Postingan

Hari ini hujan. Hari Sabtu, hari ke enam PPG ku. Kemarin aku akhirnya bertemu dengan Prof. Bambang yang legendaris itu. Yah, biasanya aku hanya mendengar tentang beliau melalui cerita teman - teman yang pernah kuliah di UNILA. Prof. Bambang ini orangnya gokil juga. Beliau menyampaikan materinya dengan cara yang unik, penuh filosofi. Kadang terlalu dalam untuk diikuti. Meski kuakui apa yang beliau sampaikan mengalir seperti air. Mudah diterima. catatan kecil kemarin, 31 Agustus 2018

Pagi

Pagi Sinarmu menyinari jauh Bagai pelepas rindu pada cahaya Kepada yang kubaa semua rasa yang terkikis asa Sungguh warna yang hadir seolah berlomba Mengisi yang ada dalam lembar baru Dalam hening yang bersuara Kukatakan padamu Wahai pagi Aku datang lagi Tak ragu meski hati tak menentu Penuh harap akan dirimu Jadi pembeda bagi perubahan
Kesedihan yang kurasakan saat kulihat teman - temanku telah memiliki hidup dan berlayar jauh dengan kapalnya menuju hidup yang mereka impikan. Sementara aku maih ada di tepian. hanya memandang dengan keinginan yang membuncah dan air mata yang  mengkristal di dadaku. Terkadang air mataku mencair dn mengalir membasahi pipiku tanpa kusadari. Aku sering menangis dalam keheningan malam yang menggigit tulangku. Aku mengerti bahwa banyak orang yang hidupnya lebih menderita dari diriku tapi aku merasa terkadang kesedihan ini seakan menelan diriku dalam pahitnya rasa manis yang kulihat dirasakan orang-orang di sekitarku yang tak kupungkiri ingin juga kurasakan. meski aku menolak diriku sebagai orang yang menginginkan apa yang iinginkan oleh orang lain. Aku sangat menyadari bahwa hal yang wajar sebagai otang biasa, sebagai seorang wanita biasa ingin merasakan apa yang dirasakan wanita lain. Menikah. Memiliki suami dan anak-anak yang sehat dan lucu. memiliki rumah yang hangat dan menyenangkan...
Hara mengetuk jemarinya di ujung meja. Bergumam mengikuti alunan lembut lagu “Yesterday” nya the Beattle. Ujung bibirnya naik ke atas, membentuk senyum tipis saat ia teringat pertemuannya dengan Doni sepuluh tahun lalu. Doni, cowok pertama yang   ia suka. Cinta pertamanya. Perlahan ia bergumam lirih mengikuti lyric lagu yang menyentuh ini. Yesterday, All my troubles seemed so far away, Now it looks as though they're here to stay, Oh, I believe in yesterday. Mata Hara menatap kartu undangan pernikahan di hadapannya. Lalu ia tertawa sambil mengusap matanya. “Ah, mataku berair. Pasti aku kelilipan. “ Hara bergumam sendiri. Tangannya merogoh handphone di sakuya yang berdering. “Hallo..” “Hallo, Hara. It’s me Doni. Sudah dapat undanganku?” Suara di seberang sana seperti tak terdengar. Hara merasa kepalanya ringan. Ia memijat dahinya dengan ujung telunjuknya. Kenapa dadanya terasa berat dan kepalanya terasa ringan saat mendengar suara Doni? “Sudah,” jawab Hara serak. Ia me...
Saat menunggu bel berbunyi, kami membicarakan tentang gosip - gosip terhangat yang terjadi di sekitar kami. Lumayan, menghilangkan kebosanan. Hari ini kami membicarakan tentang harga kebutuhan hidup yang terus merangkak naik hingga menimbulkan keresahan. "Ah, yang penting barang - barang tersebut kan masih tersedia di pasar." kata pak Khalil sambil menyeuput kopinya yang mulai dingin. Aku nyengir, lupa kalau tadi ada lalat yang terbang dan hinggap di kopi itu. Ah, lalat itu pun ngin minum kopi. "Yah. yang penting kita masih bisa makan dan hidup." jawabku, Pak Khalil mengangguk. "Kopinya rasanya beda." Dahinya mengerut. "Tapi, enak juga. Aku hanya tertawa. "Untung aja kopi harganya tidak ikut naik ya." kataku. "Iya." sambung bu Ida, temanku yang lain. "Yang naik beras." kataku,"Tapi aku tak khawatir. Aku kan makannya hanya sesendok." "Sesendok tapi ping pindo," kata Ida. Aku tertawa sambil berjal...