satu dengan individu yang lain agar bisa mencapai kebaikan bersama.
Artinya di sini, di dalam keluarga sebagai lingkungan terkecil pun, kita melakukan aktivitas politik. Wuih, baru sadar kalau aku pun berpolitik di rumah, karena semua aktivitas di dalam rumah kita dilakukan untuk kebaikan bersama.
Sebut aja, saat seorang ibu akan pergi ke pasar, maka ia akan melakukan aktivitas politik bersama anak-anak. Biasanya sih, kalau tidak dilakukan kesepakatan, anak-anak akan meminta jajan melebihi uang saku mereka.
Nah, dengan aktivitas berpolitik ini, ibu bisa belanja sesuai kebutuhan dan kebaikan semua anggota keluarga.
Contoh aktivitas berpolitik bagi orang biasa
Sebagai orang biasa, kita pun berpolitik. Kenapa? Karena kita adalah warga masyarakat dan warga negara yang punya peran penting dalam kemajuan masyarakat dan negara kita.
Nah, berikut contoh kegiatan berpolitik yang biasa kita lakukan.
1. Dalam keluarga, yaitu: diskusi penentuan tempat liburan, rapat keluarga saat ada konflik, diskusi untuk karir anak dan lain-lain.
2. Lingkungan RT/RW, yaitu: rapat jadwal siskamling, rapat pemilihan ketua RT/ lingkungan, dan lain-lain.
3. Sekolah, yaitu: pemilihan ketua kelas, pemilihan ketua osis, rapat osis, rapat kenaikan kelas, dan lain-lain.
4. Warga negara, yaitu: mengikuti pemilu, mengikuti pilkada, dan lain-lain.
5. Warga dunia, yaitu: aktivitas ikut memberikan opini atas peristiwa genosida di Palestina, ikut menyuarakan pendapat atas kekejaman perang di media sosial, dan lain-lain.
Mengetahui visi dan misi
Dalam kehidupan ini, kita pasti selalu dihadapkan pada pilihan. Pilihan yang mungkin nggak mudah diambil, karena memiliki konsekwensi yang nggak main-main.
Tapi, pilihan untuk abstain pun bukanlah pilihan bijak. Bayangkan aja, kalau semua warga negara abstain dalam pemilu, bagaimana efeknya bagi kestabilan politik negara kita. Duh, nggak usah dibayangkan ya?!
Memilih itu harus!
Memang, kalau hanya pilih makanan yang mau kita makan, mungkin nggak terlalu sulit, karena dampak pilihan hanyalah diri sendiri. Tapi, kalau nggak milih, dan nggak makan? Efeknya tubuh jadi lapar. Lalu, kita bisa jatuh sakit saat kebiasaan tidak memilih ini terjadi.
Begitu pun saat memilih sesuatu atau seseorang sebagai pemimpin hidup atau negara, selalu ada risiko atas pilihan. Jadi, kita harus kritis dan bertanggungjawab dengan pilihan kita.
Kenapa? Karena hasil dari pilihan kita akan berdampak bagi kehidupan banyak orang selama kurun waktu tertentu. Kalau salah pilih, kehidupan orang banyak bisa sulit. Dan, kalau kita memilih orang yang tepat, hidup masyarakat bisa lebih sejahtera.
Duh, seperti milih jodoh ya? wkwk
Lalu, bagaimana cara memilih calon pemimpin yang baik? Caranya sih susah-susah gampang. Apalagi, teknologi membuat informasi tentang calon pilihan kita mudah untuk diakses. Sayangnya, kita harus kritis dengan informasi yang tersebar tersebut. Kita kudu cross-check informasi, agar kita memperoleh data akurat.
Dan, cara kita untuk ikut aktif berpolitik adalah dengan memberi kontribusi untuk negeri ini, yaitu ikut menyoblos saat pemilu nanti. Lalu, agar nggak salah pilih, kita harus mengetahui visi dan misi calon pemimpin kita.
Lha iya lah, kalau nggak tahu, nanti kita bisa asal coblos aja. Jangan-jangan, yang dilihat itu asal gambar oke, trus dicoblos. Duh.
Untuk itu, kita bisa cek visi misi calon kita, misalnya; program pengentasan kemiskinan, menghadirkan keadilan, mempercepat pembangunan generasi unggul, dan lain-lain.
Insya Allah, kalau udah tahu visi misi calon pemimpin, kita bisa memilih sesuai kata hati.
Harapannya, pilihan kita nantinya dapat mengemban amanat rakyat sesuai janji yang telah dilakukan.
Orang Biasa Berpolitik
Dulu, aku mengira bahwa hanya kalangan elit aja yang bisa berpolitik. Lalu, saat bagaimana sebuah revolusi besar di beberapa negara yang dilakukan oleh orang biasa terjadi, aku pun mengerti bahwa orang biasa pun berpolitik.
Mungkin, kejadian yang agak baru adalah bagaimana sekumpulan anak muda pecinta K-Pop pernah mengeluarkan petisi untuk perlindungan hewan. Bahkan, aku pun membaca bahwa seorang Trump pun pernah mengancam penutupan Twitter cs, karena cuitan yang dilakukan orang biasa.
Dan, peristiwa yang masih terjadi hingga hari ini adalah orang-orang biasa yang menyuarakan anti kekerasan dan kekejaman yang dilakukan Israel terhadap Palestina. Suara rakyat di seluruh dunia ini pun mengguncang para sekutunya yang akhirnya menyutujui gencatan senjata selama beberapa hari.
Sayangnya, suara rakyat di seluruh dunia ini belum membuka mata dan telinga para penjajah ini untuk menghentikan aksi brutalnya pada anak-anak dan perempuan di Palestina.
Namun, nggak ada yang bisa membungkam hati nurani semua orang. Bahkan, kini, banyak orang yang mulai menyadari bahwa kemanusiaan itu haruslah ada di atas kekuasaan. Bukankah seharusnya politik itu memberi kekuasaan bagi pemimpin negara sebagai pelindung bagi rakyat atau orang-orang tertindas di seluruh dunia?
Komentar
Posting Komentar