The Art of Listening: Seni Menghormati Orang Lain


the-art-of-listening-seni-menghormati-orang-lain


Siang itu aku sedang bicara dengan seorang teman di sekolah. Kebetulan, beliau adalah guru muda yang baru menjabat di bagian struktural. Saat itu, beliau sedang memegang gawainya. Entahlah, sepertinya nggak ada orang yang bisa lepas dari benda kecil itu ya?

Begitulah, aku bicara untuk minta bantuan beliau terkait program CGP Angkatan 11 yang mulai aku jalani dari tanggal 13 Juni - 23 Desember 2024 nanti.

Sebenarnya, beliau sudah sejenak menghentikan tatapannya pada gawai. Tapi, tangannya masih sibuk mengetik gawai sambil mendengarkan ucapanku. Dan, sebelum ucapanku selesai, beliau sudah bicara dengan rekan yang ada di sampingnya. Aku dicuekin dong wkwk.

Ah, aku pun berpikir tentang The art of Listening seni menghormati orang lain. Skill penting yang aku pikir wajib kita miliki. Karena, you know, rasanya dicuekin atau nggak didengar itu nggak enak wkwk. 


Apa sih the Art of Listening Seni Menghormati orang lain itu?

"Dengan ilmu hidup jadi mudah, dengan agama hidup jadi terarah, dan dengan seni hidup jadi indah."  Petuah lama ini sering diucapkan oleh Pak Tarman. Beliau adalah orang yang cukup penting di sekolah, karena pernah menjabat sebagai kepala sekolah. 

Sebagai pensiunan guru dan pernah menjabat kepala sekolah di sekolah lain selama belasan tahun, beliau cukup disegani dan didengarkan ucapannya. Dan, aku pun belajar tentang Seni mendengarkan dari beliau.

Hikmah yang aku petik selama beliau memimpin kami cukup banyak lho. Oya, fyi, Pak Tarman sejak 2015 sudah pensiun. Tapi, kami masih kadang-kadang sowan ke rumah beliau di Sabah Balau, Lampung Selatan.

Hikmah Seni mendengarkan dari Pak Tarman


1. Beliau mendengarkan ucapan kita dengan serius. Tidak sibuk menatap layar gawai atau melakukan aktivitas lain. Aku pikir, mungkin karena belum terpapar medsos, beliau old school banget. Gaya komunikasi beliau cenderung face to face

2. Beliau menjaga kontak mata dengan lawan bicara. Pandangannya saat mendengar kita itu terkesan menghargai. Meskipun usia kita lebih muda dan pengalaman belum banyak, beliau tetap menghormati kita.

3. Beliau tidak pernah memotong ucapan kita. Sabar mendengarkan keluh kesah atau usulan kami. Aku pikir, skill ini beliau miliki berkat pengalaman bertahun-tahun sebagai guru dan kepala sekolah di sekolah sebelumnya.

4. Beliau selalu memberi respon sesuai dengan tema pembicaraan kita. Aku memperhatikan ekspresi wajahnya pun tenang. Tidak terbawa arus emosi lawan bicaranya, sehingga beliau bisa memberi saran yang dapat menyelesaikan masalah kita.

Dari pengamatanku ini, aku pun memahami pengertian dari seni mendengarkan. Seni mendengarkan adalah seni kita mendengarkan orang lain dengan memperhatikan teman bicara dan berada atau hadir di tempat yang itu. Fokus. Tidak memikirkan atau memperhatikan hal lain. 

5 Langkah the art of listening

Nah, apa yang telah aku pelajari dari pak Tarman, ternyata sesuai dengan  6 Langkah seni mendengarkan  lho 

1. Pastikan orang yang berbicara denganmu tahu bahwa kamu mendengarkan. Kamu juga bisa mengucapkan kata-kata, seperti:

" Saya mendengarkan kamu."
"Saya ada buat kamu. "

Kata-kata yang terkesan sederhana, tapi dapat memberikan arti mendalam buat orang yang sedang bicara atau curhat pada kamu.

2. Hindari gangguan. Saat mendengarkan orang lain, kamu bisa menon-aktifkan notifikasi gawaimu atau meletakkan gawaimu. Usahakan kamu dan temanmu yang ingin curhat tersebut ada di tempat yang tenang, hingga kamu bisa mendengarkan dengan baik.

3. Pembicaraan ini bukan tentang dirimu. Usahan hindari menghakimi atau mengeluarkan pendapat pribadimu yang mungkin tidak relevan dengan orang yang sedang bicara denganmu. Karena, kadang-kacang, seseorang bicara denganmu itu bukan untuk meminta pendapatmu. Mereka hanya ingin merasa didengarkan dan dimengerti.

4. Jangan memaksakan dirimu untuk memperoleh jawaban atau respon yang benar. Kita nggak perlu merasa tertekan, karena nggak bisa memberikan solusi atas masalah temanmu. Percayalah, temanmu itu hanya perlu telinga yang baik untuk mendengarkannya. 

5. Jangan meremehkan kekuatan dari mendengarkan. Mungkin kamu pernah mendengar ucapan,

"Maafkan aku nggak bisa bantu, hanya bisa mendengarkan aja."

Tapi, tahukah kamu bahwa merasa didengarkan itu terkadang rsasanya separuh masalah terangkar dari pundak dan dada itu ringan. Merasa didengarkan itu bikin bahagia lho!

6. Hindari komentar yang bisa menurunkan mental orang yang curhat padamu. Ah, aku ingat saat aku curhat tentang seorang teman yang pernah meninggalkan aku di Jakarta. Eh, teman yang lain bilang begini,"Aku nggak pernah tuh ditinggalkan orang di jalan." Ya, komentarnya emang biasa aja, tapi rasanya kok bikin hatiku nggak nyaman ya? wkwk. Pengalaman ini menyadarkanku agar berhati-hati dalam berkomentar saat mendengarkan orang lain curhat.

Dan, seperti yang dikatakan oleh orang, seni mendengarkan ini ya sama aja dengan seni yang lain. Butuh praktik dan komitmen untuk menguasainya. Rasa empati yang tinggi akan membuat kita makin nyaman saat mendengarkan orang lain. Mungkin, itu gunanya kita harus sering bergaul dengan orang-orang yang lebih tua dan berpengalaman ya? Gimana menurutmu?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Bullying dan Pencegahan Bullying di Lingkungan Sekolah

Keseruan Kunjungan Industri Jakarta Jogja SMK BLK Bandar Lampung 2022

Resensi Buku: Inteligensi Embun Pagi